Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpotensi melemah terbatas pada perdagangan saham Jumat pekan ini. Sentimen data ekonomi seperti neraca berjalan Indonesia mempengaruhi laju IHSG.
Analis PT Asjaya Indosurya Securities William Suryawijaya menuturkan, IHSG masih bergerak dalam rentang konsolidasi. Laju IHSG masih belum mampu menembus level resistance 5.411. Sedangkan level support di 5.276.
"Dalam jangka panjang peta kenaikan IHSG terpapar cukup jelas masih berada dalam uptren. Sedangkan dalam jangka pendek masih menunjukkan potensi sedikit tertekan selama belum mampu bertahan di atas resistance level tersebut," kata dia dalam ulasannya, Jumat (10/2/2017).
Advertisement
Lebih lanjut ia menuturkan, pelaku pasar dapat memanfaatkan peluang terjadinya koreksi wajar. Analis PT NH Korindo Securities Indonesia Bima Setiaji menuturkan, IHSG akan berpotensi melemah. Salah satu sentimen yang menekan IHSG yaitu neraca berjalan Indonesia pada kuartal IV 2016 yang diperkirakan masih defisit. Akan tetapi sudah mengalami perbaikan dibanding kuartal III 2016.
Baca Juga
Selain itu, indeks harga properti diperkirakan turun 2,4 persen pada kuartal IV 2016 secara year on year (YoY) dari 2,75 persen YoY pada kuartal III 2016. "Berita ini akan berpotensi negatif terutama pada sektor properti," kata dia.
Sedangkan dari global, presiden Amerika Serikat (AS) dijadwalkan bertemu dengan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe sehingga perhatian investor fokus ke sana.
Dengan melihat kondisi itu, Bima menuturkan, IHSG akan bergerak di kisaran 5.362-5.395 pada Jumat pekan ini.
Dalam riset PT Bahana Securities menyebutkan IHSG akan bergerak mendatar dengan kecenderungan menguat terbatas. IHSG akan bergerak di kisaran 5.350-5.415.
Untuk rekomendasi saham, PT Bahana Securities memilih saham yang dapat diperhatikan pelaku pasar antara lain saham PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN), PT Kalbe Farma Tbk (KLBF), dan PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL). Sedangkan William memilih saham PT Jasa Marga Tbk (JSMR), PT Adhi Karya Tbk (ADHI), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), dan PT Telekomunikasi Tbk (TLKM).