IHSG Melemah Tipis Jelang Pertemuan The Fed

Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun 0,1 persen secara mingguan ke posisi 5.390 pada Jumat 10 Maret 2017.

oleh Agustina Melani diperbarui 11 Mar 2017, 09:36 WIB
Diterbitkan 11 Mar 2017, 09:36 WIB
Pembukaan-Saham
Pengunjung tengah melintasi layar pergerakan saham di BEI, Jakarta, Senin (13/2). Pembukaan perdagangan bursa hari ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tercatat menguat 0,57% atau 30,45 poin ke level 5.402,44. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Menjelang pertemuan bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) cenderung mendatar pada pekan ini periode 3 Maret-10 Maret 2017.

Mengutip laman PT Ashmore Assets Management Indonesia, Sabtu (11/3/2017), IHSG turun tipis 0,01 persen dari level 5.391,21 pada 3 Maret 2017 ke posisi 5.390 pada 10 Maret 2017. Hal itu dipengaruhi harga komoditas konsolidasi sehingga mendorong saham-saham berkapitalisasi kecil tidak begitu baik pada pekan ini.

Meski demikian, aliran dana investor asing masuk ke pasar saham senilai US$ 25 juta atau sekitar Rp 334,34 miliar (asumsi kurs Rp 13.373 per dolar Amerika Serikat) pada pekan ini. Ashmore melihat, aliran dana investor asing yang masuk ke saham-saham unggulan yang menggerakkan IHSG.

Sementara itu, di pasar obligasi cenderung positif dengan kenaikan 0,36 persen secara mingguan. Imbal hasil obligasi atau surat utang bertenor 10 tahun naik dari 7,5 persen menjadi 7,52 persen. Aliran dana investor asing yang masuk ke pasar obligasi mencapai US$ 236 juta atau sekitar Rp 3,15 triliun.

Sejumlah sentimen baik global dan internal mempengaruhi laju IHSG pada pekan ini. Dari global, spekulasi pasar terhadap rencana bank sentral AS atau the Federal Reserve untuk menaikkan suku bunga makin tinggi. Kemungkinannya mencapai 98 persen. Bank sentral AS akan gelar pertemuan pada 14-15 Maret 2017.

Selain itu, imbal hasil surat berharga AS bertenor 10 tahun mencapai 2,6 persen pada pekan ini. Dari data ekonomi AS juga membaik terutama data tenaga kerja yang melebihi dari yang diharapkan.

Dari Asia, China menargetkan pertumbuhan ekonomi 6,5 persen pada 2017. Perdana Menteri China Li Keqiang menuturkan, saat ini fundamental ekonomi masih baik dan risiko masih terkontrol. Meski demikian, ia juga mengingatkan tantangan baik internal dan eksternal.

Di Korea Selatan, parlemen memutuskan untuk memberhentikan presiden Park Geun-hey. Pemilihan umum akan dilakukan dalam 2 bulan mendatang.

Dari Eropa, pimpinan bank sentral Eropa (ECB) Mario Draghi menuturkan pihaknya melihat risiko terjadi di zona euro. Semua langkah dilakukan untuk mendorong inflasi dan pertumbuhan ekonomi.

Dari internal, Bank Indonesia (BI) telah mempertahankan suku bunga acuan atau 7 day reverse repo rate. Mengutip Ashmore, Gubernur BI Agus Martowardojo menuturkan, kalau tingkat suku bunga sekarang sudah cukup rendah. Tahun ini mendorong pertumbuhan, dan bukan soal suku bunga.

Selanjutnya hal apa yang perlu dicermati. Ashmore melihat, pergerakan harga komoditas menjadi perhatian. Ashmore melihat, harga komoditas terutama batu bara di kisaran US$ 75 per ton, dan angka ini masih di atas harapan. Selain itu, kebijakan pemerintahan China juga masih normal dan menjadi pendorong utama untuk sektor komoditas.

Ashmore melihat, peningkatan harga komoditas sehingga berdampak ke pendapatan perusahaan menjadi penting. Dengan ada perbaikan harga komoditas itu juga meningkatkan ekonomi Indonesia yang dilihat dari penerimaan pajak. Diharapkan tren itu berlanjut pada tahun ini.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya