Liputan6.com, Jakarta Di tengah meningkatnya aktivitas Gunung Agung di Bali, sistem transmisi Global Position System (GPS) yang dipasang Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) rusak.
Padahal, sistem transmisi itu amat penting bagi PVMBG untuk mengamati perkembangan aktivitas Gunung Agung yang kini telah berstatus Awas.
Baca Juga
Barbie Kumalasari Diminta Produser Erry Wibowo Buka Kantor Law Firm di Bali, Untuk Apa?
Pertemuan Pembelajaran Sebaya Tingkat Nasional 2024 Digelar di Bali, Jadi Wadah Munculkan Gagasan Baru
Top 3 Berita Hari Ini: Gaya Bicara dan Bahasa Inggris Verrell Bramasta di Rapat DPR Soal Naturalisasi Pemain Timnas Indonesia Jadi Sorotan
"GPS sistem transmisinya agak rusak. Jadi, kita ambil data ke lapangan. Idealnya transmisi mengantarkan data ke sini (Pos Pengamatan Gunung Agung)," kata Kepala Bidang Mitigasi Gunung Api Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Gede Suantika di pos pantau, Rendang, Karangasem, Bali, Sabtu (30/9/2017).
Advertisement
Beruntung, data mengenai Gunung Agung berhasil diambil meski harus turun ke lapangan. Data tersebut berisi aktivitas Gunung Agung sejak beberapa tahun sebelumnya.
"Sudah kita ambil. Itu kan untuk mengetahui kronologi sebelumnya. Mulai dari 2014, 2015, 2016, apakah ada deformasi. Kita punya empat alat di sekeliling gunung yang dipasang pada 2014," tutur dia.
Suantika menjelaskan, hingga kini PVMBG baru memiliki sekitar 70 persen peralatan untuk memantau aktivitas Gunung Agung. Semua sudah terpasang di posisinya.
"Ada seismik, deformasinya sudah, thermal camera-nya sudah. Tinggal menambahkan beberapa seismik saja atau kita tambahkan pakai sistem temporer biasanya," ujar dia.
Hal yang kurang menurut Suantika adalah memantapkan sistem transmisi hingga ke Pos Pengamatan Gunung Agung.
"Isi transmisi itu data angka-angkanya untuk mendeteksi tubuh gunung, mendeteksi getaran gempa, asalnya di mana," papar dia.
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Citra Satelit
Saat ini, ucap Suantika, PVMBG telah menambah pemasangan seismograf alat-alat yang dibutuhkan.
"Yang kita pasang sekarang dua. Sebelumnya sudah ada empat yang terpasang di Gunung Batur dan kita tambah satu di Bangli. Besok dua lagi dipasang di tempat lain," ucap Suantika.
Tambahan alat tersebut dipasang pada 22 September lalu. Alat itu berfungsi untuk menangkap gempa dan mendeteksi sumber rekahan dan juga kedalamannya.
Untuk pemantauan puncak Gunung Agung, PVMBG menggunakan citra satelit. ‎
"Kita pakai satelit biar kita dapat gambarnya. Kemarin kami menduga ada keanehan asap sulfatar yang putih itu. Kalau mau meletus, asapnya semakin hitam keabu-abuan. Itu perubahannya," ujar Suantika.‎
Advertisement