Ridwan Kamil: Evaluasi PSBB Jabar, 50 Persen Daerah Masih Zona Merah Corona

Ridwan Kamil mengatakan, evaluasi PSBB Jabar ini telah dipaparkan oleh pemprov kepada 27 bupati/wali kota se-Jabar melalui video conference.

oleh Rita Ayuningtyas diperbarui 17 Mei 2020, 18:02 WIB
Diterbitkan 17 Mei 2020, 18:02 WIB
Ridwan Kamil
Gubernur Jabar Ridwan Kamil mengikuti Rapat Terbatas Koordinasi Lintas Provinsi bersama Wakil Presiden Republik Indonesia via video conference, di Gedung Pakuan, Kota Bandung, Selasa (7/4/20). (Humas Jabar)

Liputan6.com, Bandung - Evaluasi pembatasan sosial berskala besar (PSBB) Jawa Barat menunjukkan, 50 persen daerah di wilayah itu masih berada di zona merah pandemi Corona. Padahal, PSBB di Jabar akan berakhir pada Rabu 19 Mei 2020.

Gubernur Jawa Barat M Ridwan Kamil mengatakan, separuh wilayah lainnya berada di zona kuning dan biru.

"PSBB Jabar sudah mau 14 hari selesai, evaluasinya menghasilkan ada sekitar 50 persen daerah masih zona merah, 30 persen sudah membaik menjadi zona kuning, dan ada sekitar empat daerah menjadi zona biru. Ini akan diputuskan Rabu (19 Mei 2020), PSBB skala provinsi akan dilanjutkan dengan skala proporsional,” kata Kang Emil, di Bandung, seperti dilansir Antara, Minggu (17/5/2020).

Dia mengatakan, evaluasi PSBB Jabar ini telah dipaparkan oleh pemprov kepada 27 bupati/wali kota se-Jabar melalui video conference.

Pada rapat secara daring atau online yang turut dihadiri Wakil Gubernur Jabar Uu Ruzhanul Ulum ini, Emil mengatakan evaluasi dilakukan berdasarkan kajian oleh Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan Covid-19 Jabar.

Nantinya, hasil evaluasi bisa menjadi rujukan bagi kabupaten/kota di Jabar untuk menentukan kelanjutan PSBB di wilayahnya.

"Hasil evaluasi ilmiah ini menjadi dasar keputusan bapak/ibu (bupati/wali kota) semua apakah akan melanjutkan PSBB di level kabupaten/kota masing-masing atau ada penyesuaian-penyesuaian," kata Ridwan Kamil.

Ridwan Kamil menjelaskan daerah zona merah, artinya ditemukan kasus Covid-19 pada satu atau lebih klaster dengan peningkatan kasus yang signifikan dan bisa dilakukan PSBB penuh pada daerah tersebut.

Daerah zona kuning, artinya ditemukan kasus Covid-19 pada klaster tunggal dan bisa dilakukan PSBB parsial.

Sementara zona biru berarti ditemukan kasus Covid-19 secara sporadis, baik kasus impor (imported case) atau penularan lokal, di mana daerah dengan zona ini perlu dilakukan physical distancing.

"Nanti tidak semua, 27 kabupaten/kota, melaksanakan PSBB, tapi akan diserahkan kepada kepala daerah. Apakah zona merah yang 50 persen ini akan melanjutkan (PSBB), apakah zona kuning dan zona biru kemungkinan tidak akan melanjutkan PSBB dalam skala penuh. Jadi, Jabar akan melanjutkan PSBB skala parsial, proporsional sesuai dengan situasi di daerah masing-masing," tutur Ridwan Kamil.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Pergerakan Orang

Selain itu, Kang Emil menjelaskan, tidak ditemukan adanya pergerakan PDP, ODP, dan OTG di 63 persen wilayah Jabar.

“Lalu ada sekitar 20 persenan wilayah yang tidak ada pemudik dan wilayah itu tidak ada pergerakan ODP, PDP, dan lain-lain, sehingga 20 persen ini perlakuannya tidak bisa disamakan dengan mereka yang perlu diwaspadai,” kata Emil.

Dia menegaskan, meskipun PSBB disesuaikan dengan kondisi masing-masing daerah, Pemerintah Provinsi Jabar tidak akan menurunkan level pengawasan, termasuk menjelang Hari Raya Idul Fitri 1441 H atau Lebaran 2020 yang akan dilakukan sesuai dengan zona atau level kewaspadaan di daerah masing-masing.

Detailnya, Jabar akan memiliki lima level kewaspadaan, yaitu level lima atau zona hitam (kritis), level empat atau zona merah (berat), yakni kondisi PSBB saat ini, level tiga atau zona kuning (cukup berat), level dua atau zona biru (moderat) menunjukkan wilayah yang perlu melaksanakan physical distancing, dan level satu atau zona hijau (rendah), yakni kondisi normal.

“Nah, kepada yang mereka yang termasuk ke dalam level biru, maka kebijakan bisa lebih longgar, dengan tetap menjauhi kerumunan dan ada protokol kesehatan, tapi kegiatan sudah bisa 100 persen. Kalau dia masih level merah seperti sekarang, itu kegiatan ekonomi atau apapun (dibatasi) hanya 30 persen,” ujar Kang Emil.

Kang Emil merekomendasikan kepada kabupaten/kota yang masih ada di level empat atau zona merah untuk tetap melakukan PSBB secara penuh, namun kepada kabupaten/kota yang sudah termasuk zona kuning dan biru bisa melakukan PSBB parsial.

“Hampir semua yang namanya kota (di Jabar) itu masuk yang level merah, kecuali Kota Bandung, sudah masuk kategori level kuning atau level tiga dari lima level itu,” kat Kang Emil.

“Oleh karena itu, rekomendasi hari ini kepada 50 persen dari 27 kota/kabupaten yang kategorinya masih merah atau level empat, kami rekomendasikan untuk melanjutkan PSBB secara penuh, tapi kepada zona kuning dan biru kami merekomendasi pilihan melakukan PSBB parsial,” katanya.

Emil menambahkan, ukuran keberhasilan PSBB juga bisa diukur dengan turunnya pasien terkonfirmasi positif sambil terus melakukan peningkatan jumlah tes masif.

"Kami sedang mengejar 300 ribu pengetesan dalam waktu secepatnya,” ujar Kang Emil.

 


Tren Positif

Emil mengatakan, secara umum tren Jabar dalam menangani pandemi ini cukup positif, di antaranya merujuk jumlah pasien di rumah sakit yang menurun sejak akhir April, angka kematian menurun, serta tingkat kesembuhan naik dua kali lipat.

"Saya ucapkan terima kasih kepada semua pemimpin daerah yang sudah sinkronisasi terkait apa yang kita kerjakan, sehingga kita di Jawa Barat bisa satu frekuensi,” katanya.

Meski begitu, Kang Emil juga meminta kepala daerah untuk tetap mewaspadai potensi adanya orang tanpa gejala (OTG) dari para pemudik.

Dirinya berujar, ada kemungkinan kedatangan 300 ribu pemudik ke Jabar. Hal itu dinilai bisa merusak tren positif penanganan Covid-19.

Menurut Emil, jika tren positif ini digagalkan oleh datangnya potensi-potensi OTG atau pemudik yang jumlahnya diperkirakan ada sekitar 300 ribu, itu akan mengganggu tren menggembirakan yang ada di Jawa Barat.

“Saya ucapkan terima kasih atas kerja keras (tenaga kesehatan) bahwa pasien yang sembuh jumlahnya dua kali lipat lebih banyak, tinggal mewaspadai yang namanya pemudik sebagai potensi persebaran baru,” katanya.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya