Liputan6.com, Bengkulu - Sebanyak 180 ekor tukik atau anak penyu dilepaskan ke Samudra Hindia di kawasan Taman Wisata Alam Pantai Panjang, Kota Bengkulu. Acara melepas tukik jenis lekang ke alam bebas ini melibatkan puluhan murid Taman Kanak-kanak Pertiwi II Kota Bengkulu.
Para bocah para petugas Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi Bengkulu dan Sekretaris Dirjen KSDAE Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Novianto Bambang Wawandono.
Gerri, salah seorang murid TK Pertiwi mengaku sudah dua kali terlibat dalam acara melepaskan anak penyu di lokasi yang sama. Dia mengaku senang dan memiliki koleksi mainan, serta alat makan berbentuk penyu atau dalam bahasa Bengkulu disebut dengan katung.
"Ada boneka, piring, sendok, bantal dan alas kasur, semuanya bergambar katung (penyu)," ucap Gerri di Bengkulu, Sabtu 27 Februari 2016.
Kepala BKSDA Bengkulu Anggoro Dwi Sujiarto mengatakan, pihaknya sengaja melibatkan para murid TK ini untuk menanamkan kepada generasi penerus bangsa bahwa penyu adalah satwa yang dilindungi. Serta untuk melatih mereka supaya mencintai kelestarian satwa dilindungi tersebut.
Baca Juga
"Ini yang pertama dalam tahun 2016, tahun lalu kita melakukan pelepasan tukik ke Samudra Hindia sebanyak 1.800 ekor dan terus akan kami lakukan," ujar Anggoro.
Sekretaris Dirjen Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem KLHK Novianto Bambang Wawandono menambahkan, pihaknya saat ini tengah mengembangkan pola pelestarian dengan pemberdayaan masyarakat di kawasan yang menjadi habitat penyu untuk berkembang biak, salah satunya di Bengkulu.
"Kita punya dua lokasi penangkaran disini dan akan dikembangkan bersama dengan masyarakat," imbuh Bambang.
Ancaman penyu di Indonesia saat ini terjadi karena pola sosial di masyarakat. Selain itu, ada beberapa wilayah yang masyarakatnya memiliki kebiasaan memakan daging penyu, juga tertarik dengan tawaran harga beli penyu untuk dijadikan suvenir.
"Kita lakukan pendekatan secara sosial dan pendekatan budaya, tujuannya supaya penyu tetap lestari," tutup Bambang.