Dolar AS Menguat, Bursa Asia Dekati Level Tertinggi dalam 2 Tahun

Indeks saham MSCI Asia Pasifik di luar Jepang naik 0,2 persen pada awal perdagangan Kamis pekan ini.

oleh Agustina Melani diperbarui 30 Mar 2017, 09:00 WIB
Diterbitkan 30 Mar 2017, 09:00 WIB
20150710-Pasar Saham Nikkei-Jepang3
Beberapa orang tercermin dalam papan yang menampilkan indeks pasar saham terbesar di Tokyo, Jepang, Jumat, (10/7/2015). Meskipun Nikkei mengalami kenaikan pada Jumat pagi, tetapi tertutupi oleh penurunan tajam di Fast Retailing Co. (REUTERS/Thomas Peter)

Liputan6.com, Tokyo - Bursa Asia menguat ke level tertinggi dalam dua tahun pada perdagangan Kamis pekan ini. Sementara itu, dolar Amerika Serikat (AS) bergerak positif seiring harapan bank sentral Eropa menunda akhiri kebijakan pelonggaran moneternya.

Pada perdagangan saham Kamis (30/3/2017), seperti dikutip dari laman Reuters, indeks saham MSCI Asia Pasifik di luar Jepang naik 0,2 persen. Indeks saham Jepang Nikkei melemah 0,2 persen. Sedangkan indeks saham Australia dan Korea Selatan menguat. Penguatan indeks saham Australia didukung oleh kenaikan harga minyak.

Sementara itu, indeks dolar AS berada stabil terhadap enam mata uang lainnya. Indeks dolar AS berada di kisaran 100,03. Sedangkan euro cenderung melemah 0,1 persen ke level US$ 1,07.

Hal itu seiring pelaku pasar mencermati dampak Inggris keluar dari Uni Eropa atau Britain Exit (Brexit). Ditambah harapan kebijakan bank sentral Eropa tetap menerapkan kelonggaran kebijakan moneter.

"Brexit menjadi fokus pasar dalam jangka pendek. Sementara itu, permintaan dolar AS stabil, dan tahun fiskal Jepang berakhir pada minggu ini,"" ujar Kaneo Ogino, Direktur Global-info Co.

Sedangkan terhadap mata uang yen, dolar AS naik 0,2 persen menjadi 111,25. Di pasar komoditas, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) naik 0,1 persen ke level US$ 49,56 per barel.

Pasar juga mencermati pernyataan pejabat bank sentral AS atau the Federal Reserve. Pernyataan itu dari pimpinan the Fed Boston Eric Rosengren. pimpinan the Fed Chicago Charles Evans dan pimpinan the Fed San Francisco John Williams. Evans menyatakan ada kemungkinan kenaikan suku bunga pada 2017, dan mendukung hal itu.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya