Liputan6.com, Jakarta - Pesona keindahan alam Indonesia tak lepas dari dominasi lautan yang mengelilingi. Sudah sepatutnya wisata bahari turut mengambil peran penting dalam perkembangan dan keberlangsungan pariwisata Indonesia.
Staf Ahli Menteri Bidang Kemaritiman Kemenparekraf Frans Teguh mengatakan, potensi laut yang punya daya tarik unik telah dibuat jadi destinasi wisata bahari. Ragam aktivitas dapat dilakukan di perairan laut maupun pesisir.
"Ada tiga kategori (wisata bahari), yakni coastal, seascape, dan underwater. Coastal ada kegiatan berenang, voli pantai, bentang laut, cruise, yachting. Underwater, ada diving," kata Frans pada Liputan6.com, baru-baru ini.
Advertisement
Setidaknya ada 30 titik pariwisata bahari dalam lima tahun terakhir. Sementara, untuk lima tahun mendatang, pengembangan 10 pusat wisata bahari berstandar internasional turut diharapkan.
"Yang paling banyak di timur, seperti Bali, Lombok, NTT, Ambon, Papua, Togean, dan Wakatobi. Di barat ada Sabang, Nias, Mentawai," tambahnya.
Baca Juga
Khusus untuk Batam dan Bintan yang berdekatan dengan Singapura, terdapat custom immigration, quarantine, dan port di wilayah lintas negara tersebut. Ada beberapa yang perlu dilakukan terkait ketiga hal tersebut.
"Berapa lama berlabuh, prosedur jangkar di mana, bagaimana pelabuhan dikelola dengan baik. Ada pelayanan yang dibuat. Kita sudah dalam proses penetapan," ungkap Frans.
Ia melanjutkan, Sabang, Batam, Bintang, Kepulauan Seribu harus dikembangkan karena memiliki pelabuhan laut untuk cruise dan aktivitas yang sangat dekat dengan Jakarta. "Semarang, Bali cruise turn around bagus. Titik sandar yacht dari Australia. Kita ingin desain dan melengkapi," tambahnya.
Namun, pengelolaan pelabuhan masih jadi perhatian dan perlu ada pembicaraan dengan pihak terkait, mulai dari karantina, Pemda, hingga pelaku industri. Kendati, yang paling mendasar adalah infrastruktur.
"Entry exit clearance approval immigration territory untuk domestik lumayan. Kita terkenal lama, yaitu tiga bulan. Sudah beberapa jam, tapi belum merata di semua pelabuhan. Ada software, incharge, belum lagi kelakukan orang di lapangan. Kalau kompak petugas imigrasi, pabean, karantina, bisa satu kali," tuturnya.
Frans menyebut, terkadang masih ada kecurigaan hingga akhirnya dikutip biaya tidak resmi. Hal tersebut yang membuat image dalam wisata bahari masih perlu diperbaiki. "Semasa lima tahun ini mulai berbenah. Kita bicara dengan Kemenkeu, Kemenkumham, dan karantina Kementan," kata Frans.
Sementara, sambung Fransi, Singapura memiliki cruise port meski tak memiliki laut, tetapi halaman depan Indonesia. Hal ini membuat Singapura mendapat keuntungan dari Tanah Air. Maka dari itu, pembenahan infrastruktur dan pelayanan begitu penting.
"Juga, dari milenial lewat autentik experience, selfie spot ada, tapi ada aktivitas nilai adrenalin. Aman, namun challenging. Safety bagi wisatawan tidak terbentuk padahal di negara lain bahkan ada privat marina yang dikelola swasta, bisa parkir kapal di situ," jelasnya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Fokus Menyasar Destinasi Prioritas
Wisata bahari ternyata belum benar-benar sepenuhnya jadi pilihan berlibur para wisatawan. Tak sedikit dari mereka cenderung hanya menghabiskan lebih banyak waktu di darat. Padahal, eksplorasi wisata bahari tak kalah memikat.
Robert Alexander Moningka selaku dosen Pengelolaan Destinasi Wisata di Politeknik Sahid menyebut, wisata bahari masih berjalan sepenggal. Contoh aktivitas yang populer dilakukan adalah snorkeling dan diving.
"Padahal, pengembangan bisa lebih banyak, cuma Indonesia lautnya sudah banyak investasi, tapi belum jadi prioritas," kata Robert saat dihubungi Liputan6.com.
Investasi besar, dikatakan Robert, diperlukan untuk mendukung permasalah peralatan. Kehadiran lebih banyak kapal jadi satu poin penting demi keberlangsungan wisata bahari.
"Kapal buat akomodasi belum juga jadi prioritas. Kebanyakan orang hanya single trip. Sebut saja Bunaken, dari Manado ke pulau, tetapi tidak bermalam," kata Robert.
Ia melanjutkan, wisata bahari melibatkan laut Indonesia sampai garis pantai dan harus mengamati apa potensi yang dimiliki. Sebut saja diving di Raja Ampat, Belitung, dan Tanjung Lesung bisa dipromosikan segencar pantai-pantai bagus di Sumba.
"Masalah aksesibilitas, atraksi, dan amenitas harus lengkap. Saat aksesibilitas sudah okay, tapi cost ke timur besar, terkadang lebih murah akomodasi ke Singapura," tambahnya.
Maka dari itu, promosi dan publikasi dirasa begitu penting dengan fokus menyasar destinasi prioritas yang telah ditetapkan pemerintah.
Advertisement
Pentingnya Atraksi, Aksesibilitas, dan Akomodasi
Kepala Kesekretariatan Perusahaan PT Pelni (Persero) Yahya Kuncoro menyebut, wisata bahari ditilik dari kondisi geografis Indonesia telah membentuk geopark alami. Mengingat luasnya laut di Indonesia, potensi wisata bahari sangat besar.
Saat ini, sektor pariwisata sangat prospektif menyumbang devisa negara dan berdampak jika dikelola dengan baik. Langkah ini juga harus berjalan beriringan dengan aksesibilitas, atraktif, dan akomodasi.
"Aksesibilitas itu mudah menjangkau tempat dan datang ke lokasi. Jika ini sudah gampang, orang cenderung mengikuti. Lalu, atraktif, jika lokasi okay juga harus ada yang digarap kegiatan atau event," kata Yahya pada Liputan6.com.
Ada pula akomodasi. Poin ini mendukung para wisatawan mendapat kemudahan, mulai dari penginapan, makanan, hingga lokasi wisata. Wisata bahari sendiri mengeksplorasi wisata dan laut yang dikembangkan lewat kegiatan.
"Perluasan penggunaan alat angkut tidak kalah penting untuk mengeksplorasi di atas laut, seperti jet ski, kapal pinisi, hingga cruise," katanya. Upaya untuk meningkatkan minat pada wisata bahari, kata Yahya, juga dapat dilakukan melalui pendidikan.
"Mengharapkan Mendikbud untuk mengedukasi soal maritim mengingat Indonesia tiga per empat adalah laut. Dari usia dini sudah teredukasi dan terpatri sangat bagus untuk eksplorasi bahari," lanjutnya.