Kenali Peran Medis dalam Penanganan Pasien Sindrom Baby Blues

Sindrom baby blues merupakan bentuk ringan dari depresi atau gangguan kecemasan setelah melahirkan.

oleh Putri Anastasia Bangalino Suryana diperbarui 24 Agu 2023, 21:00 WIB
Diterbitkan 24 Agu 2023, 21:00 WIB
Ilustrasi ibu dan anak
Sindrom baby blues merupakan bentuk ringan dari depresi atau gangguan kecemasan setelah melahirkan.

Liputan6.com, Jakarta - Seseorang yang mengalami sindrom baby blues adalah seseorang yang mengalami gangguan kecemasan terhadap buah hatinya yang biasanya dipengaruhi oleh pikiran diri sendiri dan orang di sekitarnya. Menurut Rifa selaku bidan ibu dan anak di salah satu klinik di Kota Serang mengungkap bahwa sindrom baby blues memang wajar terjadi kepada seorang ibu yang baru saja melahirkan. Hingga saat ini, penyebab baby blues masih belum diketahui secara pasti. Namun, terdapat 3 penyebab utama terjadinya baby blues terhadap seorang ibu, yaitu:

Perubahan hormon

Setelah melahirkan, tubuh akan mengalami perubahan kadar hormon yang cukup drastis. Pada masa ini, kadar hormon estrogen dan progesteron dalam tubuh akan menurun. Hal ini dapat memicu terjadinya perubahan suasana hati atau mood swing serta perasaan lelah dan tertekan.

Stres saat merawat bayi

Seorang ibu sangat rentan stress dalam merawat bayi. Hal ini dikarenakan proses melahirkan yang sangat berat dan menyakitkan bagi seorang ibu. Ditambah pikiran seperti kekhawatiran, kecemasan, keraguan akan perkembangan sang bayi, rasa takut apabila sang bayi tidak dapat tumbuh.

Kurang tidur

Seorang ibu yang mengalami kekurangan tidur dapat menyebabkan terjadinya baby blues karena stamina dan tenaga yang terkuras membuat sang ibu lebih cepat merasa lelah.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Penyebab Baby Blues

Menurut psikolog anak, Cita Melani Putri perilaku orang di sekitar dapat menjadi pemicu baby blues. Seperti kasih sayang yang berkurang kepada sang ibu dan anak, ucapan yang kurang baik, hingga mempermasalahkan persalinan sang ibu. Apabila sang ibu merasa tertekan dan mulai muncul gejala-gejala baby blues diharapkan untuk mendatangi dokter atau psikolog untuk pengobatan lebih lanjut.

Pasien atau ibu yang mengalami sindrom baby blues biasanya melakukan konsultasi kepada dokter atau psikolog dengan tujuan merasa lebih tenang. Dalam konsultasi itu diharapkan terungkap apa yang dirasakan secara jujur dan memberi tahu gejala yang dialami kepada dokter, sehingga dapat dibuat rencana perawatan yang bermanfaat.

Sebagai bagian dari evaluasi, dokter mungkin juga akan melakukan pemeriksaan depresi, termasuk meminta ibu untuk mengisi kuesioner. Dokter mungkin juga bisa memesan tes lain, bila diperlukan, untuk menyingkirkan penyebab lain dari gejala yang dialami.


Gejala Baby Blues

Perawatan yang dilakukan oleh bidan terhadap ibu yang mengalami baby blues yaitu melakukan pijat breast care (pijat payudara) untuk membantu sang ibu terhadap asi untuk sang anak dengan tujuan memudahkan ibu memberikan asi dan merasa lebih rileks.

Kapan seorang ibu harus mendatangi dokter ketika merasa gejala baby blues?

  1. Tidak membaik setelah dua minggu pasca melahirkan,
  2. Kondisi memburuk,
  3. Membuat ibu merasa kesulitan merawat bayi,
  4. Membuat ibu merasa sulit untuk melakukan pekerjaan sehari-hari,
  5. Pikiran untuk menyakiti diri sendiri atau menyakiti bayi.
Infografis Angka Kelahiran Anak di ASEAN pada 2022
Angka Kelahiran Anak di ASEAN pada 2022. (Liputan6/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya