Anies Baswedan: Cintai Indonesia Tanpa Syarat

Kecintaan Sukarno dkk terhadap Indonesia melebihi dari mencintai apapaun. Termasuk diri mereka sendiri.

oleh Oscar Ferri diperbarui 14 Agu 2015, 07:06 WIB
Diterbitkan 14 Agu 2015, 07:06 WIB
20150727-Anies Baswedan-Jakarta
Jika MOPD menyimpang dan menjurus ke arah perpeloncoan, bisa diadukan di mopd.kemdikbud.go.id.

Liputan6.com, Jakarta - Memperingati kemerdekaan Indonesia yang ke-70 tahun dapat menjadi momen refleksi bagi generasi sekarang. Semua orang tentu punya peran masing-masing dalam mengisi dan memaknai kemerdekaan ini.

‎Demikian dikatakan Menteri Kebudayaan, Pendidikan Dasar dan Menengah, Anies Baswedan. Karenanya, Anies mempertanyakan apakah betul setiap masyarakat di negeri ini sudah menyatakan diri sebagai warga negara Indonesia ketika ada pertanyaannya, "Siapa Anda?"

"Mari kita sadari, kita semua punya peran masing-masing. Tapi satu hal yang lupa ketika ditanya, saya seorang warga negara Indonesia. Ketika ditanya Anda siapa? Saya mahasiswa. Ketika ditanya Anda siapa? Saya profesional. Jangan lupa di semua identitas itu ada nama Indonesia," ucap Anies ketika berkunjung ke Kantor Liputan6.com, Jakarta, Kamis (13/8/2015).

Anies pun kembali mempertanyakan kesadaran masyarakat Indonesia. ‎Sebagai seorang WNI, apa yang sudah dikerjakan untuk bangsa dan negara ini? Seperti generasi para bapak bangsa, semisal Soekarno, Mohammad Hatta, Sutan Sjahrir, dan kawan-kawannya yang sudah memberikan segalanya untuk kemerdekaan Indonesia.

"Yang perlu disadari adalah sebagai rakyat Indonesia, apa yang sudah saya kerjakan?" ucap cucu dari Abdurrahman Baswedan, seorang pejuang kemerdekaan sekaligus tokoh pers serta anggota Badan Penyelidik Usaha dan Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) itu.

Sebab, menurut Anies, orang-orang semacam Soekarno, Hatta, Sjahrir, dan semua pejuang kemerdekaan telah mencintai Indonesia tanpa syarat. Kecintaan mereka terhadap Indonesia melebihi cintanya dari apapun. Termasuk diri mereka sendiri.

"Mereka mencintai Indonesia tanpa syarat. Apapun mereka katakan, mencintai republik ini tanpa syarat dan kecintaan mereka melampaui kecintaan kepada dirinya," ujar mantan Rektor Universitas Paramadina ini.

Dengan dasar cinta tanpa syarat tersebut, lanjut Anies, para tokoh bangsa kemudian menghibahkan seluruh hidupnya demi Indonesia menjadi sebuah bangsa dan negara yang berdaulat.

Untuk itu, sekali lagi, Anies bertanya, "Sebagai orang Indonesia apa yang sudah Anda kerjakan? Ini pertanyaan reflektif, yang mari kita sama-sama jawab, saya bagian dari Indonesia yang tak akan membuat negeri ini keropos. Saya bagian dari Indonesia yang akan membuat negeri ini tegak berdiri."

Kesederhanaan Tokoh Bangsa

Pada kesempatan yang sama, sejarawan JJ Rizal melihat setiap zaman memiliki tantangannya masing-masing. Namun, dia menilai hal yang perlu dilakukan setelah kemerdekaan adalah mencerdaskan kehidupan bangsa, sebagaimana yang tertuang dalam pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945.

"Satu hal yang penting, yang sudah digariskan adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Itu jelas menurut saya," kata Rizal.

Lulusan Sejarah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (FIB UI) ini mengatakan kesederhanaan tampak pada peristiwa proklamasi. Peristiwa yang terjadi di halaman sebuah rumah milik Soekarno di Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56 (sekarang Jalan Proklamasi Nomor 56).

"Waktu Soekarno bacakan proklamasi, mikroponnya itu boleh pinjam, sudah begitu mati lagi," ucap Rizal.

Kesan sederhana juga ditampilkan Soekarno dan Hatta saat merayakan kemerdekaan dan diangkat sebagai Presiden dan Wakil Presiden. Soekarno setelahnya memakan satai yang dipesannya, sedangkan Hatta dengan memakan sepotong kue.

"Ketika Indonesia diproklamirkan sebagai nation state, secara nation pada tahun 1928, dan sebagai state pada 1945 dilakukan dengan sesederhana itu. Sederhana secara berpikir dengan kondisi sekitarnya, dan sederhana juga mereka menolak keistimewaan. Hatta, gelar dokter ekonomi ditolaknya. Bung Karno ditawarkan jadi dosen arsitek ditolaknya," kata Rizal.

‎Meski berlangsung dan dirayakan secara sederhana, namun para pelaku proklamasi itu memiliki kecerdasan dan intelektual luar biasa. Kesederhanaan para tokoh bangsa itu muncul dari pengetahuan dan kecerdasan mereka. Pengetahuan dan kecerdasan mereka itu didapat dari membaca banyak buku. Mereka melihat proklamasi dengan kesederhanaan, namun dengan pengetahuan yang begitu luas.

"Hidup mereka dipenuhi dengan buku. Karena itu cita-cita kemerdekaan Indonesia itu adalah mencerdaskan kehidupan bangsa, dengan mengingat peristiwa proklamasi itu dalam kesederhanaan tapi dengan pengetahuan yang sangat luas," ujar Rizal. (Ali/Bob)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya