Liputan6.com, Berlin- Lampu countdown mulai menghitung mundur detik-detik menuju tengah malam. Tepat jarum panjang menunjukkan angka 12, sekitar 8 ribu balon bercahaya dilepas ke angkasa. Balon-balon itu terbang berbaris membentuk sebuah "Lichtgrenze" (perbatasan cahaya) mengelilingi tembok berlin yang malam itu mengenang 25 tahun keruntuhannya.
Insiden yang terjadi di tahun 1989 itu telah menyatukan kembali pembatas yang memisahkan jalan Tembok Berlin dari Bornholmer Straße, melewati Gerbang Brandenburg dan Checkpoint Charlie. Dan yang terpenting, mengubah wajah Berlin.
Baca Juga
Malam kemarin, sebagaimana dilansir melalui BBC, ribuan warga lokal bernostalgia, sedangkan para turis dan pengunjung takjub melihat betapa Tembok telah memisahkan apa yang telah sejak itu menjadi arteri utama di kota bersatu kembali.
Advertisement
Ribuan balon yang dilepas ke angkasa adalah pusat visual dari perayaan ini. Tetapi peringatan tersebut jauh lebih mendalam mengenai orang-orang yang pernah terlibat didalam sejarah ini. Tahun ini, perayaan Kejatuhan tembok Berlin ini mengambil tema "Mut zur Freiheit" yang berarti Upaya untuk Mencari Kebebasan.
Sepanjang tembok ditampilkan sekitar 100 informasi yang dibingkai dalam instalasi bercahaya. Sang penutur sejarah, Robert-Havemann Gesellschaft, membantu pengunjung mengingat cerita dari orang-orang yang dipisahkan oleh Tembok Berlin dan mereka yang tewas saat mencoba menyeberanginya.
Selain itu, merayakan hal ini, pemerintah kota Berlin juga menyediakan banyak tur dalam bahasa Inggris di sejumlah tempat. Mulai dari di Mauerpark, Checkpoint Charlie dan Galeri East Side. Dalam tur ini, para peserta dibawa dalam cakupan penuh penuturan sejarah kota ini; mulai dari sebelum revolusi damai terjadi, proses melarikan diri, hingga rehabilitasi kota.
Puncak perayaan ini akan diadakan pada hari Minggu, 9 November di depan Gerbang Brandenburg, Berlin. Selain konser musik, juga akan ada sesi wawancara dengan saksi kontemporer kejatuhan tembok berlin ini.
Â