Liputan6.com, Manggarai, NTT - Jenazah Maria Yeane Agustuti alias Manda wartawati korban pembunuhan, tiba di rumah kediaman orangtuanya di Kampung Redong, Kelurahan Wali, Kecamatan Langke Rembong, Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur (NTT), Senin malam, 20 Maret 2017.
Selanjutnya, upacara pemakaman wartawati korban pembunuhan di Palu, Sulawesi Tengah, itu berlangsung Selasa siang tadi sekitar pukul 11.00 Wita. Prosesi pemakaman didahului ritual adat Haeng Nai (pelepasan roh), Poe Bokong (menahan harta), dan Tekang Tanah (menggali tanah).
Maria atau biasa dipanggil Tuti oleh keluarganya, adalah juru warta asal Ruteng, Flores, NTT, yang ditemukan meninggal di kamar kosnya di Palu, Sulawesi Tengah, pada Jumat pagi, 17 Maret 2017. Polisi menduga dia dibunuh oleh suaminya sendiri.
Baca Juga
"Saya menerima kematian ini sebagai kehendak Yang Kuasa. Melalui tangan-tangan kasih dari semua pihak yang membantu, maka jasad anak saya bisa dikuburkan di tempat ini," ucap ibu korban Lusia Riza Madho (65) kepada Liputan6.com, Selasa (21/3/2017).
Foto bersama sang anak pada liburan Natal 2016 menjadi kenangan terakhir dengan Tuti. "Saat foto dia peluk erat sekali tubuh saya. Habis foto dia cium saya sambil bilang, mama harus jaga kesehatan biar tidak sakit," tutur Lusia mengulang perkataan sang anak, sembari terisak.
Advertisement
Dia pun mengaku tak mendapat firasat apa-apa sebelum kematian putrinya. "Saya mendapat kabar dari kakaknya Tuti (sapaan untuk Manda). Saat itu saya hanya menangis dan berharap bisa melihat Manda yang terakhir meski sudah jadi jenazah."
"Ternyata harapan saya dikabulkan, jasad anak saya bisa dikuburkan di sini," ia menambahkan.
Adapun kakak kandung korban, Pater Quirinus Soetrisno mendampingi jenazah mulai dari Palu sampai ke Ruteng. "Perjalanan yang kami lakukan sangat panjang, dari Palu kami ke Ujung Pandang (Makassar) lalu ke Denpasar dan terus ke Labuan Bajo. Semua lancar berkat bantuan semua pihak."
"Terutama, para awak media yang mempublikaskan peristiwa kematian yang tidak wajar ini secara meluas. Ini terjadi mungkin karena adik saya ini seorang warawati," imbuh Pater.
Menurut dia, peristiwa wartawati korban pembunuhan ini menunjukkan masih kentalnya kekerasan terhadap perempuan. Karena itu, pelaku harus mempertanggungjawabkan perbuatannya di mata hukum.
"Dalam tugasnya sebagai juru warta perempuan, Manda sering melakukan reportase tentang kaumnya. Namun apa mau dikata, justru dia sendiri yang mengalami kekekarasan," kata Pater, imam Katolik yang sekarang bertugas di kepulauan Mentawai, Sumatera Utara.
Wartawati korban pembunuhan itu adalah anak dari pasangan Lusia Riza (65) dan Yohanes Ndos (76). Anak keenam dari delapan bersaudara ini lahir di Ende, NTT, 19 Agustus 1982. Ia menamatkan studinya di SMP Negeri 1 Reok dan SMA Negeri 1 Ruteng. Ia kemudian melanjutkan studinya di Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah, Palu, dan tamat pada 2010.