Liputan6.com, Jakarta - Sejak perpres tentang mobil listrik diteken Presiden Jokowi, Agustus lalu, semua produsen mobil Indonesia langsung bergerak merapikan strategi dagang mereka. Tak terkecuali Toyota Astra Motor yang hingga saat ini tetap ingin mengedepankan mobil hybrid untuk memasuki babak baru di Indonesia.
Bukan tidak punya mobil listrik murni, tapi Toyota menganggap mobil hybrid dianggap lebih reliable dalam era transisi kendaraan masa depan. "Mobil listrik masih mahal, terutama soal komponen utamanya, baterai," ujar Anton Jimmy, Marketing Director TAM, dalam acara test drive mobil hybrid Toyota di Cisarua, Bogor, Selasa (1/10/2019).
Advertisement
Baca Juga
Pada kesempatan uji coba tersebut, 5 mobil hybrid Toyota dikeluarkan. Mulai dari Toyota CH-R 1.8 HV A/T single tone yang bernilai Rp523,35 juta, Toyata New Altis Hybrid A/T yang harganya Rp566,3 juta, Toyota Prius HEV dengan kisaran harga kurang lebih Rp700 juta, lalu Toyota Camry 2.5 L A/T Hybrid dengan banderol Rp809,4 juta, hingga yang termahal Toyota Alphard HEV, Rp1,5 miliar.
Mobil hybrid menjadi jembatan sebelum menuju mobil listrik seutuhnya. "Mobil hybrid bisa menjangkau pelosok yang insfrastruktur pengisian listriknya belum memadai. Emisi gas buangnya pun lebih rendah dari mobil konvensional," tambah Anton saat mendampingi Liputan6.com yang mengemudikan Toyota Camry 2.5 L A/T Hybrid.
Simak Video Pilihan Berikut Ini:
Toyota Tidak Punya Mobil Listrik?
Pada era elektrifikasi di Indonesia, Toyota mendahulukan mobil hybrid sebelum beralih ke mobil listrik tulen ataupun mobil hidrogen. Tidak seperti produsen lain yang tampaknya langsung lompat dari mobil konvensional ke listrik. Nissan contohnya. Produsen asal Jepang ini rencananya akan menjual Nissan Leaf tahun depan di Indonesia.
Bukan berarti Nissan tidak punya mobil hybrid. Liputan6.com pernah mencoba Nissan Note E-Power yang menggunakan rangkaian seri mesin konvensional dan motor listrik. Mesin konvensional dijadikan generator untuk mengisi baterai yang listriknya akan digunakan sebagai penggerak motor listrik.
Begitu juga Toyota, bukan berarti tidak punya mobil listrik. Toyota C-HR/IZOA EV jadi andalan. Guangzhou-Toyota bermodel C-HR sementara kerjasama FAW-Toyota bernama IZOA. Mobil tersebut merupakan crossover yang mengadopsi platform TNGA.
Keduanya diperkenalkan di Shanghai Auto Show 2019. Toyota memasarkannya di Cina tahun depan.
Namun untuk Indonesia, Toyota menganggap mobil hybrid lebih pas untuk digunakan. Alasannya simpel, tidak membutuhkan tambahan infrastruktur apapun untuk membuat kendaraan dapat berjalan.
Advertisement
Mobil Hybrid Toyota di Indonesia
Kalau kita mengenal mobil hybrid pertama yang diproduksi massal dan masih ada sampai sekarang, sudah pasti itu adalah Toyota Prius HEV (hybrid electrified vehicle). Edisi pertamanya sudah terbit 1997.
Sementara perjalanan kendaraan elektrifikasi Toyota di Indonesia baru mulai 10 tahun lalu. Toyota Prius HEV Gen-2 diperkenalkan di Tanah Air.
Hingga tahun ini, Toyota telah menjual lebih dari 2.200 unit kendaraan elektrifikasi di Indonesia. Semuanya masih model mobil hybrid, belum mobil listrik penuh. Pilihan modelnya adalaha Prius, Alphard HEV, Camry HEV, C- HR HEV, dan yang paling baru adalah Corolla Altis HEV.
"Yang aware mobil hybrid 60 persen (konsumen Toyota), tapi yang mengerti masih sedikit," ujar Henry Tanoto, Wakil Presiden Director TAM di kesempatan yang sama. Berdasarkan survei internal Toyota, hanya mengerti baru 15 persen.
Garansi Atas Harga Mahal
Harga jual menjadi salah satu faktor lambatnya pertumbuhan penjualan mobil hybrid di Indonesia. "Affordability memang menjadi isu. Harapannya ada insentif, baik insentif fiskal maupun non fiskal," jelas Henry.
Semua mobil hybrid yang dijual Toyota masih di atas setengah miliar rupiah. Sebagai contoh, Toyota CH-R Hybrid lebih mahal Rp30 juta dibanding yang model konvensional.
"Kalau baterai sudah diproduksi massal di Indonesia pasti akan lebih murah," tambah Anton. Baterai menjadi komponen mahal di mobil listrik/hybrid.
Menurut Toyota, baterai pada kendaraan HEV didesain untuk dapat bertahan seumur pemakaian kendaraan. Meski begitu, semua tergantung pada kondisi setiap negara yang berbeda dan bagaimana kendaraan tersebut dioperasikan.
Masa pakai baterai antara 5-10 tahun. Sedangkan untuk menggantinya bisa kena biaya lebih dari Rp50 juta.
Untuk memberi rasa tenang, Toyota di Indonesia memberikan garansi hingga 5 tahun atau 150 ribu kilometer untuk baterai hybrid (mana yang tercapai lebih dulu), di mana garansi teknis mobil 3 tahun atau 100 ribu kilometer (mana yang tercapai lebih dulu). Pun ditambah dengan biaya servis berkala yang tidak jauh berbeda dengan versi mesin besin.
Advertisement