Venesia Tarik Tiket Masuk Harian Rp87 Ribu untuk Wisatawan, Warga Lokal Protes Massal

Venesia jadi kota pertama di dunia yang membebankan biaya masuk harian pada wisatawan.

oleh Asnida Riani diperbarui 27 Apr 2024, 13:45 WIB
Diterbitkan 27 Apr 2024, 13:45 WIB
Menikmati Suasana Klasik Kota Venesia Italia
Pemandangan dari gedung "Fondaco dei Tedeschi" menunjukkan Kanal Besar di Venesia, Italia (4/11/2019). Kota kanal ini terkenal dengan sarana transportasi air, di antaranya gondola. (AFP Photo/Miguel Medina)

Liputan6.com, Jakarta - Venesia jadi kota pertama di dunia yang membebankan tiket masuk harian pada wisatawan. Aturan ini mulai berlaku pada Kamis, 25 April 2024, dan mengundang gelombang protes warga lokal.

Melansir CNN, Jumat, 26 April 2024, penduduk setempat mengibarkan spanduk dan mengacungkan paspor mereka sebagai bentuk kemarahan karena kota tersebut ditempatkan di balik penghalang bergaya taman hiburan atau museum. Foto menunjukkan polisi bentrok dengan beberapa pengunjuk rasa.

Ratusan penduduk setempat berpartisipasi dalam protes di Piazzale Roma, pintu masuk jalan darat menuju kota, meski jumlah pastinya masih diperdebatkan. Para demonstran mengatakan bahwa kelompok mereka berjumlah seribu orang, sementara pihak berwenang mengatakan hanya 300 orang yang hadir.

Protes massal yang lebih kecil terjadi di dekat stasiun kereta utama di mana warga Venesia berhadapan dengan wali kota yang sedang memberikan wawancara pada berbagai kru televisi. Ruggero Tallon, salah satu penyelenggara protes utama dan juru bicara kelompok kampanye anti-kapal pesiar No Grandi Navi, mengatakan pada CNN bahwa kelompok tersebut berencana memasang spanduk bertuliskan "Selamat datang di Veniceland."

Pihaknya juga membagikan "tiket" palsu pada orang yang lewat, tapi dihentikan polisi. Mereka kemudian berjalan menuju Campo Santa Margherita, salah satu alun-alun utama kota. "Kami menentang gagasan wali kota tentang kota tertutup, kota museum," kata Tallo.

"Tiket (masuk harian) tidak menghasilkan apa-apa. Hal ini tidak menghentikan monokultur pariwisata. Hal ini tidak mengurangi tekanan terhadap Venesia. Ini adalah pajak abad pertengahan dan bertentangan dengan kebebasan bergerak," ia menambahkan.

 

Tuai Protes

Menikmati Suasana Klasik Kota Venesia Italia
Gondola mengangkut wisatawan yang dekat dengan perairan Riva degli Schiavoni dengan latar gereja San Giorgio Maggiore di Venice (4/11/2019). Di kawasan ini ada pejalan kaki yang ramai meskipun sering penuh sesak di sepanjang tepi pantai, yang terletak di Cekungan St. Mark. (AFP Photo/Miguel Medina)

Tallo mengungkap kekhawatiran proyek tersebut dikelola sebuah perusahaan swasta yang akan menerima data masyarakat. Ia juga menyatakan bahwa langkah-langkah lain yang diambil pihak berwenang, termasuk meminta kembalinya kapal pesiar dan belum membatasi penggunaan Airbnb, semakin menambah dampak buruk pada proyek tersebut.

"Di satu sisi, mereka melakukan hal ini, di sisi lain, mereka melakukan segalanya untuk meningkatkan jumlah wisatawan," kata Tallon, yang menyebut pariwisata massal sebagai "masalah global." "Satu-satunya cara adalah mengisi kembali kota ini.

"Kami memiliki 49 ribu penduduk dan terdapat lebih banyak tempat tidur untuk wisatawan dibandingkan jumlah penduduk," sebut dia. "Mari kita coba membuat orang bisa tinggal di sini. Setiap rumah yang ditinggali adalah rumah yang diambil dari pariwisata."

Elena Gastaldello, presiden asosiasi rekreasi dan budaya Italia Veneto, yang ikut serta dalam protes tersebut, mengatakan bahwa biaya masuk tidak akan mengendalikan jumlah pelancong. "Tiket tersebut tidak akan membatasi akses wisatawan ke Venesia karena tidak ada batasan jumlah pengunjung yang ditetapkan, namun akan semakin mengubah kota ini jadi 'taman hiburan'," katanya kepada CNN.

 

Tidak Dibarengi Kebijakan Konkret

Karnaval Venesia
Suasana kemeriahan Karnaval Venesia saat perahu-perahu berlayar dalam parade dayung tradisional. (AP Photo/Luca Bruno)

Gastaldello menyebut, "Langkah ini tidak dibarengi kebijakan konkret untuk pembangunan perkotaan, pembatasan sewa, dan kemudahan mencari tempat tinggal. Ini tidak menyelesaikan masalah."

Seorang juru bicara kantor wali kota mengatakan pada CNN bahwa 113 ribu pengunjung mendaftar pada hari pertama, dengan sekitar 80 ribu orang mendaftar terlebih dahulu. Dari jumlah tersebut, 15.700, sedikit di atas 10 persen, membayar biaya tersebut.

Dari pengecualian tersebut, hampir 40 ribu orang adalah tamu hotel, dan sekitar empat ribu orang adalah teman atau keluarga penghuni. Lebih dari 20 ribu penumpang dan 13 ribu pelajar memasuki kota.  Dewan kota mengatakan bahwa mereka memeriksa kredensial hampir 14 ribu orang.

"Kontribusi akses" yang telah lama dicanangkan ini mulai berlaku pada Jumat, pukul 8 pagi. Dewan kota sedang menjalankan proyek percobaan tersebut hingga pertengahan Juli 2024 untuk melihat apakah sistem tersebut bisa dikatakan sukses.

Turis yang mengunjungi Venesia, kecuali mereka yang tinggal di wilayah Veneto setempat, harus membayar 5 euro (sekitar Rp87 ribu) jika tiba antara pukul 8.00 hingga 16.00, waktu setempat. Pelancong yang menginap tidak perlu membayar, karena pajak wisata sudah ditambahkan ke tagihan akomodasi mereka.

Diminta Melapor

Venesia
Wali Kota Luigi Brugnaro menyambut baik keputusan tersebut sebagai bukti bahwa "Venesia tidak dalam bahaya," dan menyebut rekomendasi para ahli itu "menyesatkan." (AP Photo/Luca Bruno)

Kendati demikian, wisatawan harus melapor untuk meminta pembebasan biaya masuk harian. Pada dasarnya, siapa pun yang memasuki kota pada tanggal dikenakannya biaya harus membawa tiket atau pengecualian. Satu-satunya pengecualian adalah penduduk Venesia dan orang-orang yang lahir di sana.

Sudah bertahun-tahun sejak kota ini bergelut dengan overtourism. Pada 2021, Venesia melarang kapal pesiar besar berlabuh di kota, lapor Euronews, 2 November 2023.

Kerusakan pada laguna membuat UNESCO mengancam memasukkan kota ini ke dalam daftar terancam punah, kecuali jika pihaknya melarang kapal pesiar bersandar secara permanen. Mereka berpendapat bahwa kapal-kapal besar menyebabkan polusi dan mengikis fondasi kota yang sudah sering dilanda banjir itu.

Larangan tersebut berarti kapal pesiar besar dan kapal kontainer tidak bisa lagi memasuki kanal Giudecca di Venesia. Upaya untuk menghentikan kapal-kapal besar melalui undang-undang sebelumnya dibatalkan. Namun, tekanan meningkat ketika pada 2019, sebuah kapal pesiar menabrak pelabuhan di Venesia dan melukai lima orang. 

Infografis Destinasi Wisata Urban
Wisata urban adalah wisata yang menjadikan ruang-ruang publik kota dan pengalaman hidup di perkotaan sebagai atraksi utama. (Dok: Liputan6.com/Trisyani)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya