Liputan6.com, Jakarta - Michael Titus, terpidana mati kasus narkoba telah dieksekusi regu tembak. Ia bersama tiga terpidana mati lainnya dieksekusi pada Jumat (29/7/2016) dinihari.
Sebelum dieksekusi, Titus sempat memberikan pesan terakhirnya kepada tim pengacara. Dalam rekaman pesan itu, Titus membeberkan apa yang dilakukan aparat baik itu polisi, jaksa, hingga hakim selama proses hukumnya berjalan.
Baca Juga
Pengacara Titus, Shanti Agustina mengatakan, kliennya kecewa dengan putusan hukuman mati yang diberikan atas kasus narkoba pada 2002. Michael Titus didakwa atas kepemilikan narkoba jenis heroin seberat 5,8 kilogram.
Advertisement
"Intinya dia merasa kecewa dengan peradilan di Indonesia ini yang mana banyak sekali kecurangan dan ketidakadilan. Dia dihukum atas saksi yang sudah mati," kata Shanti Agustina di Dermaga Wijayapura, Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah, Jumat (29/7/2016).
Berikut isi rekaman pesan terakhir Titus yang diperoleh Liputan6.com:
Assalamualaikum masyarakat Indonesia yang cinta damai, salam sejahtera semuanya. Nama saya Michael Titus, terpidana mati tanpa bersalah.
Saya tidak pernah bersalah sampai kapan pun, hukum di negeri ini bukan hukum, tapi politik hukum, hukum politik. Hakim-hakimnya tidak ada yang benar, banyak oknum hakim yang tidak benaran, banyak oknum-oknum polisi yang jahat, yang mau karena dapat pangkat sesat, dia mau korbankan orang lain. Banyak jaksa-jaksa jahat sekali. Kalau Anda tidak punya uang, dia akan membuat kamu hukuman maksimal. Tapi kalau Anda ada uang, dia sayang-sayang kamu, hukuman kamu diringankan.
Saya ini tidak bersalah di negara ini, saya tidak pernah berbuat atau melanggar di negara ini. Saya ini jelas korban politik Indonesia ini.
Bapak Jokowi, terima kasih banyak. Anda sudah naik presiden, sebelumnya saya tidak kenal kamu. Saya kenal kamu sebagai Gubernur Jakarta waktu kamu mau naik jadi presiden, saya juga dukung kamu sama anak-anak di sini, suruh pilih kamu, kamu orang baik. Kamu akhirnya naik, tapi kamu naiknya pemeran kamu dan yang tujuan kamu tuh tegas adalah memulai membunuh orang-orang. Kamu mulai membunuh orang-orang dengan eksekusi, padahal masyarakat menilai kamu tegas tidak main-main dengan narkoba. Bapak harus jujur dengan diri sendiri, Bapak dengan orang-orang yang lagi nyuruh kamu atau yang lagi nasehatin kamu membinasakan orang-orang narkoba itu. Dia harus harus periksa dirinya sendiri kalau dia benar-benar orang benar.
Bapak dengan eksekusi orang narkoba, karena Anda merasa di atas, karena masyarakat kamu puji-puji kamu, kamu tidak main-main dengan narkoba. Kalau Bapak mau berantas narkoba harus jujur, harus mulai dengan penggunanya, penggunanya harus dihukum, cari solusi. Dengan penggunanya dibilang korban, karena penggunanya makin tinggi di Indonesia, makanya ada kiriman barang. Saya sudah hampir 15 tahun di negara ini, saya juga banyak hal yang saya pelajari.
Orang Indonesia itu banyak yang pengen senang-senang. Banyak sekali. Katanya ini negara agama, ini negara budaya, punya adat, punya itulah punya inilah, tapi pola kehidupannya tidak ada rasa takut semua pada Tuhan. Semuanya pakai narkoba, sana-sini. Saya di dalam LP ini semua dari A sampai Z semua merokok, orang bisa ke koperasi tempat jual barang-barang, dia beli. Mextril atau komix (obat batuk), 30 sampe 50 orang dia minum sendiri, dia pengen mabok. Jadi besok, Bapak salahin pengusaha Mextril atau salah pengusaha komix-nya. Manusianya yang perlu dibina, manusianya yang perlu mengintrospeksi diri.
Kalau pemakainya kurang, pemasukannya pasti kurang. Ya karena mereka merasa Indonesia banyak penggunanya, jadi kalau Anda mau eksekusi 100 orang, padahal masih ada penggunanya, percuma. Bapak jangan cuma kirim warga negara Indonesia ke Inggris, ke negara-negara maju untuk sekolah. Padahal yang lain-lainnya enggak pernah belajar, belajarnya cuma sekolah aja. Kenapa enggak pernah belajar hukum di negara-negara maju? Bandar narkoba sebelum kita lahir sudah ada, bagaimana dengan cara ini Bapak yakin bisa membinasakan dan menghentikan pasukan narkoba? Tidak bisa.
Karena apa, masyarakat Anda itu, Anda tidak pernah nasehatin masyarakat Anda untuk berhenti menggunakan narkoba. Saya hanya lihat Anda di tivi, cuman ngomong bayangkan saja masyarakat saya mati 50, 60 orang tiap hari (karena narkoba). Bapak punya datanya dari mana? Atau Bapak cuma ngomong di media tanpa bukti? Buktinya apa? Saya selama ini mau lihat buktinya Bapak itu, data-data dari polisi atau dari mana, dari Menteri Kesehatan itu, ada bukti otentik, kalau memang benar ada 60 orang mati, emang ini lalu lintas.
Dan Anda enggak pernah menasehati masyarakat kamu di televisi. Anda cuma guncang, Anda tidak ada ampun pada bandar narkoba, emangnya Bapak Presiden itu Tuhan apa? Anda merasa Tuhan, kalau Anda tidak mau mengampuni orang lain, itu kan rahasia, kenapa harus diungkapkan ke tempat umum? Seolah-olah kamu itu pak presiden yang benar-benar mau memberantas narkoba? Dengan cara apa? Ini bukan caranya, Bapak. Bapak membunuh orang-orang yang tidak bersalah.
Saya ini punya kasus, kasusnya saya enggak bersalah. Sudah ada dua orang yang ditangkap, polisi sudah bunuh dua-duanya, sebelum saya sidang. Bagaimana orang yang sudah ditangkap, dia punya barang, mereka sudah mati, terus polisi bilang harus ke aku, kalau saya mengaku pernah ke rumah mereka beli barang. Saya sudah bantah itu ke persidangan. Karena semua intimidasi saya alami di kantor polisi. Semua enggak ada yang mau tahu, karena saya orang hitam, orang Nigeria. Semua yang saya omongin pasti bohong. Karena memang sudah banyak yang kena masalah narkoba semua di-black list.
Tetapi polisi, Ibu Putu Mulyadi, Bambang, Sugeng, semua yang menangkap saya jangan lupa, kalau mereka tidak tobat, mereka kena akibatnya nanti. Karena Tuhan lihat semuanya, saya ini sudah dibebaskan, ditangkap lagi, dihukum mati. Orang-orang yang terlibat dengan saya, sudah meninggal. Hillary saja sudah PK, hukumannya sudah turun 12 tahun. Lalu kenapa saya harus tetap dihukum mati?
Kemudian Bapak Artidjo Alkostar, kamu adalah hakim yang tidak patuh pada Tuhan. Anda adalah orang jahat yang luar biasa, yang perlu tobat. Saya salah apa? Kenapa saya mau dihukum mati? Salah saya di mana? Media Indonesia paling jahat lagi, kalian cuma pamer-pamer berita yang jelek. Berita yang jelek-jelek kalian pamerkan, kalian tidak pernah jujur.
Sekarang Merry Utami, dia itu perempuan yang jelas-jelas kurir yang disuruh orang lain. Kalian mau eksekusi, ada yang pernah tulis dia ratu narkoba. Ada enggak, ada kan? Kenapa kalian maunya orang dibunuh, untungnya apa?
Kalau orang kirim barang (narkoba) disini enggak laku, mana mau kirim lagi, karena beli narkoba pakai uang, kan bisnis ilegal. Tapi kalau disini, senang. Senangnya minta ampun, sudah lupa Tuhan, sudah lupa agama, sudah lupa budaya, sudah lupa semuanya.
Jaksa Agung Prasetyo, Anda hebat. Sekarang Bapak guncang-guncang lagi desak MA, agar tidak ada lagi yang ajukan PK. Bapak bunuh orang. Anda mau eksekusi orang, Anda senang, kalian jelas-jelas bawa orang narkoba untuk politik. Bapak jangan lupa, semua itu duniawi. Kalian semua harus tobat, jangan gunakan orang-orang narkoba untuk politik.