Jurus Tak Biasa Kemenpar Demi Capai Target 17 Juta Wisman pada 2018

Kementerian Pariwisata hari ini, Kamis (26/7/2018) menggelar Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Pariwisata II di Balairung Soesilo Soedarman, Gedung Sapta Pesona, Kementerian Pariwisata.

oleh Ahmad Apriyono diperbarui 26 Jul 2018, 14:18 WIB
Diterbitkan 26 Jul 2018, 14:18 WIB
Rakornas Pariwisata II 2018
Foto: Ahmad Ibo/ Liputan6.com.

Liputan6.com, Jakarta Kementerian Pariwisata hari ini, Kamis (26/7/2018) menggelar Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Pariwisata II di Balairung Soesilo Soedarman, Gedung Sapta Pesona, Kementerian Pariwisata. Ada tiga hal yang menjadi inti pembahasan dalam Rakornas yang dihadiri para stakeholder pariwisata tersebut, antara lain incentive yang terkait dengan airlines dan wholesaler, visit wonderful Indonesia yang berkaitan dengan program Hot Deals, dan CDM (Competing Destination Models).

Menteri Pariwisata Arief Yahya dalam paparannya mengatakan, masuk kuartal ketiga tahun 2018 kunjungan 17 juta wisman belum tercapai. Untuk bisa mencapai target tersebut diperlukan pertumbuhan 21 persen dari kunjungan wisman pada 2017 yang mencapai 14,04 juta wisman.

Mengingat sebagian besar wisman yang datang ke Indonesia menggunakan transportasi udara, konektivitas menjadi sangat strategis untuk mendatangkan wisman.

“Kita baru tumbuh sekarang 14 persen, jadi 21 persen nanti. 17 juta gak akan tercapai kalau gak punya LCCT. Low Cost Carrier Terminal (LCCT) menjadi keniscayaan yng mutlak keberadaannya untuk bisa mencapai target 17 juta wisman tahun ini,” ungkap Arief Yahya.

 

Pentingnya Deregulasi

Rakornas Pariwisata II 2018
Foto: Ahmad Ibo/ Liputan6.com.

Lebih jauh Arief Yahya mengatakan, soal regulasi Indonesia maju ke arah yang  lebih baik. Dirinya menganbil contoh, dulu Indonesia bebas visa cuma ke 15 negara, yatch untuk masuk ke Indonesia butuh waktu 3 minggu lamanya sementara di Thailand hanya beberapa jam saja, dan cruise tidak boleh embarkasih. 

"Kita selalu mengikat diri kita sendiri. Vietnam tumbuh 29 persen, Jepang tumbuh dobel, mereka lakukan deregulasi besar-besaran," ungkap Arief Yahya.

Sementara untuk program Hot Deals diutamakan di tiga pintu masuk utama, yaitu Great Bali (40%), Great Jakarta (30%), dan Great Kepri (20%). Program Hot Deals yang mengoptimalkan kapasitas yang tidak terpakai menjadi atraktif dan kompetitif dalam meningkatkan kunjungan wisman. Diproyeksikan dari Hot Deals akan diperoleh tambahan 2,5 juta wisman pada 2018. 

 

Compening Destination Model

Selain incentive dan Hot Deals, satu lagi jurus tak biasa Kementerian Pariwisata untuk bisa mencapai target kunjungan 17 juta wisman di 2018, yaitu Compening Destination Model (CDM). CDM merupakan metode yang dilakukan penyedia platform digital dan driven marketing yang bisa mengarahkan data traveler dari berbagai sumber online ke destinasi wisata Indonensia. 

"CDM itu bisa mempengaruhi ketika orang sedang memilih, kamu pas memilih sudah saya pengaruhi. Orang memilih itu tidak stabil. Misal orang sedang nyari apa kita punya yang sepadan, orang nyari Anchor Wat kita punya Borobudur, cultural kita punya Bali," ungkap Arief Yahya.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya