Cuan Manis Madu di Hutan Tanaman Industri Jambi

Budidaya lebah madu menjadi usah unggulan masyarakat desa yang tinggal di sekitar hutan tanaman akasia di Jambi.

oleh Gresi Plasmanto diperbarui 01 Okt 2022, 11:00 WIB
Diterbitkan 01 Okt 2022, 11:00 WIB
Penangkaran lebah madu
Usaha penangkaran lebah madu yang dikembangkan masyarakat di hutan tanaman industri akasia di Jambi. (Liputan6.com/ist)

Liputan6.com, Jambi - Pengembangan ekonomi masyarakat yang dilakukan perusahaan Hutan Tanaman Industri (HTI) PT Wirakarya Sakti (APP Sinar Mas) menyasar segala bidang, salah satunya budidaya lebah madu. Dari budidaya ini telah memberikan keuntungan dan menopang perekonomian sejumlah pembudidaya lebah madu binaan perusahaan tersebut.

Kelompok Usaha Mandiri di Desa Sungai Rambai, Kecamatan Senyerang, Kabupaten Tanjungjabung Barat, Jambi, telah memulai budidaya lebah madu sejak 2020. Kini kelompok yang memiliki 11 anggota ini telah mengelola 2.000 kotak lebah jenis Apis Mellifera.

Kelompok Usaha Mandiri ini bermitra dengan PT WKS  melalui program Desa Makmur Peduli Api (DMPA)--program andalan APP Sinar Mas--untuk mengelola hasil hutan bukan kayu (HHBK) dengan produknya madu. Kelompok tersebut diberikan fasilitas berupa alokasi tempat penangkaran lebah di dalam area konsesi hutan akasia.

“Kami juga diberikan fasilitas berupa peningkatan kapasitas dan sumber daya. Rencananya tanggal 3 Oktober 2022 mendatang, Kami akan berpartisipasi dalam pameran di Jakarta yang difasilitasi oleh Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN),” kata Ketua Kelompok Tani Lebah Usaha Mandiri, Wanudin, Rabu (28/9/2022).

Sebulan Bisa Produksi 7 Ton Madu Murni

Sejak bermitra dengan perusahaan HTI, Wanudin, mengaku telah memberikan banyak perubahan ekonomi kelompoknya. Dari semula kelompok ini hanya fokus pada bagi hasil kemitraan, kini kelompok tersebut memiliki pendapatan lain dari budidaya lebah sehingga membantu menopang pendapatannya.

Selain itu, produk madu dari penangkaran yang mereka kelola itu terus meningkat. Dalam sebulan kelompoknya bisa memproduksi sebanyak 7 ton madu murni. Namun peningkatan produksi madu yang dihasilkan dari koloni lebah jenis Apis Mellifera ini kata Wanudin, masih memiliki kendala dan belum mampu diserap sepenuhnya.

“Rata-rata sebulan yang terjual 1,5 ton, sehingga sisanya masuk stok di gudang,” ujar Wanudin seraya menambahkan rata-rata dalam sebulan kelompok ini membukukan omzet puluhan juta dengan harga rata-rata Rp40-70 ribu per kilogram.  

Sejak sebulan lalu kelompok mereka telah membuka cabang pemasaran di Batam Kepulauan Riau. Melalui kantor pemasaran di luar daerah ini diharapkan dapat meningkatkan penjualan dan harga juga yang lebih tinggi.

“Di Batam prospeknya masih bagus, dan harga jualnya masih tinggi. Tapi karena kita masih baru belum mampu menyerap semua produksi,” ujarnya.

Selain itu, melalui program kemitraan ini kelompok Usaha Mandiri yang diketuai Wanudin ini, kini telah memiliki merek dagang sendiri. Usaha madu mereka memiliki brand “Madu Murni Melifira” dan telah mengantongi label halal.

“Madu ini bisa menjadi potensi daerah yang bagus sekali, kendala kami cuma di pemasaran. Semoga lewat pameran di Jakarta ini bisa memberikan hal positif dan produk kelompok kami bisa terkenal,” kata Wanudin.

 

Menopang Ekonomi Masyarakat Desa

Penangkaran lebah madu
Usaha penangkaran lebah madu yang dikembangkan masyarakat di hutan tanaman industri akasia di Jambi. (Liputan6.com/ist)

Rasa madu yang manis dan nutrisinya menyehatkan membuat madu dijadikan bahan baku untuk berbagai macam makanan atau minuman. Hal ini ikut mendorong peternak lebah lainnya untuk mengembangkan usaha lebah.

Sama halnya dengan Wanudin, Febri, pemuda Desa Kelagian, Kecamatan Tebing Tinggi, Kabupaten Tanjungjabung Barat, Jambi, merasakan betul bisa cuan dari budidaya lebah madu. Dari semula ia mengembangkan 68 kotak, kini kota-kotak yang dihuni lebah itu terus berkembang.

"Kalau mulai usaha madu ini sejak 2020. Sekarang sudah ada hampir 200-an kotak," kata Febri dihubungi dari Jambi, Rabu (28/9/2022).

Lebah yang ia kembangkan adalah lebah unggul jenis Apis mellifera. Jenis lebah madu ini kata dia, menjadi favorit para peternak lebah. Selain mampu produksi madu yang banyak, leba jenis ini juga mempunyai adabtasi yang sangat baik.   

Dalam perbulan usaha budidaya lebah Apis Mellifera yang dikelola Febri mampu memproduksi 100 kilogram madu untuk 60 kotak. Jika kondisi cuaca bersahabat dan perawatan bagus untuk budidaya 200 kotak bisa memproduksi 600 kilogram.

"Usaha madu ini butuh perawatan ekstra, kalau perawatan bagus hasilnya juga bagus dan banyak," kata dia.

Produk madunya kini tidak hanya dikonsumsi oleh masyarakat dalam Provinsi Jambi saja, namun juga dikirim ke luar daerah seperti ke Jawa dan Medan. Madu dikirim dalam jumlah besar yang dikemas dalam galon.

Untuk harga madu sekarang kata Febri, cenderung fluktuatif, tergantung harga pasar. Satu kilogram harga madu terendah mencapai Rp50 ribu dan tertinggi Rp70 ribu.   

"Karena yang jual madu ini banyak, harganya tergantung pasar dan supplay-demand," ujar Febri.

Usaha lebah madu yang dikembangkan Febri ini dikembangkan di sekitar konsesi akasia HTI PT WKS. Ia pilih lokasi di sekitar konsesi karena pohon akasia memberikan sumber makanan yang baik dan banyak bagi koloni lebah.

Berhubung lokasi budidaya di sekitar konsesi tanaman industri itu, sehingga mendorong usahanya bermitra dengan perusahaan tersebut, dan perusahaan memberikan bantuan untuk pengembangan usahanya.

"Sudah lama bermitra dengan WKS, ya sekarang lumayan terbantu usaha jadi bisa berkembang. Dan sekarang saya dibantu oleh 2 orang anggota yang mengurus lebah," kata Febri.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya