Meriam Karbit, Alat Perang yang Kini Jadi Penanda Ramadan dan Idul Fitri

Selain menjadi penanda dimulainya bulan Ramadan, meriam karbit juga berfungsi sebagai alat strategis pada masa perang melawan penjajah.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 11 Apr 2023, 05:00 WIB
Diterbitkan 11 Apr 2023, 05:00 WIB
Festival Meriam Karbit
Festival Meriam Karbit menyambut Lebaran di Pontianak, Kalimantan Barat. (Foto: Pemkot Pontianak/Liputan6.com/Raden AMP)

Liputan6.com, Pontianak - Meriam karbit merupakan salah satu permainan rakyat milik masyarakat Pontianak. Permainan yang memiliki daya tarik tersendiri ini sekaligus berfungsi sebagai penanda dimulainya bulan suci Ramadan.

Mengutip dari warisanbudaya.kemdikbud.go.id, pada zaman dahulu atau pada masa Kerajaan Pontianak, jika pihak kerajaan membunyikan suara meriam ini maka bulan puasa akan segera datang. Permainan rakyat ini memang menghasilkan suara yang sangat keras.

Untuk membuat meriam yang kokoh, dibutuhkan bambu, kayu sejenis mabang, atau kayu meranti sebagai bahan dasarnya. Kayu tersebut dibentuk dengan ukuran diameter antara 50-70 sentimeter dan panjang kisaran 5-6 meter.

Karena bahan-bahannya yang sederhana, pembuatan permainan ini tidak membutuhkan banyak biaya. Biasanya, permainan rakyat ini dimainkan di sepanjang Sungai Kapuas.

Selain menjadi penanda dimulainya bulan Ramadan, meriam karbit juga berfungsi sebagai alat strategis pada masa perang melawan penjajah. Pada masa itu, bunyi meriam yang sangat nyaring dan keras mampu membuat pihak musuh mengira rakyat Pontianak memiliki persenjataan yang sangat hebat.

Malam Takbiran

Namun, kini suara keras meriam juga digunakan sebagai ornamen untuk memeriahkan suasana malam takbiran di Kota Pontianak. Mengutip dari pontianak.go.id, sebagian besar komunitas pemain meriam karbit berada di wilayah Pontianak Timur, Selatan, dan Tenggara, terutama masyarakat yang bermukim di tepian Sungai Kapuas.

Meriam karbit biasanya dibunyikan oleh para laki-laki. Ada yang mengambil air serta ada pula yang berada di ujung moncong kayu. Ia yang berada di moncong kayu akan menutup lubang yang mengarah ke sungai dengan lembaran kertas koran.

Sementara itu, yang lainnya akan memasukkan karbit yang sudah dipecah seukuran kerikil kecil. Selanjutnya, salah satu orang akan membawa api obor menuju satu di antara kayu yang berjejer di tepian sungai yang berada tak jauh di bawah Jembatan Kapuas I tersebut.

Obor tersebut digunakan untuk menyulut lubang kecil yang ada di tubuh kayu bulat. Alhasil, akan terdengar bunyi menggelegar yang dapat menarik perhatian pengendara yang melewati jembatan.

Karena cukup legendaris dan autentik, Pemerintah Kota Pontianak pun menetapkan permainan karbit sebagai salah satu ageda pariwisata unggulan Pontianak. Permainan tradisional ini merupakan salah satu aset yang dimiliki Kota Pontianak. Meriam karbit juga merupakan satu-satunya meriam karbit yang cukup besar di dunia saat ini. 

 

Penulis: Resla Aknaita Chak

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya