Liputan6.com, Jakarta - Jaringan kereta api modern, super cepat, dan nyaman yang meluncur di antara setiap kota besar di Uni Eropa siap memberikan alternatif perjalanan yang andal, nyaman, dan berkelanjutan, daripada naik pesawat terbang. Setidaknya itulah visi yang digariskan para pemimpin industri kereta api di Lyon, Prancis, pada 29 Juni 2022.
Gagasan ini disuarakan di tengah rencana ambisius Eropa menggandakan penggunaan kereta api berkecepatan tinggi pada 2030 dan tiga kali lipat tingkat saat ini pada 2050, mengutip CNN, Kamis, 7 Juli 2022. Tidak seperti banyak bagian dunia, Eropa sudah memiliki ribuan kilometer kereta api berkecepatan tinggi khusus.
Advertisement
Baca Juga
TGV Prancis yang terkenal di dunia, ICE Jerman, dan AVE Spanyol telah mengubah perjalanan kereta api selama 40 tahun terakhir, tapi sebagian besar tetap berfokus pada pasar domestik. Mencatat hambatan-hambatan sebelumnya, badan organisasi Eropa telah berkomitmen untuk studi baru yang menyoroti banyak manfaat dari jaringan kereta api berkecepatan tinggi yang diperluas.
Ini termasuk Komisi Eropa, Komunitas Kereta Api Eropa, Industri Pasokan Kereta Api Eropa, dan ALLRAIL, yang mewakili perkeretaapian non-milik negara. Yang terpenting, kelompok tersebut akan menyelidiki bagaimana membayar puluhan ribu kilometer jalur baru dan bagaimana transformasi radikal jaringan kereta api di benua itu dapat membantu UE mencapai tujuan "Kesepakatan Hijau" untuk netralitas karbon pada 2050.
Beberapa dari ekspansi itu akan datang pada rute baru yang direncanakan atau sedang dibangun, tapi lebih banyak lagi akan dibutuhkan untuk memfasilitasi visi para pemimpin Eropa. Alberto Mazzola, direktur eksekutif Komunitas Kereta Api Eropa, mengatakan bahwa kelompok itu menginginkan sebuah "rencana induk" yang memberi manfaat sosial-ekonomi dari "penghubung berkecepatan tinggi" antara kota-kota besar di benua itu.
Â
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Dibutuhkan Lebih Banyak Rute
Mazzola berkata, "Sementara banyak (rute kereta api) yang telah dicapai sejauh ini, Paris-Lyon, Milan-Roma, Barcelona-Madrid, dan Berlin-Munich adalah kisah sukses untuk (layanan) kereta api, lebih banyak lagi yang dibutuhkan jika tujuan ambisius dari Kesepakatan Hijau Eropa dan Smart and Strategi Mobilitas Berkelanjutan harus dipenuhi."
Perdebatan tentang rute mana yang harus diprioritaskan, kota mana yang akan diuntungkan dan mana yang akan "sedikit ketinggalan" diperkirakan akan berlangsung sengit. Dengan bentuk jaringan akhir yang kemungkinan besar akan berpengaruh besar pada perkembangan masa depan Eropa dan kota-kotanya selama 100 tahun ke depan, kota-kota akan putus asa untuk mempertaruhkan klaim mereka.
Beberapa pejabat Uni Eropa memuji proposal tersebut sebagai masa depan perjalanan berkelanjutan di Eropa, asalkan operator dapat membuatnya efisien dan hemat biaya. Klaim yang dibuat sekarang pun telah berhati-hati untuk jangan sampai "terlalu menjanjikan."
Berlokasi di tengah Eropa, berbagi perbatasan dengan sembilan negara lain, Jerman akan memainkan peran utama dalam jaringan pan-Eropa mana pun. Proposal "TEE2.0" pemerintah Jerman untuk menghidupkan ulang Trans-Europe Express yang lama merupakan perpanjangan dari program "Deutschland Takt."
Program itu bertujuan menyediakan kereta api antar-kota yang cepat di semua kota Jerman dan kota-kota dengan ukuran tertentu pada 2030. Tapi, manfaat terbesar khususnya akan dapat dirasakan di tempat lain, di negara-negara yang saat ini tidak memiliki kereta api berkecepatan tinggi.
Republik Ceko bekerja sama dengan industri kereta api Prancis untuk mengembangkan jalur baru 350 kilometer per jam (217 mph) yang akan merevolusi waktu perjalanan antara Praha, Brno, dan Ostrava, serta memberikan hubungan internasional yang jauh lebih cepat antara Austria, Slovakia, Polandia selatan, dan Jerman timur.
Advertisement
Rintangan Jaringan
Polandia juga berencana bergabung dengan klub kereta api berkecepatan tinggi dengan rute yang direncanakan menyebar dari Warsawa ke Lodz, Wroclaw dan Poznan. Perpanjangan menuju Praha dan Bratislava juga direncanakan dalam kerja sama dengan tetangganya, meski itu tidak mungkin terwujud sampai tahun 2040-an.
Yang lebih bermasalah adalah rute internasional yang melintasi Pegunungan Alpen atau Pyrenees, penghalang alami yang menjadi tantangan bagi para pelancong selama berabad-abad. Contohnya adalah Munich di Jerman selatan hingga Milan di Italia utara.
Pembangkit tenaga listrik industri ini berjarak kurang dari 500 kilometer, lebih dekat satu sama lain daripada ibu kota negara masing-masing, tapi dipisahkan Pegunungan Alpen. Koneksi kereta api dan jalan raya yang lambat berarti membuat maskapai penerbangan mengambil sebagian besar bisnis antar-kota jarak pendek ini, tapi kereta api langsung yang lebih cepat dapat mengubah kondisi tersebut.
Ketika dibuka pada 2032, Terowongan Pangkalan Brenner sepanjang 64 kilometer antara Innsbruck, Austria, dan Fortezza di Italia akan memotong sekitar 70 menit dari jadwal yang ada. Menurut statistik UE, 17 dari 20 rute udara tersibuk di Eropa menempuh jarak kurang dari 700 kilometer.
Penerbangan Paris-Berlin menghasilkan setidaknya menghasilkan enam kali emisi karbon dioksida dari perjalanan kereta api serupa, menurut laporan bersama dari organisasi lingkungan di Jerman, Polandia, Spanyol, dan Prancis. Penerbangan kurang dari seribu kilometer antara dan di dalam negara-negara Eropa diperkirakan menghasilkan 28 juta metrik ton karbondioksida setiap tahun.
Harus Bergerak Cepat
Mazzola menyambung, "perdagangan emisi karbon" dapat jadi alat utama dalam mendanai investasi besar-besaran yang diperlukan untuk menyelesaikan jaringan kereta api berkecepatan tinggi di seluruh Eropa. "Total emisi CO2 UE adalah sekitar 3,8 miliar ton setiap tahun, yang mana transportasi menyumbang lebih dari satu miliar ton dari itu," katanya.
"Tapi, jika kita mengurangi tunjangan karbon saat ini untuk sektor penerbangan dan jalan, pendapatan tambahan dapat digunakan mendanai perbaikan transportasi umum, ia menambahkan. Emisi karbon berlebih dari pesawat, truk, dan mobil saat ini dikenai biaya 50 euro per ton di UE, tapi ini bisa segera naik jadi 80 euro per ton.
Jika hanya 10 persen dari pendapatan itu diinvestasikan kembali dalam transportasi, itu bisa menambahkan sekitar 8 miliar euro per tahun untuk peningkatan jaringan kereta api. "Saya merasa bahwa ada keinginan positif yang nyata untuk berinvestasi dalam pergeseran modal sekarang, tapi kita harus bergerak cepat," Mazzola menegaskan.
Teknologi seperti sinyal digital, pengoperasian kereta otomatis, data besar, dan peningkatan tiket akan sangat penting untuk meningkatkan perjalanan kereta api dan menarik jutaan penumpang baru. Prioritas utama untuk Community of European Railways adalah pembuatan platform tiket independen pada 2025.
Fitur ini akan menyatukan semua tarif dan jadwal yang tersedia di seluruh Eropa. Pada 2030, informasi ini dapat diintegrasikan dengan moda transportasi lain, menawarkan informasi dan tarif door-to-door pada wisatawan untuk perjalanan mereka, baik dengan kereta api, bus, sepeda, trem, atau kombinasi beberapa di antaranya.
Advertisement