Tak Banyak Lahan Sawah, Kabupaten Ini Punya Mimpi Swasembada Beras

Meski lahan sawahnya tak luas, Kabupaten Mahakam Ulu, Kalimantan Timur sedang berupaya memproduksi beras untuk mencapai swasembada dengan memaksimalkan padi gunung.

oleh Abdul Jalil diperbarui 10 Sep 2022, 09:14 WIB
Diterbitkan 28 Jun 2022, 04:30 WIB
Beras Padi Gunung
Beras dari padi gunung yang diproduksi petani di Kabupaten Mahakam ulu merupakan beras unggulan yang pulen, wangi, dan tidak mudah basi.

Liputan6.com, Mahakam Ulu - Usaha menjadi sentra produksi kebutuhan pokok masyarakatnya adalah mimpi setiap pemerintah daerah. Apalagi bisa swasembada, tentu memiliki nilai tambah tersendiri bagi daerah tersebut.

Seperti Kabupaten Mahakam Ulu, Kalimantan Timur yang ingin memenuhi kebutuhan pangannya sendiri terutama beras. Sebab, kabupaten di hulu Sungai Mahakam ini selalu menyuplai kebutuhan pokoknya dari luar daerah.

Padahal, untuk mengirim barang kebutuhan itu, butuh upaya lebih sehingga harga selalu melambung tinggi. Bahkan di beberapa wilayah hanya bisa dilalui melalui jalur sungai. Itu pun ada yang berupa riam, sungai berarus deras dengan bebatuan di sisi kanan dan kiri.

Meski demikian, Pemerintah Kabupaten Mahakam Ulu tetap menargetkan swasembada beras. Padahal, lahan sawah di kabupaten ini sangat sedikit.

Sulit menemukan data resmi berapa luasan sawah di kabupaten ini. Namun, berdasarkan data Badan Pusat Statistik tahun 2016, luas sawah hanya 120 hektar.

Itupun tercatat sebagai sawah non irigasi. Sangat jauh di bawah kabupaten dan kota lainnya di Kalimantan Timur.

Lantas apa upaya Pemerintah Kabupaten Mahakam Ulu untuk mencapai mimpi swasembada beras? Jawabannya adalah padi gunung.

Hal ini juga didukung dengan kebiasaan masyarakat lokal yang membuka ladang untuk menanam padi sejak dulu. Kebiasaan ini bahkan menjadi tradisi dan kearifan lokal.

Bupati Mahakam Ulu Bonifasius Belawan Geh menyebut, sejak 2021 lalu telah mencanangkan program mewujudkan ketahanan pangan yang melibatkan masyarakat dan para petani untuk membuka Lahan. Masing-masing kepala keluarga memiliki 1 hektar lahan yang harus dibuka.

Selain itu juga melibatkan Kampung dengan menggunakan dana desa untuk membuka lahan Minimal 10 Hektar.

“Pemerintah tetap terlibat dalam memberikan bantuan, memberikan bimbingan, dan menyusun tata kelola pertanian yang benar, menyiapkan sumber-sumber teknologi, pupuk, dan alat semprotan,” tutur Bonifasius dalam acara launching beras lokal, 9 Juni 2022 lalu.

Selama ini, masyarakat lokal selalu memenuhi kebutuhannya sendiri dengan memanfaatkan alam. Kebiasaan hidup ini bisa ditingkatkan sehingga memberikan nilai ekonomi bagi setiap keluarga.

“Artinya dengan adanya lahan, kita kelola untuk kita buka, untuk kita tanam padi. Sehingga hasilnya ini bisa membantu memenuhi kebutuhan kita,” kata Bonifasius.

Program tersebut terbilang sukses karena mulai menunjukkan hasilnya. Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Mahakam Ulu Saripudin menyebut, realisasi lahan terbuka mencapai 297 Hektar.

Sedangkan realisasi lahan yang tertanam sebanyak 143 Hektar. realisasi hasil panen dalam bentuk gabah sebesar 44,8 Ton, dan realisasi hasil panen lahan dalam bentuk beras sebesar 26,5 Ton.

“Jadi, pada hari ini beras yang di-launching itu adalah beras gunung terdiri dari jenis Abung, Mayas, Lengasah,” kata Saripudin.

Simak juga video pilihan berikut:

Swasembada Beras

Beras Mahakam Ulu
Bupati Mahakam Ulu Bonifasius Belawan Geh menunjukkan kemasan beras padi gung dari petani lokal di daerahnya.

Bupati Mahakam Ulu Bonifasius Belawan Geh menyebut target swasembada beras sebenarnya diupayakan dicapai tahun ini. Melihat hasil panen dari program yang sudah berjalan, capaian itu nyaris memenuhi target.

“Tahun ini sudah dapat 26,5 ton ya. Asumsinya kalau kebutuhan diatur dengan baik suplainya ke masyarakat itu bisa untuk satu tahun. Kalau pun kurang, kurangnya sedikit. Kenapa kita bilang cukup, karena masyarakat petani sudah punya stok sendiri,” kata Bonifasius.

Upaya memaksimalkan program ketahanan pangan ini terus dilakukan agar target swasembada beras bisa segera tercapai.

“Target (swasembada beras) itu harus. Kalau pun tahun ini belum dapat, tahun depan akan kita tingkatkan lagi,” sebutnya.

Capaian hasil panen tahun ini, kata Bonifasius, berasal dari 28 kampung dalam 5 kecamatan dengan total luasan tertanam 143 hektar. Target swasembada beras bukan mimpi lagi sebab luasan lahan tertanam akan mencapai 500 hektar.

Beras Unggulan

Beras Mayas
Beras Mayas adalah salah satu jenis beras dari padi gunung yang diproduksi oleh petani lokal di Kabupaten Mahakam Ulu dengan rasa pulen, wangi, dan tidak cepat basi.

Beras yang diproduksi dari padi gunung ini memang merupakan produk unggulan. Beras Mayas, salah satu jenis yang diproduksi di Kabupaten Mahakam Ulu ini memiliki rasa pulen, wangi dan tidak mudah basi.

Apalagi beras ini ditanam menerapkan pertanian organik dan tanpa bahan pewarna.

“Kalau yang petani tanam ini merupakan bibit lokal yang sudah teruji. Hasilnya bagus, wangi, kemudian pulen,” kata Bupati Bonifasius.

Produk petani kemudian dikemas dalam kemasan siap edar 5 kg, 10 kg, dan 25 kg. Pengemasan dilakukan untuk memastikan produk beras petani memiliki nilai ekonomi.

Upaya mendorong masyarakat untuk menanam padi tidak hanya untuk kebutuhan sendiri terus dilakukan. Dengan membantu pengemasan, petani kini bisa mendapatkan manfaat secara ekonomi dari menanam padi gunung.

Selain Beras Mayas, beras unggulan lainnya yang dihasilkan kabupaten ini adalah Beras Abung dan Beras Lengasah. Semuanya memiliki citarasa berbeda.

Kini beras lokal yang diproduksi dengan pendekatan kearifan lokal siap bersaing di pasar yang lebih luas. Hanya perlu upaya promosi untuk memastikan beras dari pedalaman Kalimantan ini bisa lebih dikenal.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya