(OPINI) Puasa, Tarbiyah ‘Sunyi’ untuk Kemesraan dengan Sang Khalik

Salah satu bagian penting dari hakikat beragama adalah pengendalian diri, sebagaimana dikemukakan dalam Islam, ada regulasi, kemudian semua umat Islam diperهntahkan untuk “mengendalikan diri” dengan harapan bisa sesuai dengan peraturan, bahkan semua agama, berusaha maksimal menciptakan tatanan

oleh Tim Regional Diperbarui 12 Mar 2025, 09:32 WIB
Diterbitkan 11 Mar 2025, 19:08 WIB
Dr. Dra. Sri Haningsih, M.Ag.
Dr. Dra. Sri Haningsih, M.Ag., Dosen tetap Prodi PAI Jurusan Studi Islam Fakultas Ilmu Agama Islam Universitas Islam Indonesia Yogyakarta... Selengkapnya

Liputan6.com, Yogyakarta - Latar belakang pentingnya puasa sebagai ibadah yang unik dalam Islam. Puasa Ramadhan bisa dimaknai pengendalian diri, disebut juga dengan makna “perjuangan mengendalikan nafsu” (mujāhadat al-nafs), atau dalam ungkapan lain, “kontrol diri” (self-control).  (Wardani:2024).

Puasa merupakan terjemahan dari kata Arab :صو م  atau صـيا م  . Dari segi etimologi atau bahasa, puasa berarti  menahan diri dari sesuatu atau meninggalkan sesuatu (makan, minum, berbicara dan aktivitas lainnya, dari segi terminologi agama atau istilah syara’, puasa adalah  menahan diri dari makan, minum dan berhubungan seks, sejak terbitnya fajar hingga tenggelamnya matahari dengan mengharap ridla Allah.

Secara lahiriah puasa adalah ibadah badaniah, tetapi secara batiniah, nilainya terletak pada jiwa pelakunya, yang tentu tidak diketahui kecuali oleh Allah dan lantaran itu pula, hanya Allah yang mengetahui kadar ganjarannya. Sebagaimana dikemukakan dalam salah satu hadis bahwa pahala puasa Allah sendiri yang akan memberikan kepada orang yang berpuasa. Bahkan orang yang berpuasa kategori empat golongan seseorang yang dirindukan surga, selain orang yang gemar membaca Al-Qur’an, orang yang mengendalikan lisannya tidak ghibah, orang yang berbagi kepada sesama dan orang yang puasa (Durrotun Nasihin)

Salah satu bagian penting dari hakikat beragama adalah pengendalian diri, sebagaimana dikemukakan dalam Islam, ada regulasi, kemudian semua umat Islam diperهntahkan untuk “mengendalikan diri” dengan harapan bisa sesuai dengan peraturan, bahkan semua agama, berusaha maksimal  menciptakan tatanan. Dalam Islam, ada perintah dan larangan, bahkan ada yang dibolehkan (mubāh). Semuanya berisi pengendalian dalam hal yang diperintahkan, maka orang yang beriman diperintahkan untuk “mengendalikan diri”, baik dalam pengertian menyiapkan diri, berkomitmen, dan disiplin melaksanakannya.

Ajaran shalat, misalnya, berisi perintah pengendalian diri, karena orang yang mengerjakan, harus siap, mengalokasikan waktu, dan untuk mengabaikan hal lain dulu demi melaksanakan shalat. Begitu juga, dalam larangan, bahkan tentu ada ajaran Islam tentang pengendalian diri, terutama untuk tidak melanggar. Bahkan, dalam hal-hal yang dibolehkan (mubāh), juga ada pengendalian diri. Itulah sebab dalam puasa, dilarang makan dan minum, meskipun terhadap hak miliknya sendiri. Begitu juga, dilarang menggauli isterinya meski terhadap pasangan sendiri, selama berpuasa di siang hari.

Beberapa hal penting terkait dengan puasa ramadlan antara lain: (1) Puasa merupakan pendidikan  dan latihan kejiwaan agar manusia mampu mengendalikan diri serta mengarahkan keinginan-keinginan. Pengendalian dan pengarahan ini sangat dibutuhkan manusia, baik pribadi maupun kelompok, (2) Puasa Ramadlan merupakan sendi ajaran Islam atau rukun Islam yang boleh jadi menjadi ibadah wajib yang paling mendalam pada jiwa muslim pengamalnya. Pengamalan selama satu bulan dengan berbagai amaliah yang menyertainya seperti :berbuka, salat tarawih, tadarrus, makan sahur, dan sebagainya terasa sangat membekas dalam sanubari.

Dalil disyariatkan puasa  Q.s.Al-baqarah 183 : Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa, Makna tarbiyah (pendidikan) dalam konteks spiritual antara lain:

1. Kesunyian dalam Puasa dimana semuanya mampu mendidik jiwa dalam keheningan yang bersifat pribadi antara hamba dan Allah (HR. Bukhari & Muslim: "Puasa itu untuk-Ku...") 

Dalam hal ini menjelaskan bagaimana puasa sebagai bentuk pendidikan sunyi yang mengantarkan seorang hamba untuk lebih dekat dengan Allah, sehingga berdimensi spiritual dan mengurangi interaksi duniawi, memperbanyak kontemplasi. Contoh dari kehidupan para ulama dan sufi yang memanfaatkan puasa untuk mendekatkan diri kepada Allah. Puasa sebagai sarana introspeksi dan muhasabah

2. Puasa sebagai Momentum Bermesra dengan Sang Khaliq

Hubungan antara puasa dan peningkatan kualitas ibadah: salat, doa, dan zikir. Puasa sebagai bentuk pengendalian diri dan peningkatan rasa ihsan (merasa diawasi Allah). Puasa dan pengalaman spiritual: bagaimana seorang mukmin merasakan kehadiran Allah dalam kesunyian ibadahnya

Implementasi Tarbiyah Sunyi dalam Kehidupan Sehari-hari sebagai barometer kiat praktis menerapkan akhlak dalam kehidupan sehari-hari.

3. Menjadikan puasa sebagai latihan spiritual berkelanjutan, tidak hanya di bulan Ramadan

Praktik kesunyian dalam kehidupan modern: tafakur, uzlah sementara, dan pengurangan distraksi duniawi

Menguatkan hubungan dengan Allah melalui ibadah-ibadah sunyi lainnya seperti qiyamul lail dan puasa sunah

Oleh karena itu bagaimana nilai-nilai akhlak Islami dapat diterapkan secara aplikatif di era digital, khususnya dalam suasana spiritual bulan Ramadhan diperlukan urgensi pendidikan karakter dalam dunia yang semakin terdigitalisasi dan sekaligus tantangan dan peluang dalam membentuk akhlak Islami di tengah perkembangan teknologi.

Demikian juga ketika ada kegelisahan akademik terkait dengan bagaimana Ramadhan menjadi waktu yang ideal untuk menguatkan nilai-nilai akhlak Islami. Dan bagaimana pula 

praktik ibadah dan pembiasaan yang dapat mendukung pendidikan karakter selama Ramadhan.

Salah satu solusinya adalah (1)  strategi efektif menerapkan pendidikan karakter Islami secara Digital mencakup pendekatan praktis bagi mahasiswa, pendidik, dan masyarakat dalam menerapkan nilai-nilai Islam melalui platform digital.(2) Rekomendasi kebijakan atau program berbasis teknologi untuk mendukung pendidikan karakter Islami.

 

Penulis:  Dr. Dra. Sri Haningsih, M.Ag.,  Dosen tetap Prodi PAI Jurusan Studi Islam Fakultas Ilmu Agama Islam Universitas Islam Indonesia Yogyakarta

Promosi 1

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya