Anak Rimba Jambi Kembali Meninggal Dunia

Rentannya kesehatan Orang Rimba dipicu krisis pangan dan air bersih di setiap lokasi mengembara.

oleh Bangun Santoso diperbarui 24 Mar 2015, 06:46 WIB
Diterbitkan 24 Mar 2015, 06:46 WIB
Orang Rimba
Bocah Suku Anak Dalam atau Orang Rimba. (v2.garudamagazine.com)

Liputan6.com, Jambi - Kasus kematian beruntun kembali menghantui Orang Rimba Jambi atau Suku Anak Dalam (SAD) yang mendiami kawasan Taman Nasional Bukit Duabelas (TNBD) di Jambi.

Berdasarkan rilis Komunitas Konservasi Indonesia (KKI) Warsi, seorang bocah Rimba berumur 5 tahun di daerah Terap, Kabupaten Sarolangun meninggal dunia pada hari Minggu malam, (22/3/2015), sekitar pukul 18.30 WIB. Bocah ini merupakan anak dari warga Rimba bernama Metik. Oleh dokter, bocah malang itu didiagnosa menderita bronkopneumonia.

Menurut asisten Koordinator KKI Warsi, Ade Candra bocah rimba tersebut sebelumnya sudah dirawat sejak 13-18 Maret lalu. Namun, karena orangtuanya tidak betah tinggal di rumah sakit, gadis cilik tersebut sempat dibawa kembali ke rimba TNBD.

Kondisi bocah itu terus menurun dan hingga Sabtu 21 Maret, sang orangtua kembali membawa anaknya itu ke rumah sakit. Tetapi nyawanya tak terselamatkan. Gadis cilik anak Metik tersebut menghembuskan nafas terakhirnya.

"Kematian anak Rimba ini memperlihatkan kondisi penghidupan Orang Rimba masih memerlukan perhatian dan dukungan dari semua pihak,” ujar Ade.

Menurut Ade, rentannya kesehatan Orang Rimba dipicu krisis pangan dan air bersih di setiap lokasi melangun (mengembara). Hal tersebut menyebabkan kondisi tubuh Orang Rimba menjadi sangat lemah dan mudah terkena penyakit, terutama anak-anak.

"Kondisi ini diperburuk selama ini Orang Rimba tidak mendapatkan imunisasi dan juga kondisi alam yang tidak mendukung," ungkapnya.

Lebih lanjut Ade mengatakan, bronkopnemonia bagi warga umum kemungkinan tidak akan sampai membunuh. Ini karena rata-rata orang umum sudah mendapatkan imunisasi DPT.

Namun hal tersebut berbeda bagi Orang Rimba, bronkopnemonia justru sangat membahayakan dan menyebabkan kematian.

Ia menyebutkan, selama Maret 2015, KKI Warsi mencatat sudah ada 16 anak rimba yang dirawat di rumah sakit. Jumlah itu ditambah dua orang dewasa mengalami keluhan bronkopneumonia dan demam. Ada juga ditemukan kasus anemia gravis serta desentri. Kehadiran Orang Rimba silih berganti ke rumah sakit akibat trauma yang dialami akibat ematian beruntun.

Dengan kematian anggota kelompoknya, kini kelompok Marituha kembali mengembara ke daerah Terap Hilir, tepatnya di kawasan pembibitan karet PT Wana Perintis yang secara administrasi masuk wilayah Desa Jelutih, Kecamatan Batin XXIV, Kabupaten Batanghari.

Ini merupakan lokasi ke delapan bagi Orang Rimba melangun sejak beberapa bulan terakhir atau sejak kematian sejumlah anggota kelompoknya yang kini menjadi 12 orang meninggal.

Berita kematian beruntun Orang Rimba Jambi selama beberapa bulan terakhir sejak memasuki 2015 menyerap perhatian banyak kalangan. Menteri Sosial (Mensos) Khofifah

Indar Parawansa bahkan belum lama ini menyempatkan diri berkunjung ke Jambi untuk bertemu langsung dengan warga Rimba Jambi.

Pada kesempatan itu, Menteri Khofifah memberikan sejumlah bantuan langsung. Bahkan ia sempat menawarkan bantuan rumah permanent. Namun oleh warga rimba, bantuan rumah tersebut ditolak karena tidak sejalan dengan kebudayaan melangun atau mengembara yang dipegang warga rimba. (Riz)

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya