Mengenal Midodareni, Salah Satu Prosesi Pernikahan Hajat Dalem Dhaup Ageng Pura Pakualaman

Bukan sekadar pelengkap prosesi pernikahan adat Jawa, Midodareni merupakan bentuk penghormatan dari kedua mempelai dan keluarga kepada para leluhur.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 10 Jan 2024, 03:00 WIB
Diterbitkan 10 Jan 2024, 03:00 WIB
Dhaup Ageng Pakualaman
Pasangan Bendara Pangeran Harya (BPH) Kusumo Bimantoro dan Maya Lakshita Noorya akan menjalani Dhaup Ageng (pernikahan agung) yang akan digelar di Pura Pakualaman. (dok. pakualaman.id/Dinny Mutiah)

Liputan6.com, Yogyakarta - Pura Pakualaman akan menggelar hajat dalem Dhaup Ageng Puro Pakualaman, yakni pernikahan putra bungsu KGPAA Paku Alam X dan GKBRAA Paku Alam, BPH Kusumo Kuntonugroho dengan dr Laily Annisa Kusumastuti. Rangkaian acara yang berlangsung pada 7-11 Januari ini diisi dengan berbagai prosesi, salah satunya midodareni.

Prosesi midodareni merupakan rangakaian acara adat yang dilakukan sebelum melaksanakan pernikahan adat Jawa. Midodareni juga disebut sebagai malam pengarip-arip atau malam terakhir masa lajang bagi kedua mempelai.

Pada prosesi ini, biasanya mempelai pria dan keluarga akan menyambangi kediaman mempelai perempuan untuk memberikan aneka seserahan. Namun, mempelai pria dilarang bertemu dengan calon istrinya. Pasalnya, calon pengantin wanita sedang dipingit hingga hari pernikahan tiba.

Midodareni bukan sekadar pelengkap prosesi dalam pernikahan adat Jawa. Midodareni juga merupakan bentuk penghormatan dari kedua mempelai dan keluarga kepada para leluhur.

Kata midodareni berasal dari bahasa Jawa widodari atau bidadari. Pada prosesi ini, konon bidadari akan turun ke bumi dan memberikan wahyu ke pengantin perempuan.

Turunnya bidadari ini untuk menyempurnakan kecantikan dan pesona pengantin perempuan di hari pernikahannya. Oleh karena itu, pengantin perempuan dilarang bertemu tamu pria, termasuk calon suaminya. 

Adapun prosesi midodareni hajat dalem Dhaup Ageng Pakualaman kali ini dilaksanakan pada 9 Januari sekitar pukul 19.00 WIB di KD Bangsal Kepatihan. Prosesi ini hanya dilakukan oleh calon pengantin wanita, sedangkan calon pengantin pria menerima tamu dalam acara tuguran mulai pukul 21.00 WIB.

Sebelumnya, pada pagi hari digelar prosesi siraman putri di KD Kepatihan Gandhok Wetan pada pukul 09.00 WIB dan siraman kakung di KD Gedhong Parangkarsa pukul 10.30 WIB. Tepat sebelum midodareni, kedua mempelai melakukan prosesi tantingan di jam yang sama, tetapi di tempat berbeda. Calon pengantin laki-laki di KD Pracimasana, sedangkan calon pengantin wanita di KD Kepatihan

Dalam prosesi tantingan, kedua mempelai akan ditanya kemantapan hatinya sebelum menikah. Usai prosesi tantingan, dilanjutkan dengan prosesi midodareni.

(Resla Aknaita Chak)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya