Liputan6.com, Jakarta Dokter muda yang satu ini tengah melakukan penelitian tentang hormon pertumbuhan dan bekerja di bagian endokrinologi anak RSCM dalam pendataan pasien-pasien Non-Communicable Diseases (NCD) di Indonesia.
"NCD adalah penyakit-penyakit yang tidak menular. Yang saya lihat di Indonesia, NCD belum mendapat porsi perhatian sebesar penyakit menular, padahal 60% kematian di Indonesia sekarang ini terjadi akibat NCD. Sebagian NCD disebabkan oleh gaya hidup, sebagian lainnya merupakan kelainan genetik". Secara fasih Mesty Ariotedjo menjelaskan hal tersebut kepada Liputan6.com saat diwawancara pada hari Rabu (2/7/2014).
Baca Juga
[Kolom Pakar] Prof Tjandra Yoga Aditama: Dokter Amerika Serikat, Separuhnya Mengalami Burnout dan Seperlimanya Depresi
Dr. Sonia Wibisono Bantu Zaskia dan Shireen Sungkar Turunkan Berat Badan Sekitar 5 Kg dalam Sebulan
Dokter Peringatkan untuk Tak Habiskan Waktu Terlalu Lama di Toilet, Ini Alasannya
Socialite adalah predikat yang dikenakan banyak orang terhadap wanita kelahiran Jakarta, 25 April 1989 ini. Ditanya mengenai predikat itu, begini jawaban Mesty. "Jujur saya tak mencari tahu arti kate `Socialite` dan saya tak merasa perlu untuk mengkategorikan diri saya sebagai socialite atau pun bukan. Saya hanya menjadi diri saya sendiri".
Advertisement
Saat diwawancara, Mesty tampil dengan rambut hitam panjang tergerai. Outerwear berlengan 3/4 warna netral berpadu dengan pakaian bagian dalam bermodel slouchy ruffle neck warna navy blue. Sepatu hak rendah warna merah kontras dengan legging hitam dan pakaian atas yang dikenakannya. Kala itu Mesty tampil kasual dengan feel yang light.
Dalam hal fesyen, wanita bernama lengkap Dwi Lestari Pramesti Ariotedjo ini mengaku tak memperhatikan secara khusus. Kriteria pakaian pilihannya adalah yang nyaman dan sopan. "Saya lebih mengikuti hati dan mengandalkan insting dalam memilih pakaian. Saya tidak terlalu tahu tentang tren fesyen," ucap Mesty. Tips darinya dalam hal berpakaian adalah untuk memakai apa yang dapat dikenakan dengan percaya diri.
Dari wawancara jelas terlihat bahwa Mesty memiliki ketertarikan besar pada bidang-bidang lain, yakni musik dan dunia kedokteran. Bagaimana Mesty Ariotedjo bergelut di kedua bidang tersebut?
Musik
Musik
Anda mungkin pernah melihat permainan harpa Mesty Ariotedjo di sebuah acara. Tampil memainkan alat musik memang merupakan impiannya sejak kecil. Waktu kecil Mesty suka memain-mainkan piano yang ada di rumahnya. Piano adalah teman musiknya sejak usia 4 tahun. Juga mengikuti les, Mesty bermain piano hingga usia 14 tahun.
"Tidak bisa dipungkiri bahwa musik adalah passion saya. Saya menjadikan musik seperti cermin yang memantulkan perasaan. Rasa senang dan sedih bisa direfleksikan melalui musik yang saya mainkan," ucap Mesty. Karena besarnya ketertarikan Mesty pada musik, Mesty memiliki keinginan untuk mempelajari alat musik yang lain. Mulai masa awal kuliah, Mesty belajar main harpa.
Menginjak enam bulan belajar harpa, Mesty direkomendasikan oleh gurunya untuk tampil di sebuah acara. Dari situlah kemudian berdatangan tawaran-tawaran lain untuk mengisi acara. Orang-orang pun kemudian mengenalnya sebagai pemain harpa. Kini Mesty sedang suka bermain flute.
Meski menyukai musik, Mesty tak berpikir untuk menjadikannya sebagai profesi. Musik baginya hanya ditekuni sebatas hobi. Walaupun menjadikan musik hanya sebatas hobi, Mesty berusaha untuk terus meningkatkan kualitas bermain musik. Tampil bermain musik di sebuah acara merupakan salah satu cara untuk memacunya dalam meningkatkan kualitas.
Advertisement
Dokter
Dokter
Sisi lain dari sosok Mesty Ariotedjo adalah profesinya sebagai seorang dokter. Inilah bidang lain yang menjadi fokus perhatiannya. Menjalani profesi sebagai dokter dan berkomunikasi dengan bermacam-macam orang setiap hari, Mesty mengenal berbagai karakter orang dan sisi-sisi kehidupan banyak orang.
Tentang kehidupannya sebagai seorang dokter di Flores selama setahun, inilah yang dikatakannya. “Banyak pengalaman berharga yang saya dapat dengan berprofesi sebagai seorang dokter. Rumah sakit tempat saya bekerja adalah satu-satunya rumah sakit untuk 3 kabupaten. Rumah sakit ini menjadi naungan perawatan kesehatan bagi 800.000 penduduk. Bisa dibayangkan betapa sibuknya rumah sakit tersebut. Dalam satu malam bisa hanya ada satu dokter jaga. Sudah banyak macam masalah kesehatan pasien yang saya hadapi.”
Mengenai permasalahan kesehatan di Indonesia, Mesty menjelaskan bahwa, hal yang perlu dibenahi adalah sistem jaminan kesehatan. Menurutnya, keberadaan BPJS Kesehatan memang merupakan hal yang baik.
Sayangnya, berdasarkan pengalamannya bekerja sebagai dokter di Flores, ada banyak hal yang masih harus dipikirkan menyangkut pelaksanaan program BPJS Kesehatan. Di Flores meski program BPJS Kesehatan sudah berjalan, banyak masyarakat yang mengalami kendala transportasi menuju rumah sakit untuk mendapat layanan itu.
Baik dari kehidupannya sebagai dokter maupun kehidupan musiknya, sudah banyak hal yang didapat dan dipelajarinya. Namun melihat usianya yang terbilang muda, tentu timbul pertanyaan tentang apa yang masih ingin diraihnya di masa mendatang. Ditanya mengenai impiannya untuk masa depan, Mesty menjawab "I don’t talk about dream. I proof dream!"