Liputan6.com, Jakarta - Alvian Elfis Petty sempat pasrah atas nasibnya saat ditawan oleh milisi Abu Sayyaf di Filipina. Ditambah lagi pengumuman mengerikan dari anggota kelompok militan berisi rencana eksekusi salah satu tawanan menambah situasi makin mencekam.
Alvian dan 9 rekannya yang ditawan dirundung rasa takut. Sebab bisa saja dia atau rekannya yang akan dieksekusi Abu Sayyaf hari itu.
"Kita 3 hari sebelumnya sudah dikasih tahu jika ada yang akan dieksekusi," kata Alvian di rumahnya di Jalan Swasembada Barat 17 no 25 RT 03/03 Kebon Bawang, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Selasa (3/5/2016).
Namun, Alvian dan teman-temannya terus berdoa meminta karunia Tuhan. Sehingga dalam 3 hari pasca pengumuman rencana eksekusi itu dia dikuatkan dan yakin akan lolos.
"Mungkin Tuhan kasih karunia. Itu yang menguatkan kita. Dan yakin enggak ada yang mustahil (bisa lolos)," ujar dia.
Baca Juga
Alvian melanjutkan, meski diperlakukan dengan baik tapi pengumuman adanya sandera yang akan dieksekusi membuat perasaannya cemas. Pengumuman itu seolah-olah, kata Alvian, menandakan dirinya tinggal menunggu giliran saja.
Namun, setelah 3 hari, Alvian dan teman-temannya baru mendengar kabar bahwa yang dieksekusi Abu Sayyaf adalah tawanan berwarga negara Kanada.
Tapi Alvian mengaku tidak mengetahui detail kapan eksekusi WNA itu dilakukan. Begitu juga lokasi dan siapa sang algojo. Selama dalam tawanan, Alvian dan 9 ABK lainnya dipisahkan dengan tawanan lainnya.
"Kita tidak bertemu dengan sandera yang lain. Kita hanya bersepuluh aja," ujar dia.
Bapak dua anak itu tak henti-hentinya mengucap rasa syukur setelah lepas dari cengkeraman Abu Sayyaf. Menurut Alvian, setiap tawanan atau sandera dibawa oleh kelompok berbeda. Di mana setiap kelompok memiliki ketua dan anggota yang memiliki karakter berbeda.
"Ya kita berdoa aja terus semoga teman-teman yang lain sama seperti kita karena di sana itu tiap kelompok berbeda-beda makanya saya puji Tuhan dapat kelompok yang bisa mengerti keadaan. Mereka welcome lah sama kita," beber Alvian.
Warga Negara Kanada John Ridsdel dieksekusi lantaran uang tebusan diserahkan lewat dari waktu yang ditentukan. Militer Filipina pun mendapat informasi penemuan kepala manusia di sebuah pulau terpencil pada Minggu 24 April 2016. Penemuan terjadi 5 jam setelah batas tenggat waktu pemberian tebusan berakhir. Potongan kepala itu ditemukan masyarakat setempat di pusat kota Jolo, Filipina.