Liputan6.com, Jakarta - Wakil Menteri Keuangan Republik Indonesia, Prof. Suahasil Nazara, menekankan pentingnya dukungan terhadap pertumbuhan usia produktif dengan kebijakan pemerintah yang komprehensif, mulai dari fase prenatal hingga usia lanjut. Menurut Prof Suahasil, keberhasilan dan upaya di masa produktif sangat mempengaruhi kualitas hidup di usia senja.
“Investasi di bidang pendidikan, kesehatan, perlindungan sosial yang adaptif, serta reformasi sistem pensiun memiliki peran krusial dalam mewujudkan silver demographic dividend yang berkelanjutan,” kata Prof. Suahasil saat menghadiri seminar bertajuk “Generasi Silver Aktif dan Sejahtera pada Indonesia Emas 2045” yang digelar dalam rangka syukuran enam dekade berdirinya Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LD FEB UI) di Jakarta, Jumat (30/8/2024)
Baca Juga
Dalam pemaparannya, Prof. Suahasil mengambil topik, Lansia: Antara Anugerah dan Tantangan Mempersiapkan Perawatan Jangka Panjang (Long Term Care).
Advertisement
Sejalan dengan itu, Sri Moertiningsih Adioetomo, Peneliti Senior LD FEB UI dan Guru Besar FEB UI, mengungkap jumlah penduduk lansia di Indonesia diperkirakan akan mencapai 20% pada tahun 2050.
“Seiring bertambahnya usia, lansia akan mengalami penurunan kapasitas fungsional yang diperparah oleh penyakit tidak menular akibat gaya hidup tidak sehat sejak dini,” tutur Sri dalam kesempatan yang sama.
LTC
Sri mecatat, timbil kebutuhan akan perawatan jangka panjang (LTC) yang dapat menjadi beban signifikan bagi keluarga dan pemerintah. Biaya LTC mencakup medical cost, non-medical cost, caregiving cost, dan social cost lainnya.
“Beberapa alternatif pembiayaan LTC, seperti sistem asuransi sosial, Universal Coverage Tax Funded System, dan Safety Net Tax-Funded System. (Namun) kebijakan LTC di beberapa negara tidak selalu termasuk dalam cakupan jaminan kesehatan universal, sehingga negara-negara seperti Jepang dan Korea telah mengembangkan skema asuransi sosial khusus untuk kebutuhan ini,” ungkap dia.
“Contoh lain adalah Jerman, di mana klien LTC berkontribusi hingga 21,4% dari total biaya, sementara di Jepang kontribusinya mencapai 10%,” imbuh dia.
Ippei Tsuruga, pembicara dari Jepang turut membahas urgensi reformasi sistem pensiun di Indonesia, mengingat perubahan demografis yang cepat, seperti peningkatan jumlah penduduk lanjut usia dan dominasi pekerja di sektor informal.
“Caranya, dengan merekomendasikan peningkatan kontribusi wajib pada skema pensiun untuk memperkuat jaring pengaman sosial bagi semua pekerja, baik di sektor formal maupun informal,” saran dia.
Advertisement
Skema Pensiun Sosial
Ippei juga menekankan, perlunya memperkenalkan skema pensiun sosial yang menyediakan manfaat tetap bagi seluruh warga negara, guna mengatasi kesenjangan dalam akses manfaat pensiun, terutama bagi mereka yang tidak mampu berkontribusi secara konsisten.
“Reformasi ini diharapkan dapat menciptakan sistem perlindungan sosial yang lebih inklusif dan berkelanjutan, serta memperkuat ketahanan ekonomi Indonesia,” harapnya.
Dengan demikian, Generasi silver tidak lagi hanya dipandang sebagai kelompok yang bergantung pada bantuan, tetapi juga sebagai kontributor penting dalam masyarakat, baik sebagai konsumen dengan daya beli tinggi maupun sebagai tenaga kerja dengan pengalaman berharga. Namun, tantangan seperti rendahnya akumulasi kekayaan, diskriminasi usia, dan penurunan kesehatan tetap ada.
Maka dari itu, Lembaga Demografi merekomendasikan kelanjutan pembahasan RUU Kesejahteraan Lansia dan pembentukan unit khusus yang menangani isu-isu lansia secara komprehensif.