China Ancam Eropa Jika Tarif Kendaraan Listriknya Tak Dicabut Sebelum 4 Juli 2024

Mendekati 4 Juli untuk segera terbit, bea tarif impor mobil listrik China terus mendapat respon keras dari Beijing. Perundingan dijadwalkan berlangsung.

oleh Khizbulloh Huda diperbarui 24 Jun 2024, 14:07 WIB
Diterbitkan 24 Jun 2024, 14:07 WIB
BYD
BYD Sea Lion jadi penantang kuat Tesla Model Y.

Liputan6.com, Beijing - Komisi Eropa berencana memberlakukan bea impor sementara pada kendaraan listrik yang diproduksi di China, yang dijadwalkan berlaku mulai 4 Juli mendatang. 

Sebelum mencapai tenggat tersebut, pemerintah China mengajak Komisi berunding dengan harapan mencapai pembatalan kebijakan tersebut sebelum tanggal yang ditentukan.

Belum ditentukan bea yang akan dikenakan saat terjadi ketok palu dan penerbitan pada 4 Juli mendatang, namun menurut laporan Reuters, itu di kisaran antara 17,4 persen hingga 38,1 persen.

Tarif impor tersebut melebihi tarif standar 10 persen untuk impor mobil, yang berarti itu adalah pengenaan tarif impor mobil listrik China sebanyak-banyaknya 48,1 persen.

Global Times, media pemerintah China melaporkan pada Minggu malam (25/6/2024) bahwa kedua belah pihak telah sepakat untuk mengadakan perundingan perdagangan baru.

Kabar itu muncul setelah obrolan telepon Komisaris Uni Eropa Valdis Dombrovskis dan Menteri Perdagangan China Wang Wentao hari Sabtu (22/6/2024).

Beijing telah berulang kali meminta Uni Eropa (UE) untuk membatalkan tarifnya, dan terbuka untuk negosiasi. Pihaknya tidak lagi ingin terlibat dalam perang tarif karena masih terdampak tarif Amerika Serikat.

Namun di sisi lain, pemerintah China mengatakan pihaknya akan tetap mengambil semua langkah untuk melindungi perusahaan-perusahaan mereka jika pun itu terjadi.

China telah menolak tuduhan subsidi yang tidak adil, dan mengatakan harga-harga murah kendaraan listriknya berasal dari keunggulan teknologi, pasar, dan rantai pasok industri.

Jika keduanya keluar dari perundingan tanpa solusi pembatalan, China akan melakukan tindakan balasan, mengutip Global Times.

Produsen Otomotif Eropa Takut Akan Tindakan Balasan China

BMW iX3 dibanderol dengan harga Rp 1,1 miliar
Mobil listrik BMW iX3 diproduksi di pabrik BMW Dadong Extension di Shenyang, China

Para eksekutif jenama otomotif Eropa telah memperingati UE terkait ancaman dari China. Pabrikan yang melakukan protes tersebut di antaranya adalah Mercedes-Benz, BMW, dan juga Volkswagen.

CEO BMW, Oliver Zipse, mengatakan kepada investor bahwa dia tidak percaya industri otomotif Eropa memerlukan proteksionisme, terkhusus dari UE, dan bahwa dengan terlibat dalam perang dagang, "Anda dapat dengan cepat merugikan diri sendiri," dikutip dari Automotive News Europe.

Pimpinan VW, Oliver Blume, juga mewaspadai tarif, dengan mengatakan bahwa risiko pembalasan dari Beijing "berpotensi berbahaya."

Dan Carlos Tavares, kepala Stellantis, juga menggambarkan potensi tarif terhadap kendaraan listrik China sebagai "jebakan besar bagi negara-negara yang melakukan hal tersebut."

Jika tarif ini berlaku, para jenama mapan Eropa akan menelan kerugian imbas perang dagang. Pasalnya, China adalah pasar mobil terbesar di dunia, dan diperkirakan kolektif otomotif Jerman setidaknya meraup 20-23 persen keuntungannya dari sana, mengutip data grup perbankan HSBC.

VW sebagai salah satu jenama pemegang volume penjualan terbesar di dunia, juga memegang peran penting sebagai salah satu market leader di China.

Disamping itu, China juga merupakan pusat manufaktur penting bagi banyak produsen mobil Eropa. Sebut saja Volkswagen, BMW, Mercedes-Benz, Tesla, Citroen, Volvo, dan masih banyak lagi. Bahkan, Volvo kini berada di bawah payung perusahaan China, yakni Geely Automobile.

Mobil seperti BMW iX3 , Citroen C5 X, dan Dacia Sping juga kemungkinan akan ikut terdampak regulasi tarif yang diusulkan, karena model tersebut dipasarkan di Eropa dari produksi yang dilakukan di China.

Tarif Pada 4 Juli Adalah Tarif Sementara

Tarif sementara yang akan dikenai pada 4 Juli akan berlanjut sembari UE melakukan penyidikan hingga tenggat akhir 2 November untuk menentukan penetapan tarif final.

Penyidikan untuk menetapkan bea impor ini dilakukan UE dengan alasan untuk mencegah kerugian yang ditelan industri otomotif Eropa. Namun, bea impor UE seringkali sedikit lebih rendah dibanding tarif sementara.

Terkait kebijakan ini, Komisi juga masih menyelidiki apakah produsen menghindari bea impor melalui ekspor suku cadang untuk perakitan di tempat lain.

Untuk diketahui, tarif UE akan dikenai jika 60 persen atau lebih nilai suku cadang diimpor dari negara yang dikenakan bea impor dan jika nilai tambah dalam perakitan tidak lebih dari 25 persen.

Infografis Selamat Datang Era Mobil Listrik di Indonesia

Infografis Selamat Datang Era Mobil Listrik di Indonesia
Infografis Selamat Datang Era Mobil Listrik di Indonesia. (Liputan6.com/Fery Pradolo)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya