Wall Street Loyo Dipicu Pernyataan The Fed

Gubernur The Fed Janet Yellen menyatakan Bank Sentral akan menaikkan suku bunga AS jika angka inflasi tetap stabil.

oleh Nurseffi Dwi Wahyuni diperbarui 25 Sep 2015, 04:36 WIB
Diterbitkan 25 Sep 2015, 04:36 WIB
Wall Street
(Foto: Reuters)

Liputan6.com, New York - Bursa Saham Amerika Serikat (AS) ditutup melemah pada Kamis (Jumat pagi WIB) di tengah ketidakpastian tentang kebijakan moneter AS dan pertumbuhan ekonomi global. Sementara Caterpillar memutuskan untuk memangkas proyeksi penjualan dan investor kesehatan melarikan diri dari pasar saham.

Dilansir dari Reuters, Jumat (25/9/2015), indeks Dow Jones turun 78,57 poin atau 0,48 persen menjadi 16.201,32, S & P 500 kehilangan 6,52 poin, atau 0,34 persen, ke 1,932.24 dan Nasdaq Composite turun 18,27 poin .IXIC, atau 0,38 persen, ke 4,734.48.

sekitar 6 dari 10 sektor S&P berakhir lebih rendah, dengan sektor kesehatan memimpin pelemahan sebesar 1 persen dan sektor biotek Nasdaqturun 2 persen. Kedua indeks kesehatan tersebut terus tertekan selama lima hari berturut-turut.

Gubernur Federal Reserve (The Fed) Janet Yellen menyatakan Bank Sentral AS akan menaikkan suku bunga acuan tahun ini selama inflasi tetap stabil dan ekonomi AS cukup kuat untuk meningkatkan lapangan kerja.

The Fed sebelumnya telah memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan mendekati nol di tengah kekhawatiran tentang melambatnya pertumbuhan global.

Beberapa analis menilai pasar tengah melakukan pengujian ulang di level terendah sejak 24 Agustus, ketika saham mabuk karena kepanikan menghadapi perlambatan pertumbuhan di China.

Saham Caterpillar (CAT.N), pembuat peralatan pertambangan dan konstruksi terbesar dunia, ditutup turun 6,3 persen pada US$ 65,8 per saham. Caterpillar mengatakan keputusan itu bisa memotong 10.000 pekerjaan. Keputusan itu diambil sejalan dengan lesunya bisnis pertambangan dan energi.

Saham Kesehatan telah berada di bawah tekanan sejak calon Presiden AS Hillary Clinton berjanji awal pekan ini untuk menghentikan kenaikan harga yang dilakukan perusahaan obat. (Ndw/Igw)

 

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya