Liputan6.com, Jakarta Hari Raya Galungan salah satu perayaan paling penting bagi masyarakat Bali. Merupakan bagian dari siklus upacara Hindu, perayaan ini jatuh setiap enam bulan sekali dalam penanggalan wuku Bali.Â
Galungan adalah momen bersejarah di mana kebaikan menang atas kejahatan melalui kemenangan Dharma.Â
Masyarakat Bali akan bersiap diri dengan penuh semangat. Mereka mempersiapkan segala sesuatu mulai dari penyiapan banten hingga memperbarui perlengkapan rumah dan altar keluarga.Â
Advertisement
Seluruh proses ini menandakan rasa suci dan keagungan perayaan. Saat tiba hari Galungan, masyarakat Bali memadati pura-pura dan kuil-kuil dengan mengenakan pakaian tradisional dan membawa persembahan.Â
Seperti bunga, buah, kue, dan sesajen lainnya. Upacara dan ritual diadakan untuk menghormati leluhur dan mengungkapkan rasa syukur atas kemenangan Dharma.
Salah satu aspek menarik dari Hari Raya Galungan adalah adanya Penjor. Yakni bambu berukir yang dihiasi dengan janur atau daun kelapa dan berbagai hiasan lainnya.Â
Penjor berdiri megah di depan setiap rumah, melambangkan pohon kehidupan dan keberuntungan. Perayaan Galungan juga menjadi kesempatan bagi keluarga dan teman-teman untuk berkumpul dan berbagi kebahagiaan.Â
Tradisi saling berkunjung antar keluarga, berbondong-bondong pergi ke pura, serta menikmati hidangan khas Galungan menjadi momen kebersamaan yang istimewa.
Hari Raya Galungan tidak hanya identik dengan perayaan keagamaan, tetapi juga mencerminkan makna sosial dan budaya dalam kehidupan masyarakat Bali.Â
Ciri Khas Hingga Tradisi
Perayaan ini memperteguh rasa persatuan dan kebersamaan serta melestarikan warisan nenek moyang dengan penuh kebanggaan.
Tradisi masyarakat untuk merayakannya adalah dengan menghaturkan banten (sesaji) yang berupa bubur sumsum (bubuh) yang berwarna seperti:
1. Bubuh putih untuk umbi-umbian
2. Bubuh bang untuk padang-padangan
3. Bubuh gadang untuk bangsa pohon yang berkembang biak secara generatif
4. Bubuh kuning untuk bangsa pohon yang berkembang biak secara vegetatif
Adapula ciri khas dalam memperingati hari Galungang seperti:
1. Penjor menjadi elemen khas dalam perayaan Hari Galungan. Tiang penjor yang tinggi dan menarik dihiasi dengan berbagai macam janur dan hiasan berwarna-warni. Penjor melambangkan koneksi antara bumi dan langit serta menggambarkan keindahan alam semesta.
2. Pada Hari Galungan, masyarakat Bali mengunjungi pura (tempat ibadah Hindu) untuk bersembahyang dan melaksanakan upacara keagamaan. Mereka berdoa dan memberikan persembahan seperti buah-buahan, kue, dan bunga kepada para dewa sebagai tanda syukur dan permohonan keselamatan.
3. Hari Galungan juga menyajikan berbagai tradisi unik seperti "Ngerupuk", yaitu tradisi yang melibatkan anak-anak muda berlomba mencari hadiah yang tergantung tinggi di atas jalan. Tradisi lainnya adalah "Ngelawang", yaitu pertunjukan teater rakyat yang menggambarkan pertempuran antara kebaikan dan kejahatan.
4. Sepuluh hari setelah Hari Galungan, masyarakat Bali merayakan Hari Kuningan yang menandai berakhirnya perayaan Galungan. Pada hari ini, roh leluhur dipercaya kembali ke alam semesta setelah menikmati kehadiran keluarganya selama perayaan.
Dengan begitu, Hari Raya Galungan adalah momen yang menggambarkan kemegahan tradisi dan spiritualitas dalam kehidupan masyarakat Bali.Â
Perayaan ini menjadi bentuk penghormatan dan ungkapan syukur atas kemenangan kebenaran dan moralitas, mengajarkan nilai-nilai universal yang bisa diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Penulis: Belvana Fasya Saad
Advertisement