4 Fakta Sinyal Black Box Lion Air JT 610 Ditemukan

Lokasi kotak hitam Lion Air, berhasil terdeteksi. Sinyalnya dirasakan pada kedalaman 32 meter dari permukaan laut.

oleh Maria Flora diperbarui 01 Nov 2018, 10:06 WIB
Diterbitkan 01 Nov 2018, 10:06 WIB
Pesawat Lion Air
Ilustrasi Pesawat Lion Air (ROSLAN RAHMAN / AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Black box atau kotak hitam, benda yang paling penting dalam sebuah penerbangan. Jika peristiwa kecelakaan pesawat terjadi, benda tersebut menjadi salah satu perangkat yang paling dicari.

Seperti yang terjadi dalam musibah jatuhnya pesawat Lion Air JT 610 di perairan Tanjung Karawang, Jawa Barat, Senin, 29 Oktober lalu. Tim SAR gabungan berusaha menyisir titik lokasi dimana pesawat produksi Boeing itu jatuh.

Mengapa penemuan kotak hitam pesawat sangat penting? Karena jika ditemukan, bisa memberi gambaran jelas mengenai apa yang terjadi di dalam kokpit menjelang kecelakaan nahas itu terjadi.

Belakangan, titik terang lokasi kotak hitam Lion Air, berhasil terdeteksi. Sinyalnya dirasakan pada kedalaman 32 meter dari permukaan laut. Apakah ini artinya black box Lion Air akan segera ditemukan?

Berikut ini beberapa fakta terkait sinyal kotak hitam Lion Air yang berhasil ditemukan Tim SAR gabungan:

Di Kedalaman 32 Meter

7 Orang Warga Sumsel Masuk Daftar Korban Jatuhnya Lion Air JT 610
Pesawat udara Lion Air (Dok. Humas Lion Air / Nefri Inge)

Tidak hanya serpihan dan tubuh korban penumpang Lion Air JT 610 saja yang berhasil dikumpulkan. Rabu, 31 Oktober kemarin, sinyal black box pesawat tujan Tanjungpinang tersebut berhasil ditemukan pada kedalaman 32 meter. Atau berjarak 400 meter dari titik hilang kontak.

Menurut Kepala Basarnas Marsekal Madya Muhammad Syaugi, saat ditemukan, di dasar laut masih ditemui serpihan-serpihan bekas pesawat.

"Arahnya barat laut. Jaraknya 400 meter dari koordinat," ungkap Syaugi.

Sinyal di Lintasan Pipa Pertamina

Pencarian Lion Air JT 160 di Hari Kedua
Tim SAR mengevakuasi barang korban dan puing pesawat Lion Air JT 610 saat pencarian hari kedua di laut utara Karawang, Jawa Barat, Selasa (30/10). Pencarian korban Lion Air dilakukan dengan menyisiri Pantai Tanjung Pakis. (Merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Lokasi sinyal yang berada di lintasan pipa Pertamina membuat Tim SAR gabungan melakukan koordinasi dengan pihak Pertamina untuk menurunkan jangkar.

Dengan penemuan tersebut, diduga bangkai pesawat Lion Air JT 610 juga tak jauh dari lokasi. Dengan begitu dapat dipastikan area pencarian tidak akan diperluas lagi.

Kini yang paling dikhawatirkan Tim gabungan adalah arus bawah laut yang kencang. Sehingga menyulitkan penggunaan robot ROV.

Sinyal Black Box Dikirim oleh Ping Locater

Korban Lion Air JT-610
Tim Basarnas melakukan pencarian korban maupun serpihan pesawat Lion Air JT-610 di perairan Karawang, Jawa Barat, Rabu (31/10). Hingga hari ketiga, pencari korban jatuhnya Lion Air JT-610 terus dilakukan. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Sinyal kotak hitam Lion Air yang jatuh di perairan Tanjung Karawang ditangkap Tim SAR gabungan dari ping locater. Meski begitu, secara visual masih belum terlihat.

Arus bawah laut yang cukup deras menjadi kendala bagi Tim SAR untuk mendekati titik lokasi sinyal black box Lion Air.

"Ternyata arusnya cukup deras, tidak mudah rekan-rekan, di laut itu cukup luas, walaupun koordinat tahu, begitu kita turunkan alat maupun penyelam, ini sangat mudah bergeser," kata Kepala Basarnas Marsekal Madya Muhammad Syaugi dalam konferensi pers di Tanjung Priok, Jakarta, Rabu, 31 Oktober 2018.

Kapal Canggih Bantu Penemuan Black Box

Lion Air JT 610
Tim Basarnas melakukan pencarian jatuhnya pesawat Lion Air JT 610 di perairan Karawang, Jawa Barat Rabu (31/10). Hari ke-3 pencarian diduga adanya temuan benda logam sepanjang 20 meter yang terdeteksi sonar KRI Rigel. (Merdeka.com/Imam Buhori)

Peralatan canggih yang dimiliki kapal milik TNI, Polri, Basarnas, Kementerian ESDM menjadi faktor penentu keberhasilan Tim gabungan mencari kotak hitam Lion Air JT 610 yang jatuh di perairan Tanjung Karawang, Senin pagi, 29 Oktober 2018.

Salah satu kapal bahkan memiliki tambahan alat remotely operated underwater vehicle (ROV) yang bisa mendeteksi serpihan-serpihan pesawat di dasar laut.

"Kemudian kita datang ke kapal yang terakhir. Nah kapal yang terakhir di samping menggunakan dua alat tadi, kapal ini mempunyai remotely operated underwater vehicle (ROV). Dari alat ini kita bisa melihat ada serpihan-serpihan bagian kapal," ucap Kepala Badan SAR Nasional Marsekal Muda TNI (Marsda) M Syaugi.

Selain serpihan, kapal tersebut juga berhasil mendeteksi sinyal ping locator.

"Jadi di blackbox itu ada ping yang bisa berbunyi kita berdua mendengarkan itu, tit tit tit, suara itu terdengar," paparnya. 

 

Saksikan video pilihan di bawah ini: 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya