Liputan6.com, Yogyakarta - Telah kita ketahui bersama bahwa Yogyakarta mempunyai garis sumbu imajiner yang membentang dari Utara-Selatan yang telah resmi diakui sebagai Warisan Budaya Dunia oleh UNESCO, sebagai “The Cosmological Axis of Yogyakarta and its Historic Landmarks”.
Satu garis yaitu sumbu yang membentang dari utara ke selatan dalam satu garis lurus : jalan yang menghubungkan Tugu Golong Gilig, Keraton, dan Panggung Krapyak, yang kita kenal sebagai “Sumbu Filosofi Yogyakarta”.
Adapun yang disebut sebagai “Garis Imajiner” di Yogyakarta adalah garis khayal yang membujur dari arah selatan ke utara, yang ditarik dari Laut Selatan, Keraton Yogyakarta, dan Gunung Merapi sebagai poros.
Advertisement
Advertisement
Baca Juga
Menurut kratonjogja.id, garis imajiner ini tidak seperti anggapan masyarakat Yogyakarta pada umumnya, yaitu posisi Laut Selatan, Keraton Yogyakarta, dan Gunung Merapi ternyata tidak persis berada dalam satu garis lurus. Inilah sebabnya disebut “imajiner”. Ini tercipta pada tahun 1755, saat Sri Sultan Hamengku Buwono I, yang juga dikenal sebagai Pangeran Mangkubumi, mulai membangun Kota Yogyakarta. Prinsip utama yang dijadikan dasar pembangunan keraton oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I adalah konsepsi Hamemayu Hayuning Bawono. Artinya membuat bawono (alam) menjadi hayu (indah) dan rahayu (selamat dan lestari).
Kemudian pada tahun 2024, secara tidak sengaja atas pengamatan dan pengembangan berbagai kegiatan dalam ranah Astronomi, Space Science dan Space Exploration oleh berbagai Lembaga dan komunitas di Indonesia, ditemukanlah koneksitas serta simpul -simpul area yang sangat spesifik di Yogyakarta.
Penemuan ini juga membawa penalaran baru tentang mirroring tiga site-specific terhadap sebuah konstelasi rasi bintang tertentu, yaitu ORION, yakni pada posisi ORION BELT. Ketiga area yang merupakan hot spot dari fenomena yang sering dihubung-hubungkan dengan UFO dan Alien ini membujur dari timur dan barat Yogyakarta. Garis Imajiner ini kemudian diberi nama “VORTEX LINE Yogyakarta”.
Munculnya Fenomena Anomali Pertama
Ditemukannya sebuah garis imajiner baru di Yogyakarta baru-baru ini yang membentang arah Timur-Barat, adalah karena munculnya banyak fenomena anomali yang sudah sejak lama ada tapi sangat kurang diperhatikan keberadaannya.
Fenomena pertama adalah sebuah Crop Circle yang muncul di area persawahan daerah Berbah, Sleman, Yogyakarta. Fenomena Crop Circle ini tepatnya berada di Krasaan Jogotirto Berbah yang muncul pada tanggal 23 Januari 2011. Kala itu, warga geger dengan munculnya pola aneh di persawahan tersebut. Batang padi roboh dan membentuk pola lingkaran besar dan kecil. Diameter lingkaran diperkirakan berkisar 60 sampai 70 meter.
Perangkat desa serta warga setempat mempercayai jejak asing ini adalah bukan buatan manusia. Tidak sedikit juga orang yang memprediksi ini berkaitan dengan benda asing dari luar angkasa atau UFO. Namun perkembangan dan penelitian yang dilakukan oleh berbagai pihak masih terus dilakukan hingga saat ini.
Berdasarkan diskusi panjang dan proses kolaborasi antara komunitas pengamat UFO yang tergabung dalam Indonesia UFO Network – IUN bersama-sama dengan warga setempat mendirikan monumen peringatan di lokasi munculnya crop circle, yang diberi nama : “Crop Circle / UFO Monument.
Monumen Crop Circle atau Monumen UFO ini diresmikan pada peringatan Indonesia UFO Day (Hari UFO Nasional) 21 Juli 2022 yang diinisiasi oleh Indonesia UFO Network - IUN (Jaringan Komunitas dan Pemerhati UFO seluruh Indonesia) dalam rangkaian program Indonesia UFO Festival - IUF 2022, sebuah festival UFO yang pertama dan terbesar di Indonesia.
Monumen ini ditandatangani oleh Direktur Eksekutif Jogja National Museum (JNM) KPH Wironegoro dan Venzha Christ perwakilan dari Indonesia UFO Network – IUN dan Direktur dari ISSS – Indonesia Space Science Society.
Advertisement
Legenda Fenomena Kedua di Wisata Sawah Nanggulan
Banyak cerita tutur yang dikisahkan oleh berbagai pihak, baik dari para turis atau pelancong maupun oleh warga setempat pada masa lampau. Fenomena yang banyak terjadi atau muncul di daerah wisata sawah Nanggulan ini menjadikan Indonesia UFO Network – IUN untuk membuat area khusus yang bernama “Kampung Alien”.
Cerita soal penampakan UFO ini dibenarkan oleh Lurah Kembang, Edi Purwanto. Menurutnya cerita itu sudah beredar sejak lama dan yang menjadi saksinya adalah para sesepuh desa. Edi tidak bisa memastikan apakah benda langit yang nampak di langit desanya benar-benar UFO. Sepengatahuannya, benda itu berwarna merah yang terbang dengan kecepatan tinggi.
Dinamakan Kampung Alien, karena berawal dari ditemukannya berbagai laporan penampakan anomali oleh wisatawan maupun masyarakat sejak lama dan sudah menjadi semacam legenda. Keanehan serta fenomena-fenomena menarik yang juga sering dikaitkan dengan UFO atau Alien ini menjadikan ide untuk penggunaan nama ini.
Kampung Alien yang berada di Kawasan Wisata sawah Nanggulan ini diresmikan tepat pada peringatan “Indonesia UFO Day” atau Hari UFO Nasional pada tanggal 21 Juli 2023. Melibatkan masyarakat setempat dan unsur kelompok/komunitas lokal, Kampung Alien ini juga menjadi tempat dan pusat baru kegiatan pembelajaran sains, ekologi/lingkungan, dan teknologi, khususnya dalam ranah astronomi dan space science.
Prasasti Kampung Alien ini diresmikan dan ditandatangani oleh Triharnoto dari Jokapok, Nanggulan, Kulonprogo dan Dominicus Judiarta, Pegiat Sains Antariksa Yogyakarta.
Banyaknya Penampakan UFO di Kota Yogyakarta
Berbagai cerita penampakan dan fenomena langit yang ada dan tampak dari kota Yogyakarta, juga turut mewarnai kegiatan penelitian serta pengamatan berbagai komunitas astronomi amatir dan komunitas UFO di Yogyakarta. Beberapa cerita yang sempat viral pada masanya adalah penampakan UFO Donat yang disaksikan oleh warga Banguntapan, Kilatan cahaya anomali yang terlihat di sekitar Gunung Merapi, Penampakan benda bergerak di langit malam pada arah selatan kota Yogyakarta oleh warga Bintaran, UFO Kotak yang disaksikan oleh warga Sambipitu, dan masih banyak lagi lainnya.
Dari banyaknya penampakan dan fenomena UFO yang terlihat dari kota Yogyakarta tersebut membuat ISSS – Indonesia Space Science Society dan Indonesia UFO Network – IUN untuk membuat sebuah project yang berkaitan dengan issue ekologi/lingkungan di salah satu titik di pusat kota Yogyakarta. Ide ini adalah sebagai titik peringatan dan penanda yang mewakili berbagai tempat di seputaran kota Yogyakarta.
Maka pada tanggal 21 Juli 2024 diresmikanlah satu kampung di daerah Jokteng Kulon yang bernama Gedong Kiwo untuk dijadikan pilot project dengan nama : “Kampung UFO”. Tempat ini diharapkan akan menjadi awal dibukanya berbagai peristiwa penampakan dan cerita-cerita warga Yogyakarta dalam menarasikan kembali fenomena-fenomena yang pernah terjadi di langit Yogyakarta.
Prasasti Kampung UFO ini diresmikan dan ditandatangani oleh Bpk. Sapto Indriyatno dan Bpk. Suhardjono selaku tokoh masyarakat dari RT 46 RW 10, Gedong Kiwo.
Advertisement
Tiga Titik Konstelasi Bintang ORION BELT
Poros imajiner antara Berbah, Gedong Kiwo, dan Nanggulan inilah yang merupakan garis “mirroring” dari titik-titik Konstalasi Rasi Bintang ORION. Ketiga titik tersebut tepat pada posisi sudut ORION BELT.
Sebenarnya mirroring terhadap titik konstelasi ORION BELT ini juga terjadi pada letak dan posisi koordinat Piramida Giza, Mesir. Sedangkan di Indonesia terjadi juga pada letak titik Candi Borobudur – Candi Pawon – dan Candi Mendut.
Penelitian tentang keberadaan dan penemuan titik VORTEX LINE Yogyakarta ini akan terus dikaji dan dilanjutkan kedalaman risetnya oleh beberapa peneliti yang berasal dari Universitas Sanata Dharma, Universitas Gadjah Mada, Institut Seni Indonesia, Podomoro University, UCLA (Los Angeles), Michigan University, dan juga Nagoya University.
ISSS – Indonesia Space Science Society dan Indonesia UFO Network – IUN akan terus mengembangkan dan menjalin kerjasama dengan berbagai pihak untuk lebih dalam lagi mengkaji tentang VORTEX LINE ini.
Indonesia UFO Network - IUN adalah sebuah platform terbuka bagi lintas komunitas dan institusi di Indonesia yang masing-masing aktif melakukan riset serta pusat pembelajaran dan pertukaran informasi dalam bidang Astronomi, ET (Extra-Terrestrial), SETI, UFO/UAP, sejarah peradaban, space art, maupun space science secara umum.
Penulis: Venzha Christ- Direktur Indonesia Space Science Society
![Loading](https://cdn-production-assets-kly.akamaized.net/assets/images/articles/loadingbox-liputan6.gif)