Liputan6.com, Kulon Progo - Petani nira di Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta kesulitan menjual gula semut karena rendahnya harga gula. Petani menjual gula semut ke koperasi dengan jumlah mengikuti pesanan konsumen.
"Kalau tidak ada pesanan, kami tidak mengirimkan produk, gula akan menumpuk dan menjatuhkan harga produk," kata seorang petani nira, Rahmadi, di Kulon Progo, Kamis (8/3/2018), dilansir Antara.
Ia mengatakan jumlah total gula produksi petani koperasi bisa mencapai 150 ton per bulan. Dengan kondisi ini, petani membutuhkan pasar yang berkelanjutan. Dengan demikian, petani akan senang dan kesejahteraan penderes nira lebih terjamin.
Advertisement
Baca Juga
Untuk itu, ia mengharapkan pemkab lebih banyak membantu memasarkan produk gula semut karena sejauh ini bentuk permintaan dari konsumen belum rutin atau berkelanjutan.
"Memfasilitasi ekspor sendiri untuk koperasi juga bisa, supaya kami tidak dipermainkan oleh buyer dan kalau bisa ekspor sendiri akan enak atau dalam bentuk talangan dana untuk pembelian gula lewat koperasi," katanya.
Terkait sertifikasi natura gula semut, ia mengaku belum pernah mendengar perihal sertifikasi natura bersifat nasional. Yang ia tahu, gula semut hasil petani selama ini bisa laku jual karena telah memiliki sertifikasi organik. Sertifikasi tersebut telah dibantu penerbitannya oleh koperasi serba usaha tempatnya bernaung.
"Sebenarnya sertifikat luar negeri itu tidak sulit, cuma penjualan gula semut yang memang sulit. Tapi, meski ada sertifikat kalau tidak ada pasar, buat apa?" katanya.
Gula Semut untuk Pasar Lokal
Bupati Kulon Progo Hasto Wardoyo mengatakan dalam waktu tiga sampai empat bulan ke depan, pemkab akan memberikan bantuan berupa alat pengemas gula semut menjadi bentuk kemasan kecil kepada empat kelompok.
Pemkab juga akan memberikan bantuan senilai Rp 600 juta untuk membantu membangun lingkungan produksi gula semut yang sesuai dengan standar sertifikasi.
"Kami juga akan membantu mencarikan pasar, jadi selain merintis sistem juga memfasilitasi," tambahnya.
Ia mengatakan pemkab akan membuatkan pasar lokal dengan menyasar hotel-hotel yang ada di DIY supaya menggunakan gula semut produksi petani nira Kulon Progo. Menurutnya, pasar lokal sangat berpotensi besar dan pasarnya terbuka lebar.
Untuk mewujudkan hal tersebut, pemkab mengusahakan sertifikat natura yang standart nasional, pendampingan produksi, pengemasan, dan pemasaran.
"Pasar lokal sangat terbuka lebar. Kalau menjual ke luar negeri keuntungannya sedikit, kami akan arahkan memasarkan gula semut dalam negeri. Kami targetkan stop ekspor gula semut, dan mulai menggarap pasar lokal," katanya.
Advertisement