Liputan6.com, Yogyakarta - Hari Buku Nasional atau Harbuknas jatuh pada 17 Mei tiap tahunnya. Peringatan ini dibuat untuk meningkatkan kesadaran literasi dan minat membaca masyarakat.
Harbuknas pertama kali dilaksanakan pada 2002. Abdul Malik Fadjar yang saat itu menjabat sebagai Menteri Pendidikan era Kabinet Gotong Royong (2001-2004) adalah sosok yang mencetuskan peringatan ini.
Adapun pemilihan 17 Mei bertepatan dengan berdirinya Perpustakaan Nasional, yakni pada 17 Mei 1980. Untuk merayakan Hari Buku Nasional, berikut rekomendasi buku karya penulis Indonesia yang Mendunia:
Advertisement
Baca Juga
1. Bumi Manusia
Bumi Manusia merupakan bagian dari Tetralogi Buru karya Pramoedya Ananta Toer. Bumi Manusia menjadi buku pertama dalam tetralogi tersebut dan mengambil latar serta cikal bakal bangsa Indonesia pada awal abad ke-20.
Dalam periode ini, mengisahkan Minke, sang kreator berdarah priayi. Ia ingin bebas dan merdeka seperti bangsa Eropa yang selalu menjadi kiblat dan simbol pengetahuan serta peradaban pada masanya.
Pram banyak menulis adegan sentimentil di buku ini. Bumi Manusia merupakan buku legendaris yang berhasil bersinar di dalam negeri maupun mancanegara.
2. Cantik Itu Luka
Cantik Itu Luka merupakan buku karya Eka Kurniawan. Buku ini tergolong cukup kompleks karena memadukan unsur keluarga, romansa, dan politik sekaligus.
Cantik Itu Luka menceritakan tentang kehidupan Dewi Ayu, seorang wanita yang sangat cantik. Namun, kecantikannya bukan sebagai sesuatu yang menguntungkan, melainkan membawa malapetaka bagi dirinya dan keturunannya.
Setelah 21 tahun kematiannya, ia bangkit dari kubur. Kebangkitannya menguak kutukan dan tragedi keluarga pada akhir masa kolonial.
Buku ini populer di berbagai negara dan telah diterjemahkan ke lebih dari 34 bahasa. Cantik Itu Luka juga berhasil memenangkan World Readers Award 2016.
Â
Laut Bercerita
3. Laut Bercerita
Leila S Chudori dengan jenius menulis sebuah karya sastra berjudul Laut Bercerita. Buku ini mengisahkan persahabatan, cinta, dan keluarga yang berhasil menggugah emosional pembaca.
Buku ini juga memuat kisah pilu tragedi penghilangan aktivis. Laut Becerita berhasil dipublikasikan ke mancanegara dan diterjemahkan ke bahasa Inggris. Pada 2020, buku ini menerima penghargaan S.E.A Write Award.
4. Ronggeng Dukuh Paruk
Novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari mengambil latar Indonesia era 60-an. Setelah empat tahun dirilis, buku ini langsung diterjemahkan ke bahasa Jepang.
Ronggeng Dukuh Paruk mengisahkan seorang penari ronggeng baru bernama Srintil yang baru saja dinobatkan sebagai ronggeng terakhir setelah kematian 12 tahun ronggeng lamanya. Srintil menjadi terkenal dan digandrungi oleh semua kalangan, mulai dari pejabat hingga orang-orang desanya.
Namun, malapetaka politik yang terjadi pada 1965 membuat dukuh tersebut hancur. Melalui karya ini, Ahmad Tohari berhasil mendapat penghargaan S.E.A Wrote Award 1995.
5. Saman
Penulis wanita Indonesia, Ayu Utami, sudah banyak melahirkan karya-karya sastra populer. Salah satu karyanya yang cukup ikonis adalah Saman.
Saman mengangkat isu beragam, mulai dari politik, percintaan, agama, hingga seksualitas. Novel pertama Ayu Utami ini telah diterjemahkan ke lebih dari lima bahasa dan berhasil meraih Prince Clause Award dari Belanda pada 2000.
Â
Penulis: Resla
Advertisement