IHSG Tergelincir 10 Poin Imbas Vonis Ahok

Investor asing masih masuk ke pasar saham Indonesia menahan pelemahan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

oleh Agustina Melani diperbarui 09 Mei 2017, 16:22 WIB
Diterbitkan 09 Mei 2017, 16:22 WIB
Ilustrasi laju IHSG
Ilustrasi laju IHSG

Liputan6.com, Jakarta - Gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah pada perdagangan saham Selasa pekan ini. Aksi beli investor asing terus masuk ke pasar saham jadi penopang IHSG. Selain itu, sentimen internal bayangi IHSG.

Pada penutupan perdagangan saham, Selasa (9/5/2017), IHSG melemah 10,80 poin atau 0,19 persen ke level 5.697,05. Indeks saham LQ45 tergelincir 0,23 persen ke level 946,83. Seluruh indeks saham acuan kompak melemah.

Ada sebanyak 220 saham melemah sehingga menyeret IHSG ke zona merah. Sedangkan 119 saham menguat sehingga menahan pelemahan IHSG. 95 saham lainnya diam di tempat.

Pada Selasa pekan ini, IHSG sempat sentuh level tertinggi 5.745,84. Level itu merupakan tertinggi sepanjang sejarah dalam intraday. Sedangkan level terendah IHSG di kisaran 5.693,67. Transaksi perdagangan saham cukup ramai.

Total frekuensi perdagangan saham 316.558 kali dengan volume perdagangan 21,8 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 8,1 triliun.

Investor asing melakukan aksi beli Rp 693 miliar di pasar reguler. Sedangkan posisi dolar Amerika Serikat berada di kisaran Rp 13.351. Secara sektoral, sebagian besar sektor saham melemah. Sektor saham tambang melemah 2,42 persen, dan catatkan penurunan terbesar.

Disusul sektor saham aneka industri merosot 0,79 persen dan sektor saham konstruksi tergelincir 0,77 persen. Sektor saham barang konsumsi naik 0,92 persen, dan catatkan penguatan terbesar.

Saham-saham yang menguat antara lain saham BMSR merosot 35 persen ke level Rp 189 per saham, saham WICO turun 34,46 persen ke level Rp 238 per saham, dan saham CLEO menanjak 24,43 persen ke level Rp 326 per saham.

Sedangkan saham-saham yang tergelincir antara lain saham VINS turun 24,86 persen ke level Rp 402 per saham, saham ASDM melemah 17,70 persen ke level Rp 930 per saham, dan saham BOLT susut 8,25 persen ke level Rp 890 per saham.

Bursa Asia pun bervariasi. Indeks saham Hong Kong Hang Seng naik 1,27 persen ke level 24.889,02, dan catatkan penguatan terbesar. Indeks saham Shanghai mendaki 0,06 persen ke level 3.080 dan indeks saham Singapura menguat 0,40 persen ke level 3.249. Selain itu, indeks saham Jepang Nikkei melemah 0,26 persen ke level 19.843 dan indeks saham Taiwan merosot 0,22 persen ke level 9.915.

Analis PT Asjaya Indosurya Securities William Suryawijaya menilai, IHSG masih konsolidasi. IHSG belum bisa bertahan di level tertinggi. "Ini IHSG sedang tes level tertinggi tetapi apakah bisa bertahan atau tidak," ujar William saat dihubungi Liputan6.com.

Ia menuturkan, harga komoditas terutama batu bara turun tajam pada perdagangan kemarin juga menekan sektor batu bara.

Sebelumnya Analis PT Binaartha Sekuritas Reza Priyambada menuturkan, IHSG melemah tipis didorong sentimen eksternal dan internal. Bursa Asia cenderung variasi, selain itu bursa saham Amerika Serikat dan Eropa juga cenderung melemah.

"Ini dari variatifnya kondisi bursa Asia. Kondisi bursa AS dan Eropa turun," kata Reza saat dihubungi Liputan6.com.

Ia menambahkan, dari dalam negeri keputusan sidang Majelis Hakim Pengadilan Jakarta Utara memvonis Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok dengan hukuman pidana 2 tahun penjara juga pengaruhi pasar tetapi tidak terlalu besar pengaruhnya.

"Dampaknya tidak ada apa-apa pengaruh ke pasar. Namun pada saat terjadi tren kenaikan IHSG pasar mencari momen profit taking (ambil untung)," ujar Reza.

Ia menuturkan, saat ini kondisi ekonomi Indonesia masih positif. Ini dilihat dari data makro ekonomi dan rupiah menguat.

Hal senada dikatakan Analis PT NH Korindo Securities Bima Setiaji. Ia menuturkan, pasar merespons negatif atas keputusan hakim dalam sidang Ahok. Namun efek sentimen itu hanya sementara ke pasar saham.

"Pasar respons negatif atas keputusan hakim memenjarakan Ahok 2 tahun," kata Bima.

Selain sentimen internal, Bima menuturkan, sektor batu bara juga mendapat tekanan dari kabar perusahaan di Australia mengenai penambahan produksi yang cukup signifikan.

 

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya