Ucapan-Ucapan Terlarang yang Tak Boleh Terlontar Saat Marah pada Anak

Anda perlu bijak saat marah pada Anak, pastikan ucapan Anda tidak melukainya.

oleh Henry diperbarui 10 Mar 2020, 05:03 WIB
Diterbitkan 10 Mar 2020, 05:03 WIB
Ilustrasi Orangtua
Ilustrasi orangtua. (dok. Jordan Whitt/Unsplash/Adhita Diansyavira)

Liputan6.com, Jakarta - Marah pada anak biasanya jadi salah satu bentuk teguran agar ia tidak mengulang kesalahan yang sama. Namun, sebagai orangtua, Anda perlu memerhatikan cara marah yang bijak pada anak. Jangan sampai kemarahan Anda menimbulkan trauma yang memengaruhi tumbuh kembang anak.

Dilansir dari Asiaone, Minggu, 8 Maret 2020, ada lima hal yang tak boleh Anda ucapkan pada anak saat marah. Kalimat tersebut akan membuatnya tak patuh dengan ucapan Anda dan justru membuatnya semakin sedih.

1. Mengecapnya dengan Sikap yang Buruk

"Mengapa kamu selalu mengecewakan?!", "Kamu kenapa nakal banget sih?".

Kalimat yang mencap keburukan sebaiknya tak terucap saat Anda marah. Kalimat tersebut merupakan kritik yang menunjukan Anda tak suka pada dirinya, bukan pada perilaku buruk yang iia lakukan. Akan lebih baik jika Anda mengubah kalimat tersebut jadi lebih halus. 

"Kamu biasanya berperilaku baik, jadi ibu sangat terkejut kamu melakukan itu,"

Tekankan kalimat positif di awal ucapan Anda dan Anda bisa melanjutkannya dengan kalimat teguran. Anak usia sekitar empat tahun biasanya lebih mengikuti bagian kedua dari sebuah ucapan.

Simak Video Pilihan di Bawah Ini:

2. Berkata Anda Tak Akan Mencintainya Lagi

Ilustrasi Anak
Ilustrasi anak. (dok. Bruno Nascimento/Unsplash/Adhita Diansyavira)

"Kalau kamu nakal mama tidak sayang lagi,"

Ucapan jika Anda tak menyayanginya lagi mungkin jadi salah satu gertakan yang mempan, seorang anak bisa langsung merespon dengan menangis dan akan menuruti Anda untuk sementara. Namun, kalimat tersebut bukan kalimat yang baik diucapkan saat marah pada anak.

Kalimat jika Anda tak mencintainya lagi justru akan memupuk keresahan baru dalam diri anak. Mereka merasa tidak aman dan cemas karena berpikir bahwa cinta orangtuanya memang dapat dengan mudah hilang. Anda bisa mengubah kalimat tersebut dengan kalimat lain.

"Ibu sangat mencintaimu, tapi ibu jengkel denganmu karena melakukan itu,"

3. Menggunakan Kalimat Ancaman

"Kalau kamu begitu lagi, mama panggil polisi,"

Gertakan yang terdengar seperti lelucon, seorang anak yang tengah melakukan kesalahan pasti akan panik jika sudah mengerti profesi seorang polisi. Meski Anda tak serius, ucapan tersebut juga termasuk tak masuk akal.

Sebagai ganti, buatlah suatu pertimbangan yang nyata dan dapat langsung ia rasakan. "Kalau kamu begitu lagi, kamu tidak mama belikan cokelat dan es krim ya,"

Jika di kemudian hari ia melakukan kembali kesalahan tersebut, Anda bisa benar-benar melakukan perkataan yang diucapkan tempo hari. Hal ini sekaligus mengajarinya bahwa setiap perbuatan memiliki konsekuensi yang harus ia pertanggungjawabkan.

4. Tidak Membandingkannya

Ilustrasi Keluarga
Ilustrasi keluarga. (dok. Aw Creative/Unsplash/Adhita Diansyavira)

Membanding-bandingkan anak juga bukan hal yang baik. Membandingkan dengan saudara perempuan yang lebih pandai atau temannya bukan mendorong anak berperilaku baik, namun akan menimbulkan kebencian dalam diri.

Anda juga perlu menjelaskan alasan positif untuk mengubah perilaku. Alasan tersebut seperti 'jika ia berbuat hal tidak baik, maka bukan hanya ia yang akan kena masalah', hal tersebut akan dipahami dan diingat bahwa tindakannya memengaruhi orang lain.

Ucapan tersebut akan mendorong kesadarannya untuk memperbaiki perilaku tanpa mambuat anak merasa dipandang rendah. 

5. Mengadukan Masalah pada Ayah

"Tunggu, ya. Kamu nanti ibu bilangin ke bapak,"

Hukuman memang diperlukan dalam mengajarkan kedisiplinan, namun tak sedikit ibu yang menunggu mengadukan masalah tersebut pada ayah. Lantas, ia perlu menunggu sampai sang ayah pulang untuk mendapatkan teguran. Seorang anak mungkin sudah lupa kejadian asli dan letak kesalahannya.

Agar efektif, hukuman harus segera dilaksanakan atau ia tidak akan memahami hubungan antara perilaku dan respon Anda. Sebagai catatan, buat hukuman bijak yang tetap masuk akal, adil, dan instan. (Adhita Diansyavira)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya