Sisik Ikan dari Pengolahan di Boyolali Tembus Pasar Ekspor Jepang dan India

UPI PT. Marine Biogel Indonesia di Kabupaten Boyolali adalah salah satu contoh industri yang memanfaatkan limbah ikan (waste) yaitu sisik. Sebelumnya sisik ikan dianggap tidak memiliki nilai atau harga dan kini justru menjadi sesuatu yang bernilai.

oleh stella maris diperbarui 23 Feb 2023, 13:31 WIB
Diterbitkan 23 Feb 2023, 12:24 WIB
Ketua Komisi IV DPR RI, Sudin
Ketua Komisi IV DPR RI, Sudin saat mengunjungi UPI PT. Marine Biogel Indonesia di Kabupaten Boyolali/kkp.go.id.

Liputan6.com, Jakarta Sisik ikan yang diolah Unit Pengolah Ikan (UPI) di Boyolali, Jawa Tengah berhasil tembus ke pasar ekspor Jepang dan India. Hal itu diungkapkan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). 

Plt. Dirjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP), Ishartini menyebut bahwa hasil sampingan produk perikanan berupa sisik ikan merupakan  pemanfaatan berbasis zero waste dan menjadi produk bernilai tambah tinggi.

"Ikan merupakan sumber daya yang dapat dimanfaatkan seluruhnya (zero waste). Tidak hanya dagingnya saja yang dapat dimanfaatkan, tetapi kulit, tulang, sirip, dan seluruh bagian ikan dapat diolah dan dimanfaatkan,“ ujar Ishartini dalam keterangan tertulis, Rabu (22/2). 

Ya, UPI PT. Marine Biogel Indonesia di Kabupaten Boyolali adalah salah satu contoh industri yang memanfaatkan limbah ikan (waste) yaitu sisik. Sebelumnya sisik ikan dianggap tidak memiliki nilai atau harga dan kini justru menjadi sesuatu yang bernilai. 

Dengan proses dan perlakuan tertentu, sisik-sisik tersebut siap dimanfaatkan menjadi bahan baku pembuatan kolagen. Ishartini mengatakan kolagen memiliki manfaat antara lain untuk mencegah penggumpalan darah, menyembuhkan luka lebih cepat, menjaga kesehatan sistem syaraf tubuh, dan lain sebagainya. 

"Dengan kandungan protein yang tinggi dibutuhkan dalam jumlah yang besar bagi industri makanan, kosmetik, obat-obatan, dan lain sebagainya," sambung Ishartini. 

Mengingat adanya peluang tersebut, Ishartini mengajak pelaku industri perikanan budidaya maupun UMKM dalam negeri untuk bisa memenuhi kebutuhan sisik tersebut. Terlebih sejak beroperasi pada 2021, PT. Marine Biogel Indonesia telah menyerap 35 tenaga kerja dengan komposisi 15 orang laki-laki dan 20 orang perempuan, serta 22 orang berstatus tenaga kerja tetap dan sisanya 13 orang sebagai tenaga kerja harian. 

Dengan proses produksi yang sederhana, PT. Biogel dapat menampung tenaga kerja yang tidak memiliki keterampilan khusus. Mereka cukup dibekali dengan pelatihan quality control serta didampingi kepala produksi yang memiliki sertifikat mutu untuk menghasilkan produk yang berkualitas. 

"Produk akhir yang diproduksi telah mampu menembus pasar ekspor dengan tujuan utama Jepang dan India dengan omset yang dihasilkan mencapai Rp25-50 miliar/tahun," jelasnya. 

Keberhasilan menembus pasar ekspor karena Ditjen PDSPKP memfasilitasi industri melalui penyediaan informasi pasar serta perluasan akses pasar dalam dan luar negeri. Ishartini menegaskan jajarannya juga terus berupaya mengedukasi pelaku usaha terkait pemenuhan persyaratan pasar, penguatan ketertelusuran, hingga mengedukasi pentingnya diversifikasi produk dan nilai tambah. 

Sementara Ketua Komisi IV DPR RI, Sudin saat mengunjungi UPI beberapa waktu lalu juga memberiapresiasi adanya hilirisasi produk perikanan di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Menurutnya, sisik ikan yang sering dianggap sebagai limbah atau waste bisa dijadikan sesuatu yang bernilai tambah tinggi sekaligus bisa diekspor. 

"Inikan suatu hal yang luar biasa, saya berbicara dengan Ibu Dirjen dari PDSPKP kalau sisik ikan dari Indonesia semua dikumpulkan masing-masing kabupaten ada pengepulnya kan menjadi cukup untuk memenuhi kebutuhan bahan baku," ujar Sudin. 

 

(*)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya