Dorong Pertanian Masa Depan, Bu Risma dan Mas Ipin Beri Solusi Pertanian ala Petani Trenggalek

Sistem pertanian uji coba di Trenggalek ini hemat air dan pupuk, di mana lahan pertanian diatur sedemikian rupa mirip dengan sistem kolam dengan ikan untuk mengontrol pemakaian pupuk

oleh Muhamad Ridlo diperbarui 12 Okt 2024, 18:50 WIB
Diterbitkan 12 Okt 2024, 18:41 WIB
Tri Rismaharini Calon Gubernur Jatim dan Mochamad Nur Arifin Cabup Trenggalek menyaksikan hamparan tanah tegalan, yang sebelumnya tidak dapat ditanami padi, bisa lebih dari 3 kali tanam per tahun, di Desa Sukorejo, Gandusari, Trenggalek. (Istimewa)
Tri Rismaharini Calon Gubernur Jatim dan Mochamad Nur Arifin Cabup Trenggalek menyaksikan hamparan tanah tegalan, yang sebelumnya tidak dapat ditanami padi, bisa lebih dari 3 kali tanam per tahun, di Desa Sukorejo, Gandusari, Trenggalek. (Istimewa)

Liputan6.com, Trenggalek - Calon Gubernur (Cagub) Jawa Timur nomor urut 3, Tri Rismaharini (Risma,) bersama Calon Bupati (Cabub) Trenggalek, Mochamad Nur Arifin (Mas Ipin), turun langsung ke lapangan untuk memantau solusi pertanian ala petani Desa Sukorejo, Kecamatan Gandusari, Kabupaten Trenggalek (11/10).

Kunjungan ini dilakukan sebagai bagian dari upaya mendengar langsung keluhan berikut solusi lokal (Petani Trenggalek) yang mungkin sudah ada untuk permasalahan di atas.

Risma, yang akrab disapa Bu Risma, menanggapi permasalahan pertanian dengan memanfaatkan lahan kosong dan produktivitas lebih tinggi, pemakaian pupuk buatan sendiri, serta pemakaian air dan pupuk yang lebih efisien.

“Sistem lahan padi hemat air dan pupuk ini adalah cara efisien untuk menghadapi tantangan biaya yang lebih terkendali. Lahan pertanian kita semakin sempit, air juga semakin terbatas. Tapi kita tidak boleh menyerah, harus ada inovasi. Dengan sistem ini, kita bisa memaksimalkan penggunaan air dan pupuk, tetapi hasilnya justru lebih banyak,” terang Risma.

Cabub Trenggalek Ipin, menyampaikan solusi inovatif yang dapat membantu petani untuk dapat mengatasi 3 (tiga) tantangan pertanian di atas

Sistem pertanian uji coba di Trenggalek ini hemat air dan pupuk, di mana lahan pertanian diatur sedemikian rupa mirip dengan sistem kolam dengan ikan untuk mengontrol pemakaian pupuk.

Tanah digali hingga kedalaman sekitar 50 cm, kemudian dilapisi dengan plastik semi-permeabel yang memungkinkan air bertahan lebih lama di dalam tanah. Hal ini membuat lahan yang dulunya kering dan tidak produktif, kini dapat menghasilkan panen hingga empat kali dalam setahun dengan hasil yang lebih tinggi per hektarenya.

Tidak hanya tentang penggunaan air yang efisien, Risma juga bergembira dengqn penggunaan pupuk yang dihasilkan oleh petani sendiri. Sebagai solusi atas kelangkaan pupuk kimia bersubsidi yang sering dialami petani.

Dalam penjelasannya, Risma menekankan 3 (tiga) permasalahan pertanian tidak hanya dialami oleh Kabupaten Trenggalek, tetapi juga kabupaten/kota lainnya di Jawa Timur.

Oleh karena itu, intensifikasi pertanian dengan memaksimalkan produksi dari lahan yang tersedia menjadi kunci untuk menjaga ketahanan pangan di masa depan.

 

Mas Ipin Puji Petani yang Adaptif

Ipin, yang mendampingi Risma selama kunjungan ini, memuji inovasi yang dilakukan para petani di Trenggalek dalam menghadapi krisis iklim yang berdampak langsung pada ketersediaan pangan.

“Solusi Inovatif seperti ini sangat penting. Petani kita berhasil memanfaatkan teknologi sederhana dengan menggali tanah, melapisi dengan plastik semi-permeabel, dan mempertahankan air di lahan. Ini memungkinkan mereka panen padi hingga empat kali setahun, meski sebelumnya lahan ini tidak bisa ditanami padi,” kata Ipin.

Ia juga menyoroti bahwa solusi inovatif ini menunjukkan perubahan perilaku komunitas petani yang semakin sadar akan pentingnya adaptasi terhadap perubahan yang lebih baik.

Dengan musim tanam yang semakin sulit diprediksi, metode ini dapat menjadi solusi jangka panjang untuk menjaga ketahanan pangan di tengah tantangan perubahan cuaca yang ekstrem.

Risma berencana mereplikasikan model pertanian hemat air ini ke berbagai daerah lain di Jawa Timur yang mengalami permasalahan serupa, terutama di wilayah yang mengalami kekeringan parah selama musim kemarau.

"Ini adalah solusi yang bisa diterapkan di banyak tempat. Saya optimis bahwa dengan pendekatan ini, kita bisa membantu petani di seluruh Jawa Timur untuk terus produktif meskipun menghadapi keterbatasan lahan dan sumber daya, yang selanjutnya harus diikuti pula dengan proses pssca panen," tutup Risma.

Selain memantau lahan, Risma juga mengajak berdiskusi dan membagikan pupuk organik cair kepada petani sebagai bagian dari upayanya mendorong pertanian berkelanjutan untuk Jawa Timur lebih baik.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya