Liputan6.com, Cirebon - Ruas jalan penghubung Cikijing Majalengka-Kabupaten Kuningan ditutup total akibat longsor yang terjadi pada Minggu malam, 14 Februari 2016. Hal itu memaksa para orangtua pelajar SMA mengeluarkan biaya lebih demi mendukung kelanjutan pendidikan anak-anaknya.
Kepala Desa Sindangpanji, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, Supriatna Cucup, mengatakan ada dua opsi tersedia bagi para pelajar SMA setempat yang bersekolah di kabupaten tetangga pasca-penutupan jalan.
Pertama, para pelajar tetap tinggal di rumah dan mengandalkan ojek untuk pulang pergi. Atau, mereka indekos di dekat sekolah dan hidup mandiri dari orangtua. Kedua opsi itu sama-sama memaksa orangtua merogoh kocek lebih dalam.
"Naik ojek harus dua kali, Mas. Dari rumah ke perbatasan yang kena longsor. Terus mereka jalan kaki. Nah, keluar perbatasan mereka naik ojek lagi ke sekolah atau tempat usaha yang dituju," sebut Cucup kepada Liputan6.com, Rabu (17/2/2016).
Sebelum longsor terjadi, para siswa biasa diantar oleh orangtua masing-masing menuju sekolah. Dengan penutupan jalan, mereka harus membayar Rp 15 ribu untuk biaya ojek sekali jalan. Itu pun masih berisiko karena para pelajar kucing-kucingan melalui jalur yang harus ditutup akibat longsor.
"Desa kami itu berbatasan dengan Desa Cipasung, Kabupaten Kuningan. Lebih dekat ke Kuningan daripada ke Majalengka itu sendiri," kata Cucup.
Baca Juga
Demi keselamatan, sebagian keluarga yang menyekolahkan anaknya di Kabupaten Kuningan akhirnya memutuskan untuk mengeluarkan biaya tambahan untuk indekos anak-anak mereka.
Dampak penutupan jalan juga dirasakan para petani yang tinggal di Desa Sindangpanji. Mereka harus melewati jalur alternatif dengan kondisi jalan yang tidak memadai semi berbelanja kebutuhan pertanian karena memasuki musim tanam.
"Jalur alternatif cuma dapat dilalui kendaraan kecil seperti motor dan mobil ukuran pick up dengan kondisi jalan belum diaspal di wilayah perbatasan," ujar Cucup.
Camat Cikijing Rachmat Iskandar mengatakan tetap berupaya mengaktifkan kondisi perekonomian desa. Warga, kata dia, sementara bisa melalui jalur alternatif dengan jarak tempuh selama 30 menit.
"Hampir sama jarak tempuhnya tapi kondisi jalur alternatifnya kurang baik," sebutnya.
Sementara itu, Pelaksana Jalan Nasional Kementerian Pekerjaan Umum Wilayah Lohbener-Cirebon-Indramayu-Majalengka, Adi Permana Santosa mengatakan belum ada keputusan terkait penanganan atas kondisi jalan nasional itu. Status jalan Cikijing-Kuningan-Cirebon sejak 2015, kata dia, sudah naik kelas dari jalan provinsi ke jalan nasional.
"Yang penting secepatnya open traffic dan sudah dilaporkan ke Kementerian PU di pusat. Tim survei sedang meluncur dari Bandung dan akan menentukan penanganannya nanti," ujar Adi.