Tili Aya, Puding Tradisional Jamuan Tamu Kerajaan Zaman Dulu di Gorontalo

Sementara, Tili Aya terbuat dari bahan-bahan tradisional dan sudah ada sejak dulu. Keberadaan olahan makanan ini diperkirakan sudah ada sejak zaman penjajahan belanda.

oleh Arfandi Ibrahim diperbarui 04 Agu 2023, 14:00 WIB
Diterbitkan 04 Agu 2023, 14:00 WIB
Tili Aya
Tili aya makanan khas Gorontalo (Foto: Cookpad)

Liputan6.com, Gorontalo - Provinsi Gorontalo dengan sebutan Serambi Madinah, memang kaya akan keberagaman keberagaman seni, budaya, dan kuliner. Salah satu kuliner yang terkenal sejak dulu yakni cemilan tili aya.

Tili aya merupakan salah satu jenis makanan tradisional Gorontalo bentuk dan teksturnya seperti puding. Bedanya puding saat ini, umumnya terbuat dari jelly instan yang banyak dijual di toko.

Sementara, tili aya terbuat dari bahan-bahan tradisional dan sudah ada sejak dulu. Keberadaan olahan makanan ini diperkirakan sudah ada sejak zaman penjajahan belanda.

Kuliner ini, kini menjadi warisan turun temurun di Gorontalo. Olahan kuliner ini hanya bisa dijumpai pada upacara-upacara adat, atau ritual-ritual keagamaan tertentu.

Tili aya dikenal dengan cemilan atau puding lokal khas daerah. Cara pembuatan tili aya terbilang cukup mudah. Cukup dengan bahan bakunya yaitu gula merah, telur, dan santan.

Setelah bahan lengkap, mulailah dengan mengiris tipis-tipis gula merah. Kemudian campur gula merah dengan telur dan santan sesuai porsinya, lalu aduk hingga rata.

Setelah tercampur rata, adonan kemudian kukus selama 30 menit di wadah yang panas. Setelah itu, puding atau kuliner tili aya sudah bisa disajikan dengan menambahkan potongan daun pandan di atasnya.

"Kuliner ini masuk dalam warisan budaya. Itulah mengapa kuliner ini hanya bisa ditemukan di acara di Gorontalo," kata Husain Usman, salah satu tokoh agama di Gorontalo.

Menurut Husain, jika olahan kuliner tili aya sendiri banyak dijumpai ketika ada ritual dua aruwa yang artinya doa arwah. Selain di doa arwah, kue tersebut juga biasanya muncul pada acara besar keagamaan.

"Seperti contoh makanan tili aya disajikan saat doa arwah keluarga. Begitu pun di acara keagamaan Islam lainnya," tuturnya.

 

Cerita Warga Lokal

Selain disajikan saat kegiatan besar, kue tili aya juga memiliki cerita tersendiri. Dalam sejarah yang diceritakan, kuliner ini merupakan makanan para raja zaman dulu.

Jika ada pertemuan para petinggi zaman dulu, kue tersebut merupakan jamuan utama mereka. Terlebih jika para raja menerima tamu dari luar kerajaan lain.

"Tili Aya sudah terlihat mewah kala itu. Jadi kue ini sebagai jamuan tamu kerajaan," Cerita Husain.

Namun, hingga kini keberadaaan kue tili aya mulai ditinggalkan. Makanan khas tersebut tergerus oleh zaman modern dengan olahan puding yang saat ini berkembang pesat.

"Tinggal di desa-desa saja mungkin masih bisa kita temukan makanan ini. Kalau di kota sudah tidak ada," ia menandaskan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya