Selubung Mistis dan Golok Bongsor Depok

Berawal dari kesukaannya terhadap golok, Muzni bersama teman-temannya membentuk komunitas penyuka golok.

oleh Ady Anugrahadi diperbarui 31 Mar 2017, 19:15 WIB
Diterbitkan 31 Mar 2017, 19:15 WIB
Golok Depok
Golok Depok (Liputan6.com/Ady Anugrahadi)

Liputan6.com, Depok - Siapa yang tidak tahu golok. Senjata tajam ini kerap disandingkan dengan seni bela diri pencak silat. Awalnya, golok merupakan senjata khas dari rumpun Melayu. Seiring zaman, golok juga ditemui di sejumlah daerah seperti Jakarta, Banten, dan Depok.

Bicara golok Depok, ada yang unik dari senjata yang terbuat dari besi baja itu. Selain berbentuk lebih besar, proses pembuatan golok ini juga menggunakan cara yang lebih modern dan tidak memakai hal mistis.

Pendiri komunitas Golok Depok sekaligus kolektor golok, Muzni Nazar, mengatakan golok tidak sekadar senjata tajam tapi mencerminkan budaya bangsa yang perlu dijaga kelestariannya.

Berawal dari kesukaannya terhadap golok, Muzni bersama teman-temannya membentuk komunitas penyuka golok. Mereka membuat golok di kampung Jalan Masjid Al Hukama, RT 03 RW 04, Kelurahan Rangkapan Jaya Baru, Depok, Jawa Barat.

"Golok Depok itu sebetulnya sudah ada jauh sebelum adanya Depok. Saya yakin ketika Allah SWT menciptakan Nabi Adam, maka di situ ada perkakas langsung," ujar dia.

Dengan antusias, Muzni menceritakan sekelumit asal-usul golok Depok. Menurut dia, Depok lebih dekat terhadap budaya Betawi meski wilayahnya berada di Jawa Barat.

"Salah satu orang Jawa Barat yang tidak bisa ngomong Sunda itu ya orang Depok. Budayanya lebih dekat ke Betawi, termasuk bela diri, spiritual, dan golok ada di dalamnya," ucap dia.

Menurut Muzni, keterkaitan spritual yang ada di dalam bela diri dan golok tidak bisa terpisahkan. Begitu pula dengan golok Depok yang tidak bisa terpisahkan dari budaya Betawi. Sudah sejak setahun terakhir, komunitas Golok Depok berdiri.

Selain anggotanya merupakan pencita golok, kata Muzni, komunitas ini memproduksi golok Depok sendiri. Hingga kini, tercatat ada sekitar 20 orang yang bukan hanya warga Depok, tetapi juga berasal dari Tangerang, Banten.

Muzni mengungkap, tidak mudah memproduksi golok, sebab butuh proses panjang. Dulu, pembuatan golok dekat dengan unsur mistik, karena itu, sang pemakai memperlakukan golok begitu istimewa. Bahkan, tak sedikit yang mengkramatkan dengan memandikan air kembang.

"Dulu memang orang buat golok pakai klenik. Tapi kalau sekarang, khususnya golok Depok tidak memakai itu. Golok Depok dibuat dengan cara modern, ditempa. Sudah berbentuk lempengan baja sehingga mudah dibentuk. Pembuatannya menggunakan teknologi dan berbasis keilmuwan," dia memaparkan.

 

Menjauhkan Mistis

Golok Depok
Golok Depok (Liputan6.com/Ady Anugrahadi)

Yang membedakan golok Depok dengan golok lain, kata Muzni, yakni bentuknya lebih besar. Panjang golok ini mencapai 31 sentimeter, sedangkan ukuran panjang golok pada umumnya hanya 25 hingga 30 sentimeter.

"Golok Depok bongsor, lebih besar daripada golok pada umumnya. Jadi ketika melihat golok berpostur besar, itu golok Depok," tutur dia.

Desain golok Depok pun diklaim Muzni lebih modern dan ilmiah. Golok ini memiliki desain lebih mengedepankan rasionalitas, meski bukan berarti mereka tidak menghargai para pembuat golok terdahulu yang umumnya menggunakan cara mistis.

Muzni menyebutkan alasan tidak menggunakan hal mistis dalam pembuatan golok Depok, lantaran tidak mau bertentangan dengan agama. Selain itu, berkaitan dengan proses penjualan yang memiliki pasar lebih luas.

"Kalau proses mistik, barang hanya laku di kalangan tertentu, kalangan yang punya keyakinan harus dimandikan setiap tanggal sekian. Harus diperlakukan seperti jimat. Tapi kalau kami menggunakan teknologi dengan rumus yang sudah ada. Lebih mudah untuk masuk ke semua kalangan, ke pasar manapun bisa masuk," kata dia.

Kelebihan lain proses pembuatan golok ini, kata Muzni, adalah tidak memakan waktu lama. Satu golok cukup diperlukan waktu dua hari, mulai dari penajaman plat baja menggunakan gerindra hingga pemasangan gagang kayu.

"Dibentuk, diukur ketebalannya sekitar lima milimeter. Setelah itu ada yang disebut proses penyepuhan, fungsinya menguatkan molekul yang ada di dalam baja. Supaya lebih mengikat dan keras," dia menjelaskan.

Melestarikan Budaya

Muzni bersama kawan-kawan yang tergabung dalam komunitas Golok Depok, berkomitmen menjaga kebudayaan ini yang dinilai mereka sudah hampir punah.

"Sebenarnya Depok itu kaya, orang hanya mengenal belimbing saja. Nah, kami mau angkat golok ini sebagai salah satu ikon Depok. Kita angkat lagi jangan sampai menjadi dinasaurus. Kami juga rencana akan patenkan golok Depok. Jadi ketika ada tamu Wali Kota Depok, suvenir yang diberikan adalah golok Depok," Muzni menandaskan.

Pada kesempatan yang sama, Mustaqin Batum, yang bertugas dalam bidang pemasaran golok Depok di komunitas ini, mengatakan penjualan golok Depok masih dalam bentuk pesanan.

Saat ini, komunitas Golok Depok baru memproduksi tujuh unit. Satu unit telah diberikan kepada Wali Kota Depok, Idris Abdul Somad.

"Ini bukan produk massal. Ini adalah golok Depok yang hanya bisa dipesan khusus. Satu golok dijual per gram, berkisar Rp 700 ribu hingga Rp 1 juta," Muzni menambahkan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya