Liputan6.com, Yogyakarta - Kepulauan Cocos (Keeling), sebuah wilayah Australia yang terletak di Samudra Hindia, menawarkan surga tropis yang unik dengan sentuhan budaya Jawa yang menarik. Terletak tidak terlalu jauh dari Indonesia, kepulauan ini menyajikan kombinasi yang memikat antara keindahan alam yang memukau, warisan budaya Melayu yang kental, dan fasilitas modern yang memanjakan pengunjung.
Kombinasi ini menjadikan Cocos (Keeling) sebagai destinasi yang menarik bagi siapa pun yang mencari pengalaman liburan yang berbeda dan berkesan. Bayangkan pantai-pantai berpasir putih dengan air laut yang jernih berwarna biru kehijauan, dihiasi dengan pepohonan kelapa yang melambai-lambai.
Advertisement
Ditambah lagi, adanya jejak budaya Jawa yang terbawa oleh para pekerja perkebunan di masa lalu, yang kini berbaur dengan budaya Melayu setempat. Hal ini menciptakan perpaduan budaya yang unik dan autentik. Kombinasi ini menimbulkan rasa penasaran bagi siapa pun yang ingin merasakan liburan di surga tropis dengan sentuhan budaya yang kaya. Mengutip dari berbagai sumber, berikut empat fakta menarik tentang Pulau Cocos:
Advertisement
Baca Juga
1. Dekat Dengan Indonesia
Kepulauan Cocos (Keeling) memiliki lokasi yang unik secara geografis. Terletak di Samudra Hindia, kepulauan ini berada lebih dekat ke Indonesia, dengan jarak sekitar 1.200 km dari Jakarta, dibandingkan dengan kota-kota besar di Australia.
Faktanya, posisinya bahkan dekat dengan Pulau Jawa. Meskipun demikian, secara administratif, Kepulauan Cocos (Keeling) merupakan bagian dari wilayah Australia. Posisi yang strategis ini memberikan sentuhan khusus pada kepulauan ini, di mana pengaruh budaya dan sejarah dari wilayah sekitarnya, termasuk Indonesia, turut membentuk karakteristiknya.
2. Penduduk Keturunan Jawa-Melayu
Home Island merupakan salah satu pulau utama di Kepulauan Cocos (Keeling) yang memiliki karakteristik budaya yang unik. Mayoritas penduduk pulau ini adalah keturunan Jawa dan Melayu yang dibawa ke kepulauan tersebut pada masa penjajahan, terutama untuk bekerja di perkebunan kelapa.
Kedatangan mereka dari wilayah yang kini menjadi bagian dari Indonesia dan Malaysia telah meninggalkan jejak budaya yang kuat di Home Island. Keberadaan komunitas keturunan Jawa dan Melayu ini menciptakan ikatan kultural yang erat dengan Indonesia.
Hal ini tercermin dalam bahasa, tradisi, dan adat istiadat yang masih dipraktikkan hingga saat ini. Ikatan budaya ini menjadi salah satu daya tarik tersendiri bagi Kepulauan Cocos (Keeling), memberikan nuansa yang berbeda dibandingkan dengan wilayah Australia lainnya.
Â
Budaya dan Bahasa Mirip Indonesia
3. Budaya dan Bahasa Mirip Indonesia
Kepulauan Cocos (Keeling) tidak hanya memiliki ikatan sejarah dengan Indonesia melalui kedatangan para pekerja dari Jawa dan Melayu, tetapi juga mempertahankan banyak elemen budaya Indonesia dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa contohnya adalah kesenian wayang kulit dan batik, yang masih dipraktikkan dan dilestarikan di pulau ini.
Selain itu, adat pernikahan di Cocos (Keeling) juga memiliki kemiripan dengan tradisi saweran yang dikenal di Sunda, di mana uang atau benda-benda kecil dihamburkan kepada pengantin sebagai simbol keberuntungan dan doa restu. Lebih lanjut, bahasa yang digunakan sehari-hari di pulau ini semakin memperkuat nuansa keindonesiaan.
Bahasa Melayu dan Betawi menjadi bahasa pergaulan utama, bercampur dengan sedikit pengaruh bahasa Inggris dan Skotlandia akibat sejarah kolonialnya. Perpaduan bahasa ini menciptakan dialek yang unik dan terdengar familiar bagi telinga orang Indonesia, sehingga pengunjung dari Indonesia akan merasa lebih mudah berinteraksi dan merasakan keakraban budaya di pulau ini.
4. Fasilitas Modern
Meskipun terletak di lokasi yang relatif terpencil di tengah Samudra Hindia, Kepulauan Cocos (Keeling) menawarkan fasilitas yang cukup memadai untuk mendukung kehidupan penduduk dan kenyamanan wisatawan. Pulau ini memiliki Bandar Udara Kepulauan Cocos yang menghubungkannya dengan dunia luar, memfasilitasi akses transportasi udara.
Selain itu, terdapat pula fasilitas kesehatan seperti rumah sakit untuk melayani kebutuhan medis masyarakat. Bagi yang tertarik dengan seni dan budaya lokal, tersedia galeri seni yang memamerkan karya-karya seniman setempat.
Akses internet yang cukup baik juga tersedia, memungkinkan penduduk dan pengunjung untuk tetap terhubung dengan informasi dan komunikasi global. Untuk transportasi antar pulau di dalam kepulauan, terdapat layanan kapal feri bernama Cahaya Baru yang menghubungkan pulau-pulau utama, memudahkan mobilitas dan aktivitas sehari-hari.
Penulis: Ade Yofi Faidzun
Advertisement