Gubernur: Kini, Julukan NTT Bukan Lagi 'Nasib Tidak Tentu'

Kunjungan Presiden Jokowi ke NTT dianggap meneguhkan tingginya tingkat kerukunan hidup beragama di provinsi itu.

oleh Liputan6 diperbarui 25 Jul 2015, 10:23 WIB
Diterbitkan 25 Jul 2015, 10:23 WIB
Presiden Jokowi Ukir Sejarah Baru di Nusa Tenggara Timur
Presiden Jokowi di NTT. (Liputan6.com/Andi Muttya Keteng)

Liputan6.com, Kupang - Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) Frans Lebu Raya menilai, kunjungan kerja Presiden Joko Widodo ke daerahnya, secara tidak langsung untuk meneguhkan tingginya tingkat kerukunan hidup beragama di provinsi berbasis kepulauan itu.

"Peneguhan ini ditunjukkan kepala negara di tengah maraknya pemberitaan soal insiden Tolikara di Tanah Papua yang telah mencoreng makna toleransi kehidupan beragama itu. Presiden Jokowi mau mengajak semua pihak untuk belajar hidup saling berdampingan seperti yang dilakukan umat beragama di NTT selama ini," kata dia di Kupang, Sabtu (25/7/2015).
 
"Kerukunan hidup antaragama maupun antarumat beragama di daerah ini mendapat pujian di mana-mana, karena kita tidak pernah berkonflik karena perbedaan keyakinan," tutur Gubernur.

"Ketika umat muslim membangun masjid, saudara-saudaranya dari nasrani ikut membantu. Demikian pun sebaliknya, jika umat nasrani membangun gereja, saudara-saudaranya dari muslim pasti akan ikut membantu," ujarnya mencontohkan.

Gubernur Lebu Raya menambahkan, model kerukunan hidup beragam ini sudah lama berlangsung di daerah ini, sehingga NTT bukan lagi berjuluk 'Nanti Tuhan Tolong' atau 'Nasib Tidak Tentu', tetapi mendapat julukan baru 'Nusa Tetap Tenteram'.

"Predikat yang telah diakui secara nasional ini harus kita implementasikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, bukan hanya sekadar ucapan pemanis bibir belaka," papar dia.
    
Menurut Gubernur Lebu Raya, hari raya besar keagamaan merupakan wujud tertinggi dari makna toleransi yang harus dijunjung tinggi dan dihormati oleh setiap umat beragama. Karena itu, ia mengharapkan semua elemen masyarakat di daerah ini untuk tidak terprovokasi dengan insiden apapun yang bernuansa suku, agama, ras dan antargolongan (SARA).

Ia menambahkan, kunjungan Presiden Joko Widodo saat ini secara implisit memberi penuguhan tentang makna toleransi kehidupan beragama di NTT yang patut ditiru oleh daerah lain di negeri berasaskan Pancasila ini. (Ant/Tnt/Ein)

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya