Liputan6.com, Manado - Badan Karantina Pertanian melalui Karantina Pertanian Manado mencatat produk turunan kelapa berupa kopra, minyak kelapa mentah, minyak kelapa dan bungkil kelapa asal Sulut pada 2021 membukukan nilai ekspor hingga Rp4 triliun.
Dari data lalu lintas pertanian pada sistem IQFAST Barantan, kopra dan turunan kelapa lainnya tercatat sebagai komoditas ekspor asal Provinsi Sulut dengan nilai tertinggi.
"Harga beli di tingkat petani di Sulut juga cukup bagus, dan tentunya ini menjadi kabar baik para petani kopra," kata Kepala Karantina Pertanian Manado Donni Muksidayyan Saragih, Jumat (21/1/2022).
Advertisement
Baca Juga
Menurutnya, harga beli komoditas kopra mengikuti tren harga global. Di penghujung tahun 2021 harga kopra sempat mencapai Rp14 ribu per kg. Meningkatnya harga bahan baku minyak kelapa ini, menjadikan kopra sebagai primadona di kalangan petani lokal.
“Permintaan ekspor komoditas ini terus menunjukan tren peningkatan, untuk memenuhi tingginya permintaan kopra,” ujarnya.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Kualitas Komoditas Ekspor
Selain dari Sulut, kopra juga banyak didatangkan dari berbagai daerah, antara lain di Kepulauan Maluku Utara, Gorontalo, dan Sulteng. Kopra dilalulintaskan melalui jalur laut, salah satunya melalui Pelabuhan Laut Bitung.
“Kopra yang dilalulintaskan wajib diperiksa oleh pejabat Karantina Pertanian Manado Wilayah Kerja Bitung sebelum dikeluarkan sertifikat kesehatan karantina tumbuhan antar-area atau KT-9,” ujarnya.
Sertifikasi dilakukan baik untuk lalu lintas antararea maupun ekspor. Hal ini penting dilakukan untuk memastikan kualitas komoditas yang dilalulintaskan aman dari Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina yang mengancam kualitas produk dan keamanan hayati di Sulut.
Donni mengatakan, pasar ekspor kopra dari Sulut selalu ada. Meski demikian, Karantina Pertanian Manado mendorong adanya hilirisasi kopra sehingga menjadi bahan jadi seperti minyak kelapa. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan perekonomian di Sulut melalui ekspor komoditas pertanian.
"Dengan begitu, tentu nilai ekonomi juga akan lebih tinggi dibanding Sulut hanya ekspor dalam bentuk kopra saja," ujar Donni.
Advertisement