Banjir di Kendari, Sulawesi Tenggara memakan korban. Sebanyak 1 orang meninggal dunia, sementara 2.300 lainnya harus mengungsi. Bencana yang terjadi sejak 15 Juli lalu itu diklaim sebagai bencana terparah sepanjang sejarah Kota Kendari.
Banyak warga yang terjebak tinggal di atap rumah, namun tak sedikit pula yang pergi mengungsi ke tempat yang lebih tingi, seperti yang tayang pada Liputan 6 Malam SCTV, Rabu (17/7/2013). Kesedihan mendalam pun dirasakan warga. Mereka terpaksa sahur dengan menu seadanya di pengungsian.
Hanya dengan kasur dan selimut tipis pemberian Dinas Sosial setempat lah para pengungsi ini tidur. Mereka tidak bisa berbuat banyak karena harta benda yang ada telah hanyut dibawa banjir. Adapula yang rumahnya telah tersapu menjadi tanah.
Sementara itu, Gubernur Sulawesi Tenggara yang meninjau langsung kondisi banjir memerintahkan proses evakuasi warga. Banjir terparah sepanjang sejarah Kendari ini akhirnya memunculkan kesadaran untuk memerbaiki sistem drainase kota. (Ndy)
Banyak warga yang terjebak tinggal di atap rumah, namun tak sedikit pula yang pergi mengungsi ke tempat yang lebih tingi, seperti yang tayang pada Liputan 6 Malam SCTV, Rabu (17/7/2013). Kesedihan mendalam pun dirasakan warga. Mereka terpaksa sahur dengan menu seadanya di pengungsian.
Hanya dengan kasur dan selimut tipis pemberian Dinas Sosial setempat lah para pengungsi ini tidur. Mereka tidak bisa berbuat banyak karena harta benda yang ada telah hanyut dibawa banjir. Adapula yang rumahnya telah tersapu menjadi tanah.
Sementara itu, Gubernur Sulawesi Tenggara yang meninjau langsung kondisi banjir memerintahkan proses evakuasi warga. Banjir terparah sepanjang sejarah Kendari ini akhirnya memunculkan kesadaran untuk memerbaiki sistem drainase kota. (Ndy)