Modifikasi cuaca di Jakarta dinilai terlambat dilakukan, sehingga hujan tetap saja turun dengan intensitas tinggi. Hasilnya sudah pasti, sejumlah titik di wilayah Ibukota terendam banjir.
Menurut Kepala Unit Teknis Hujan Buatan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Heru Widodo, rapat soal rekayasa cuaca sebenarnya sudah dilakukan pada awal November 2013. Namun, pengamat tatakota dari Universitas Trisakti, Nirwono Joga menilai langkah BPPT tidaklah tepat.
"Tidak tepat kalau cara berfikirnya begitu. Modifikasi cuaca itu kan bersifat sementara dan seharusnya dilakukan untuk saat yang sangat urgent saja," kata Nirwono kepada Liputan6.com, di Jakarta, Minggu (19/1/2014).
Bahkan, menurut Nirwono dana peruntukan modifikasi cuaca yang mencapai angka di atas Rp 20 miliar lebih baik digunakan untuk membantu program yang sedang dan akan dilakukan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo.
"Modifikasi cuaca yang hampir memakan biaya 28 miliar itu alangkah baiknya untuk merevitalisasi 40 waduk di Jakarta dan 14 situ yang juga harus direvitalisasi," ujar Nirwono.
Lebih jauh Nirwono mengatakan, sangat tidak baik memodifikasi cuaca dengan memindahkan hujan secepat-cepatnya ke laut. Ia menambahkan, 6 bulan lagi Jakarta akan mengalami musin kemarau dan jika semua hujan dibuang ke laut maka tidak akan ada persediaan air bersih yang cukup.
"Kita pernah mengalami krisis air bersih di Jakarta dan permukaan tanah yang menurun, itu semua karena tidak adanya persediaan air dan resapan air di Jakarta saat musim kemarau. Apa mau terjadi lagi karena membuang air secepat-cepatnya ke laut dengan modifikasi cuaca?" ucapnya.
Yang lebih tepat untuk dilakukan saat ini, sebut Nirwono, bagaimana pemerintah pusat beserta pemerintah daerah di Bodetabek mendukung program Jokowi yang sedang dan akan dilakukan.
"Harusnya ada dukungan dana yang lebih besar. Iya Jokowi belum maksimal, tapi kan sudah di koridornya. Jadi pemerintah pusat dan Bodetabek sama-sama membuat waduk dan resapan air dan bekerja agar tidak ada yang merasa diintervensi," tandas Nirwono. (Ado)
Menurut Kepala Unit Teknis Hujan Buatan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Heru Widodo, rapat soal rekayasa cuaca sebenarnya sudah dilakukan pada awal November 2013. Namun, pengamat tatakota dari Universitas Trisakti, Nirwono Joga menilai langkah BPPT tidaklah tepat.
"Tidak tepat kalau cara berfikirnya begitu. Modifikasi cuaca itu kan bersifat sementara dan seharusnya dilakukan untuk saat yang sangat urgent saja," kata Nirwono kepada Liputan6.com, di Jakarta, Minggu (19/1/2014).
Bahkan, menurut Nirwono dana peruntukan modifikasi cuaca yang mencapai angka di atas Rp 20 miliar lebih baik digunakan untuk membantu program yang sedang dan akan dilakukan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo.
"Modifikasi cuaca yang hampir memakan biaya 28 miliar itu alangkah baiknya untuk merevitalisasi 40 waduk di Jakarta dan 14 situ yang juga harus direvitalisasi," ujar Nirwono.
Lebih jauh Nirwono mengatakan, sangat tidak baik memodifikasi cuaca dengan memindahkan hujan secepat-cepatnya ke laut. Ia menambahkan, 6 bulan lagi Jakarta akan mengalami musin kemarau dan jika semua hujan dibuang ke laut maka tidak akan ada persediaan air bersih yang cukup.
"Kita pernah mengalami krisis air bersih di Jakarta dan permukaan tanah yang menurun, itu semua karena tidak adanya persediaan air dan resapan air di Jakarta saat musim kemarau. Apa mau terjadi lagi karena membuang air secepat-cepatnya ke laut dengan modifikasi cuaca?" ucapnya.
Yang lebih tepat untuk dilakukan saat ini, sebut Nirwono, bagaimana pemerintah pusat beserta pemerintah daerah di Bodetabek mendukung program Jokowi yang sedang dan akan dilakukan.
"Harusnya ada dukungan dana yang lebih besar. Iya Jokowi belum maksimal, tapi kan sudah di koridornya. Jadi pemerintah pusat dan Bodetabek sama-sama membuat waduk dan resapan air dan bekerja agar tidak ada yang merasa diintervensi," tandas Nirwono. (Ado)
Baca juga:
Titik Banjir Jalanan Jakarta Minggu Pagi
Ketinggian Air di Katulampa Turun Jadi 90 Cm, Siaga III
Rekayasa Cuaca Gagal? Ini Alasannya
Sudah Terobos Banjir dan Perahu Bocor, Warga Tolak Dievakuasi
Cerita Sukri Bertahan 1 Pekan di Tengah Banjir Kampung Pulo