Pengamat: Reshuffle Kabinet Perlambat Kerja Jokowi Bila Hasil Intervensi Parpol

Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting, Pangi Syarwi Chaniago, buka suara soal isu [reshuffle](4291188 "") kabinet.

oleh Muhammad Radityo Priyasmoro diperbarui 01 Jul 2020, 13:23 WIB
Diterbitkan 01 Jul 2020, 13:23 WIB
Pelantikan Menteri Kabinet Indonesia Maju
Presiden Joko Widodo atau Jokowi didampingi Wakil Presiden Ma'ruf Amin berfoto bersama jajaran menteri Kabinet Indonesia Maju yang baru dilantik di tangga beranda Istana Negara, Jakarta, Rabu (23/10/2019). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting, Pangi Syarwi Chaniago, buka suara soal isu reshuffle kabinet. Menurut Pangi, hal tersebut justru dapat memperlambat akselarasi kerja Jokowi bila tak cermat.

"Jokowi disibukkan dengan reshuffle berkali-kali, akibat salah memilih pembantunya. Gonta-ganti menteri berkali kali juga dapat memperlambat akselarasi kerja kementerian itu sendiri, menteri baru harus beradaptasi kembali dan mulai dari nol lagi," ungkap Analis Politik ini saat dihubungi Liputan6.com, Rabu (1/7/2020).

Apalagi, lanjut dia, bila Jokowi melakukan reshuffle lantaran letupan politik. Dia percaya, berapa kali pun reshuffle, hasilnya akan tetap sama.

"Dua kali sampai sepuluh kali pun tidak akan punya korelasi linear terhadap kinerja, selama reshuffle berbasis politik semata. Hal tersebut sekarang mulai terungkap dan terkonfirmasi, banyak menteri nampaknya tidak mampu mengimbangi ritme kerja presiden," kritik dia.

Pangi mengendus, intervensi parpol dalam penyusunan kabinet dan reshuffle cukup kuat. Padahal, tindakan tersebut akan mereduksi kekuasaan presiden (hak prerogatif).

"Saya pikir kemarahan Jokowi kemarin akibat presiden salah menempatkan pembantunya, presidenvtidak menjalankan hak prerogatif secara maksimal, tidak menempatkan menteri berdasarkan basis the right man on the right place," yakin Pangi.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Ancaman Jokowi

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengancam akan melakukan reshuffle atau perombakan kabinet di tengah pandemi Corona. Hal itu disampaikan Jokowi di hadapan seluruh menteri dalam sidang kabinet paripurna yang digelar di Istana Kepresidenan Jakarta, Kamis 18 Juni 2020.

Video rekaman sidang itu baru ditayangkan di Youtube Sekretariat Presiden, Minggu 28 Juni 2020. Nada bicara Jokowi meninggi saat membuka pidato. Dia marah karena melihat menterinya yang masih bekerja biasa-biasa saja di tengah situasi krisis akibat pandemi Corona.

"Saya lihat, masih banyak kita ini yang seperti biasa-biasa saja. Saya jengkelnya di situ. Ini apa enggak punya perasaan? Suasana ini krisis," tegas Jokowi.

Masih dengan nada tinggi, Jokowi menyatakan akan mengambil langkah tegas bagi menterinya yang tak bekerja maksimal di masa pandemi Corona. Misalnya, melakukan reshuffle kabinet atau membubarkan lembaga.

Dia mengaku telah memikirkan langkah-langkah tersebut. Menurut dia, diperlukan langkah extraordinary atau luar biasa untuk menghadapi krisis saat ini.

"Langkah-langkah extraordinary ini betul-betul harus kita lakukan. Saya membuka yang namanya entah langkah politik, entah langkah-langkah kepemerintahan. Akan saya buka. Langkah apapun yang extraordinary akan saya lakukan. Untuk 267 juta rakyat kita. Untuk negara," jelasnya.

 "Bisa saja membubarkan lembaga. Bisa saja reshuffle. Udah kepikiran ke mana-mana saya," sambung Jokowi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya