Umbul Mantram, Tradisi Imlek di Solo yang Lahir dari Akulturasi Budaya

Selama ini, Kelurahan Sudiroprajan memang dikenal sebagai salah satu wilayah dengan tingkat akulturasi budaya yang tinggi, terutama antara masyarakat Jawa dan Tionghoa. Hal ini pula yang kemudian melahirkan tradisi tahunan umbul mantram.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 26 Jan 2025, 00:00 WIB
Diterbitkan 26 Jan 2025, 00:00 WIB
[Fimela] Tahun Baru Imlek
Ilustrasi Tahun Baru Imlek | unsplash.com/@good_citizen... Selengkapnya

Liputan6.com, Solo - Umbul mantram merupakan salah satu kegiatan tahunan yang digelar masyarakat Kelurahan Sudiroprajan di Solo. Kegiatan ini merupakan awal atau pembuka tradisi grebeg sudiro yang digelar menjelang Imlek.

Selama ini, Kelurahan Sudiroprajan memang dikenal sebagai salah satu wilayah dengan tingkat akulturasi budaya yang tinggi, terutama antara masyarakat Jawa dan Tionghoa. Hal ini pula yang kemudian melahirkan tradisi tahunan umbul mantram.

Mengutip dari surakarta.go.id, kehadiran unsur budaya Tionghoa dalam tradisi umbul mantram tidak muncul begitu saja. Tradisi ini lahir sebagai hasil dari proses sejarah dan interaksi sosial yang cukup panjang.

Dimulai pada masa kolonial Belanda, Sudiroprajan merupakan salah satu pemukiman utama masyarakat Tionghoa di Solo. Lokasinya cukup strategis, yakni dekat dengan Pasar Gede sebagai pusat perdagangan.

Dari sanalah masyarakat Jawa dan Tionghoa dipertemukan dalam berbagai aktivitas ekonomi, sosial, dan budaya. Secara alami, interaksi tersebut menciptakan pertukaran budaya, termasuk dalam hal tradisi dan ritual keagamaan.

Lebih jauh lagi, unsur-unsur budaya Tionghoa pun masuk semakin dalam dan bercampur dengan budaya lokal. Hal itu bisa dilihat dari pakaian khas, lampion, dan filosofi keberkahan yang mulai terintegrasi dengan tradisi lokal.

Meski berasal dari titik berbeda, pada dasarnya budaya dan tradisi masyarakat Jawa maupun Tionghoa memiliki nilai-nilai serupa. Keduanya mengedepankan rasa syukur, penghormatan kepada leluhur, dan harapan akan harmoni.

Kesamaan ini juga menjadi kunci terjadinya akulturasi budaya yang alami. Umbul mantram menjadi salah satu bukti akulturasi tersebut yang telah berkembang lebih inklusif.

Umbul mantram kini menjadi simbol harmoni budaya yang mewakili masyarakat Sudiroprajan. Tradisi ini mencerminkan semangat kerukunan yang telah lama menjadi identitas Sudiroprajan.

Umbul mantram tak hanya hadir sebagai hiburan dan penyatu masyarakat Jawa dan Tionghoa. Tradisi ini juga mengajarkan kepada dunia bahwa keberagaman adalah kekuatan, bukan pemisah.

Tahun ini, tradisi umbul mantram telah digelar pada 16 Januari 2025 lalu sebagai salah satu rangkaian tradisi grebeg sudiro. Umbul mantram membuka rangkaian acara grebeg sudiro dengan tradisi doa dan ucapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Penulis: Resla

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya