IHSG Menguat 14 Poin di Awal Sesi Perdagangan

Ada sebanyak 97 saham berada di zona hijau sehingga mendorong penguatan IHSG pada awal sesi perdagangan.

oleh Agustina Melani diperbarui 15 Mei 2017, 09:12 WIB
Diterbitkan 15 Mei 2017, 09:12 WIB
20161114-Perdagangan-Saham-Jakarta-AY
Dua pekerja memantau pergerakan saham di sebuah monitor, Jakarta, Senin (14/11). Laju IHSG melemah 2,6 persen atau sekitar 137,71 poin ke level 5.094,25 pada penutupan sesi pertama perdagangan saham Senin (14/11/2016). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berada di zona hijau pada perdagangan saham awal pekan ini. Penguatan IHSG ini terjadi di tengah bursa Asia bervariasi.

Pada pra pembukaan perdagangan saham, Senin (15/5/2017), IHSG naik 14,58 poin atau 0,26 persen ke level 5.689,89. Pada pukul 09.00 WIB, IHSG naik 16,52 poin atau 0,29 persen ke level 5.692. Indeks saham LQ45 menguat 0,31 persen ke level 949,69. Seluruh indeks saham acuan kompak menghijau.

Ada sebanyak 97 saham menguat sehingga mendorong penguatan IHSG. Sedangkan 32 saham melemah dan 88 saham diam di tempat. IHSG sempat berada di level tertinggi 5.693,99 dan terendah 5.687,44.

Total frekuensi perdagangan saham 7.603 kali dengan volume perdagangan 302,8 juta saham. Nilai transaksi harian saham Rp 221,3 miliar. Investor asing melakukan aksi jual sekitar Rp 2,43 miliar di pasar reguler. Posisi dolar Amerika Serikat (AS) berada di kisaran Rp 13.316.

Secara sektoral, sebagian besar sektor saham menguat kecuali sektor saham aneka industri turun 0,23 persen, sektor saham barang konsumsi melemah 0,07 persen, sektor saham infrastruktur susut 0,02 persen.

Sedangkan sektor saham keuangan menguat 0,51 persen, dan catatkan penguatan terbesar. Disusul sektor saham perkebunan mendaki 0,45 persen dan sektor saham konstruksi naik 0,35 persen.

Saham-saham yang menguat antara lain saham TAMU naik 11,11 persen ke level Rp 280 per saham, saham KKGI mendaki 6,63 persen ke level Rp 386 per saham, dan saham WICO melonjak 5,52 persen ke level Rp 306 per saham.

Sedangkan saham-saham yang tertekan antara lain saham CSIS turun 24,29 persen ke level Rp 424 per saham, saham VRNA merosot 10,28 persen ke level Rp 96 per saham, dan saham LEAD tergelincir 8,7 persen ke level Rp 105 per saham.

Sedangkan bursa Asia sebagian besar menguat. Indeks saham Hong Kong Hang Seng naik 0,28 persen ke level 25.223, indeks saham Korea Selatan Kospi menguat 0,14 persen ke level 2.289.

Selain itu, indeks saham Shanghai menguat 0,25 persen ke level 3.091, indeks saham Singapura melonjak 0,44 persen ke level 3.269, dan indeks saham Taiwan naik 0,22 persen ke level 10.005. Sedangkan indeks saham Jepang Nikkei turun 0,18 persen ke level 19.847.

Analis PT Asjaya Indosurya Securities William Suryawijaya menuturkan, IHSG berpotensi menguat seiring aliran dana investor asing yang masih terus terjadi. Data makro ekonomi Indonesia yang positif juga akan menjadi sentimen mempengaruhi laju IHSG. Pada awal pekan ini, Badan Pusat Statistik (BPS) akan merilis data neraca perdagangan.

"IHSG akan bergerak di kisaran 5.636-5.775 pada awal pekan ini," ujar William.

Berdasarkan laporan PT DBS Indonesia IHSG naik 0,39 persen pada akhir pekan lalu. Investor asing mencatatkan aksi beli Rp 1,18 triliun di seluruh pasar. Total aksi beli investor asing mencapai Rp 4,49 triliun di pasar reguler.

Dalam laporan itu menyebutkan kalau Kepala Asosiasi Pertambangan Batu Bara Pandu Sjahrir menuturkan, harga acuan batu bara Newcastle di Asia mencapai US$ 70-US$ 75. Harga batu bara sempat turun setelah keadaan kelebihan persediaan di China. Indonesia mulai mengandalkan produksi domestik dibandingkan ekspor. India dan China adalah dua konsumen terbesar bagi batu bara di Indonesia.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam pertemuan bilateral dengan Presiden China Xi Jinping menyampaikan kesediaan Indonesia untuk meningkatkan ekspor crude palm oil (CPO) ke China. Pemerintah China menanggapi positif tawaran Indonesia itu.

Pertemuan OPEC yang diadakan minggu depan diharapkan dapat menghasilkan keputusan untuk kembali memotong level produksi. Produksi yang sangat tinggi dari Amerika Utara, Libya, Nigeria dan juga produksi shale oil yang terus meningkat telah membuat harga minyak dunia turun dalam beberapa pekan terakhir.

 

 

 

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya