Hujan deras yang disertai longsor di kota Jayapura, Papua, pada Sabtu 22 Februari malam, membuat Perusahaan Air Minum Daerah (PDAM) Jayapura, mengalami kerugian sekitar Rp 610 juta. Karena, dua sumber air yakni di belakang Bank BRI Kloofkamp dan di Polimak rusak akibat tertimbun pasir.
"Sekitar 10-25 intek air juga rusak. Pipa-pipa air di sepanjang Kantor Perhubungan dan APO kemungkinan patah akibat bencana ini," kata Direktur PDAM Jayapura, Abdul M Petonengan, di Jayapura, Papua, Senin (24/02/2014).
Abdul mengakui, saat ini ada beberapa lokasi terutama pemukiman warga yang tidak dapat dialiri air karena adanya kerusakan-kerusakan pipa pascalongsor dan banjir tersebut.
"Sementara kami akan melalukan pengairan darurat dengan cara diperbaiki sementara. Cara pengairan kepada warga juga akan dilakukan secara bergilir. Sementara jika aliran air kembali normal, perbaikan dua sumber air akan memakan waktu 1-2 tahun," jelasnya.
Warga Kesal
Di sisi lain, Lina salah satu warga Polimak Jayapura mengaku kesal akibat dirinya dan warga lainnya tak bisa mendapatkan air bersih akibat banjir dan tanah longsor tersebut. Bahkan, menurutnya, warga menduga bahwa PDAM Jayapura sengaja menghentikan aliran air.
"Warga menduga, PDAM sengaja menghentikan aliran airnya karena takut air keruh. Namun kami tunggu sampai hari ini atau sudah 3 hari, air PDAM belum juga mengalir," ungkap Lina.
Tak hanya Lina, warga lain, Maria Iwanggin, juga kesal akibat sulitnya mendapatkan air bersih akibat banjir dan tanah longsor tersebut. Lantaran dirinya bersama warga lain harus membeli air bersih sebesar Rp 200 ribu per tangki.
"Biasanya kalau air tidak mengalir, kami membeli air tangki, yang per tangkinya berkisar Rp 200 ribu-250 ribu. Tapi akibat bencana ini, penjual air tangki juga belum melayani pembelian," kata Maria.
Akibat tak adanya air bersih, sejumlah warga terpaksa membeli air dalam botol kemasan untuk keperluan sehari-hari. Warga berharap, keadaan ini tak berlangsung lama.
"Satu botol air mineral kemasan satu liter seharga Rp 5.000. Paling tidak kami membutuhkan lebih dari 10 botol per hari," sesal Maria.
Hujan deras Sabtu 22 Februari malam dimulai pukul 18.30 WIT hingga mengakibatkan banjir bandang yang membawa material berat, dan menghantam rumah penduduk. Banjir bandang berasal dari Sungai ATO, Sungai Anapri, dan Sungai STM. Hingga akhirnya menewaskan 6 orang dan 2 lainnya masih hilang. (Adm/Yus)
Baca Juga:
BPBD Papua: Ada 6 Jenazah Korban Longsor di Jayapura, Bukan 11
Korban Tewas Longsor Jayapura Ditemukan Mengenaskan
Jayapura Longsor, 1 Tewas, 6 Hilang
"Sekitar 10-25 intek air juga rusak. Pipa-pipa air di sepanjang Kantor Perhubungan dan APO kemungkinan patah akibat bencana ini," kata Direktur PDAM Jayapura, Abdul M Petonengan, di Jayapura, Papua, Senin (24/02/2014).
Abdul mengakui, saat ini ada beberapa lokasi terutama pemukiman warga yang tidak dapat dialiri air karena adanya kerusakan-kerusakan pipa pascalongsor dan banjir tersebut.
"Sementara kami akan melalukan pengairan darurat dengan cara diperbaiki sementara. Cara pengairan kepada warga juga akan dilakukan secara bergilir. Sementara jika aliran air kembali normal, perbaikan dua sumber air akan memakan waktu 1-2 tahun," jelasnya.
Warga Kesal
Di sisi lain, Lina salah satu warga Polimak Jayapura mengaku kesal akibat dirinya dan warga lainnya tak bisa mendapatkan air bersih akibat banjir dan tanah longsor tersebut. Bahkan, menurutnya, warga menduga bahwa PDAM Jayapura sengaja menghentikan aliran air.
"Warga menduga, PDAM sengaja menghentikan aliran airnya karena takut air keruh. Namun kami tunggu sampai hari ini atau sudah 3 hari, air PDAM belum juga mengalir," ungkap Lina.
Tak hanya Lina, warga lain, Maria Iwanggin, juga kesal akibat sulitnya mendapatkan air bersih akibat banjir dan tanah longsor tersebut. Lantaran dirinya bersama warga lain harus membeli air bersih sebesar Rp 200 ribu per tangki.
"Biasanya kalau air tidak mengalir, kami membeli air tangki, yang per tangkinya berkisar Rp 200 ribu-250 ribu. Tapi akibat bencana ini, penjual air tangki juga belum melayani pembelian," kata Maria.
Akibat tak adanya air bersih, sejumlah warga terpaksa membeli air dalam botol kemasan untuk keperluan sehari-hari. Warga berharap, keadaan ini tak berlangsung lama.
"Satu botol air mineral kemasan satu liter seharga Rp 5.000. Paling tidak kami membutuhkan lebih dari 10 botol per hari," sesal Maria.
Hujan deras Sabtu 22 Februari malam dimulai pukul 18.30 WIT hingga mengakibatkan banjir bandang yang membawa material berat, dan menghantam rumah penduduk. Banjir bandang berasal dari Sungai ATO, Sungai Anapri, dan Sungai STM. Hingga akhirnya menewaskan 6 orang dan 2 lainnya masih hilang. (Adm/Yus)
Baca Juga:
BPBD Papua: Ada 6 Jenazah Korban Longsor di Jayapura, Bukan 11
Korban Tewas Longsor Jayapura Ditemukan Mengenaskan
Jayapura Longsor, 1 Tewas, 6 Hilang