Liputan6.com, Bantul - Sekolah Kesatuan Bangsa Bantul Yogyakarta menjadi sorotan seiring Turki Embassy Annoucement yang melarang organisasi ataupun institusi milik Fethullah Gulen. Pihak Sekolah Kesatuan Bangsa sudah membantah lembaga pendidikannya berkaitan dengan organisasi tersebut atau personal di Turki.
Satu di antara orangtua murid Sekolah Kesatuan Bangsa, budayawan Emha Ainun Nadjib atau akrab disapa Cak Nun mengatakan negara Indonesia memiliki data base dan intelijen yang berkaitan dengan potensi terorisme.
Menurut budayawan kondang tersebut, pemerintah tentu juga akan mengecek dan memeriksa ulang terkait informasi dan putusan dari Kedutaan Besar (Kedubes) Turki di Jakarta terkait larangan tersebut. Sebagai orangtua murid ia tidak menemukan hal yang membahayakan dan berpotensi terorisme.
Advertisement
Cak Nun mengatakan, Indonesia punya lembaga kepolisian, sehingga mereka tahu apa yang ada di negaranya. Jika ada potensi terorisme dan membahayakan kemanusiaan, polisi dapat mendeteksinya.
"Mosok sampai 25 tahun lebih enggak tahu. Itu berarti ngeremehin bangsa Indonesia. Jokowi bukan anak buahnya Erdogan (Presiden Turki Recep Tayyep Erdogan). Jokowi punya otoritas sendiri," ucap Cak Nun di Sekolah Kesatuan Bangsa, Argomulyo, Sedayu, Bantul, Yogyakarta, Jumat 29 Juli 2016.
Baca Juga
Cak Nun mengaku dua anaknya saat ini belajar di Sekolah Kesatuan Bangsa. Anak-anak di Kesatuan Bangsa pun tidak mengetahui sosok Fethullah Gullen yang sedang dikaitkan dengan sekolahnya.
Bahkan, imbuh dia, anak-anak di sekolah ini sebagian besar juga mengidolakan Erdogan. Alhasil, murid-murid di Sekolah Kesatuan Bangsa hanya mengerti tentang pendidikan, bukan politik seperti yang terjadi saat ini.
Diresmikan Presiden Turki
"Sekolah ini yang meresmikan Abdullah Gul, Presiden Turki. Waktu itu Erdogan perdana menteri. Mosok presidennya Erdogan termasuk teroris," ia mengungkapkan.
"Saya yakin ini tidak akan berhasil, pemecatan besar-besaran guru, beribu-ribu dipecat, sekolah-sekolah ditutup. Kalau ini terjadi dengan mulus, maka ini kita berada dalam kehancuran luar biasa. Saya ndak percaya itu akan terjadi benar," Cak Nun menambahkan.
Cak Nun menggarisbawahi, sebagai orangtua murid ia jelas tidak terpengaruh dan akan terus mempercayakan pendidikan anaknya di Sekolah Kesatuan Bangsa.
Selain sekolah yang mencetak pemenang Olimpiade, ia meyakini anaknya akan terjaga baik secara keilmuan maupun fisik. Sebab, ia sudah memilih sekolah ini berdasarkan penelitiannya.
"Saya percaya terhadap pendidikan dan saya percaya secara keamanan, pikiran anak saya, keamanan fisik anak saya. Saya pelajari ini, kan anak saya jadi saya enggak main-main juga," kata dia.
"Jadi di sini baik, enggak diculik orang, enggak main Pokemon. Enggak dolan-dolan untuk tawur. Anak di sini kalau ditantang tawur mesti lari. Setahu saya begitu, pikiran mereka bersih. Mereka di sini yang diobrolin adalah ilmu pengetahuan," Cak Nun memaparkan.
Pendapat tak jauh berbeda dikemukakan Novia Kolopaking. Istri Cak Nun ini menjelaskan alasan dirinya yakin menyekolahkan anaknya di Sekolah Kesatuan Bangsa.
Sebab, menurut dia, sekolah tersebut memiliki kebijakan pendidikan, moral pendidikan, dan metode pendidikan yang matang. Ia teringat kejadian saat salah satu murid terlambat mengumpulkan tugas. Saat itu muridnya mengejar gurunya untuk mengumpulkan tugas.
"Mister maaf saya terlambat ngumpulin tugas. jawaban gurunya waktu itu menurut saya luar biasa. sangat luar biasa. Bayangan saya kan bakal bilang, 'Makanya jangan banyak ngobrol biar enggak telat ngumpulin.' Ini enggak lho, jawaban gurunya adalah, 'Bukan kamu yang salah. Saya yang salah terlalu cepat meninggalkan kelas tanpa melihat bahwa kamu masih ada di dalam dan masih mengerjakan. Maafkan saya,' sambil benerin baju dan kerahnya anak itu," ujar istri Cak Nun tersebut.
Â