The Fed Naikkan Suku Bunga, Apa Dampaknya Buat RI?

Sinyal kenaikan suku bunga acuan oleh Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Federal Reserve pada Maret 2017 semakin kuat.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 10 Mar 2017, 15:45 WIB
Diterbitkan 10 Mar 2017, 15:45 WIB
The Fed
The Fed (www.n-tv.de)

Liputan6.com, Jakarta Sinyal kenaikan suku bunga acuan oleh Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Federal Reserve pada Maret 2017 semakin kuat. Kebijakan tersebut diyakini tidak akan meredupkan daya tarik Indonesia sebagai negara tujuan investasi asing.

Gubernur Bank Indonesia (BI), Agus Martowardojo mengungkapkan, penyesuaian Fed Fund Rate (FFR) pada Maret ini sudah mencapai kesepakatan 100 persen. Diperkirakan The Fed akan mengerek tingkat bunga sebesar 25 basis poin (bps).

"FFR diperkirakan akan naik 25 bps, tentu ini akan membuat dolar AS menguat sehingga mata uang negara lain, termasuk Indonesia agak sedikit melemah," kata Agus di kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Jumat (10/3/2017).

Kondisi tersebut tidak akan menyurutkan investor asing menanamkan modalnya di Indonesia karena melihat fundamental perekonomian nasional yang cukup kuat. Agus mengungkapkan, stabilitas ekonomi nasional tercermin dari terjaganya pertumbuhan ekonomi, inflasi, neraca perdagangan, cadangan devisa dari upaya pengelolaan fiskal yang baik.

Dia memperkirakan inflasi tetap akan bergerak stabil. Berdasarkan survei BI, realisasi inflasi pada pekan kedua Maret ini 0,18 persen atau lebih rendah dari pekan pertama maupun dibanding Januari lalu 0,97 persen.

"Ada dana masuk ke Indonesia mencapai Rp 31 triliun sampai minggu kedua Maret. Ini yang membuat kami optimistis stabilitas ekonomi Indonesia terjaga, masih baik," Agus menjelaskan.

Kendati demikian, Mantan Menteri Keuangan itu tetap akan memperhatikan kondisi dan situasi global, selain kenaikan suku bunga The Fed. Diantaranya, peningkatan inflasi dan kebijakan moneter Eropa.

Selain itu, gejolak di Prancis karena ada pemilu, pertumbuhan ekonomi China diperkirakan 6,5 persen di 2017, serta harga minyak dunia terkerek naik US$ 50 per barel karena stok dan produksi di AS meningkat.

"Ini jadi perhatian kami, tapi secara umum kondisi ekonomi Indonesia membaik," Agus menuturkan.

Senada, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, Indonesia memiliki fundamental ekonomi yang baik meskipun ada gonjang-ganjing dari perekonomian dunia.

"Buktinya aliran modal yang masuk masih positif, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih oke. Naik sedikit, turun sedikit, yang pasti arahnya positif. Kursnya juga tidak jelek," tegas dia.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya